Tha;
Wiy, kamu lah biang keroknya, aku bianglalanya. Kamu yang memulainya, melukainya dan kamu pula yang ingin mengobatinya. Tetapi maaf, kini obatmu tidak mujarab lagi, biarkan aku saja mengobati diriku sendiri. Usah payah ingin menyembuhkan luka orang lain, sembuhkanlah dulu lukamu oleh calon suamimu itu.
Kamu ingin aku mencintaimu supaya kamu benar-benar sembuh dari sakitmu? Oh maaf, Wiy, aku bukan pelampiasan, aku bukan obat bagimu. Obatmu adalah banyak-banyak beristighfar, banyak-banyak shalawat kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Ingat-ingat lagi kesalahanmu, pakailah perasaanmu dan gunakan akal sehatmu. Agar kedepannya kamu tidak sampai hati dan berprilaku begitu: mengusirku sesuka hatimu!
Tidak ada lagi perempuan sekejam dirimu, memalukanku, menghina keluargaku, mengusirku lalu menikamku dengan ucapanmu. Katamu di kampung Sepakat ada kursus belajar akhlak? Tetapi kenapa kamu sendiri seperti tidak ada sopan santunnya! Ada baiknya kursus akhlak itu berlaku juga pada perempuan sepertimu. Begitukah caramu memuliakan tamumu? Bukannya menjamu malah mengusirku.