Wiy;
Assalamu'alikum hubbi...
Kamu sedang apa? Sudah sarapan?
Surelmu sudah aku baca hubbi. Bukan main senangnya aku! Akhirnya bunga cintaku yang dulu pernah kurawat tumbuh rimbun, lalu dilanda musim dingin hingga akhirnya tinggal batang dan cabang, daunnya jatuh berguguran. Dan alhamdulillah kini tunasnya tumbuh pesat nan rindang, bahkan jadi rimbun dalam hitungan sehari. Sungguh luar biasa kekuatan cinta yang kurasakan darimu setelah kamu memaafkanku hubbi. Itulah pentingnya memaafkan orang lain, apalagi memaafkan orang yang pernah dicintai. Sekali lagi terima kasih hubbi.
Oh ya hubbi, aku pagi ini masak telur mata sapi loh, tapi tidak ada yang mau makan. Adikmu yang laki-laki tidak mau, yang perempuan apalagi, ayah dan ibumu juga tidak mau, ya sudah aku makan sendiri telur mata sapi buatanku. Masih ada empat lagi ini hubbi. Kamu tidak mau pulang dan makan masakanku hubbi? Anggota rumah semuanya pergi ke sekolah. Aku tinggal sendiri di sini.
Tha;
Wa'alaikumsalam, Habibati...
Aku sedang bernapas dan menulis surel untukmu. Alhamdulillah aku sudah sarapan. Aku sedang duduk di ruang tamu. Aku minum kopi terenak yang pernah aku rasakan seumur hidupku. Ternyata ayahmu pandai mengolah bubuk kopi jadi enak. Tadi ayah dan ibu ada di rumah, sekarang beliau mau ke pekan belanja perlengkapan dapur.
Ayah dan ibumu terlihat akur dan romantis, kulihat ayahmu mau menemani ibumu ke pasar. Beda dengan ayahku, jangan harap mau menemani! Paling hanya mengantarkan sampai pasar saja kemudian ia balik. Kulihat ayahmu pandai berkata manis, dan ibumu penyuka kata-katanya. Humm pantesan saja kamu bijak sekali merayuku ya habibati? Pandai menyembuhkan sakit hatiku. Bakat ayah turun ke kamu.
Soal telur mata sapi buatanmu itu, habiskan saja habibati. Aku tidak pulang hari ini. Aku mau jadi anak ibumu saja. Kalau kamu betah, terserahmu kalau mau lama tinggal di rumahku, di kamarku. Tapi jangan seperti kandang ayam nanti jadinya, oke?
Love you habibati.
Wiy;
Oh, ayah dan ibu ke pasar ya? Hum ayah memang begitu, sejauh ini umurku belum pernah kulihat mereka marahan di depanku, apalagi marah padaku. Mungkin karena aku anak tunggal, sehingga rasa sayang tumbuh di antara keluarga kami. Ayah tidak pernah kulihat marahan pada ibu pun sebaliknya. Tetapi tidak tahu kalau di belakangku.
Soal belanja ke pasar biasanya aku yang nemani ibu, tetapi karena aku tidak ada di rumah makanya ibu ngajak ayah hubbi. Kamu harus seperti ayahku loh, makanya mumpung kamu di rumahku, pehatikanlah baik-baik, pelajari baik-baik sama ayahku.
Adapun kopi, kami memang punya kebun kopi sendiri. Itu kopi hasil kebun kami hubbi. Ibu dan ayah yang mengolahnya. Tetapi itu untuk setiap ada acara rapat kampung Sepakat yang seminggu sekali hubbi. Harga jualnya lebih murah dibanding harga jual di toko-toko kopi lainnya. Makanya selalu habis. Selain enak harganya juga murah.