Wiy;
Ya, Tha, aku lagi pre menstruation syndrome. Hehehe, maaf ya, Tha, aku terlalu sensitif. Oh ya, Tha, aku mau bercerita kepadamu. Ceritaku ini kuberi judul: Kangkung.
Sore itu, tatkala senja menawan di ufuk barat, aku dan bibiku pergi ke sawah. Kulihat luasnya hamparan padi yang sedang menghijau, burung-burung berkicau tak sabar ingin segera padi itu berbuah. Layang-layang diterbangkan ke awan, melambai bergoyang mengajak menari rombongan merpati yang baru lepas dari kandang. Daun-daun pohon kelapa dan rumbia, bergembira menyambut kedatanganku, husnuzhanku tadinya melambai padaku eh taunya bukan.
Mereka menyapa, merayu, memanggil dengan lambaian gemulai agar burung belanda mau hinggap di dahannya. Membuat sarang dan jadi tempat nongkrong. Kenapa demikian, Tha? Karena pohon kelapa dan pohon rumbia butuh hiburan. Tikus-tikus kecil, mungil, menunggu ibunya yang sedang mencari makan di dalam padi. Dia mengira padi para petani sudah berbuah, batang demi batang ia gigit, tumbang, namun tak satu pun ia dapati buahnya.
Akhirnya ia pulang menemui anaknya, mengajak bermain kejar-kejaran di pinggir tanaman padi yang luas. Mereka juga tak sabar padi petani segera berbuah. Ketika keluarga kecil tikus itu melihat kedatangan kami, mereka berhenti, sembunyi dan lari ketakutan, disangka yang datang adalah pemilik padi. Tetapi saat kami berjalan, seekor tikus kecil itu mengejar kami, Tha, bibiku lari!