Wiy;
Maaf baru bisa membalas surelmu di tahun baru ini, Tha. Aku sudah lama membaca surelmu tiga bulan yang lalu, sudah lama pula aku mengetiknya dan menulis balasannya di kertas puluhan kali. Namun aku menyeleksi tulisan mana yang aku kirimkan untukmu. Begitulah yang terjadi saat ini padaku, Tha. Setiap ada surel masuk darimu maka akan kubacakan puluhan kali dan kutulis juga jawabannya puluhan kali kemduian barulah aku bisa memilih satu jawaban yang menurutku terbaik dan layak kamu baca. Aku benar-benar hati-hati, tidak ingin sedikit tipo pun yang terkirim. Karena aku tidak mau gara-gara satu kesalahan ketik membuatmu malas membaca surelku.
Kamukah yang membalasnya, Tha? Bukan, Nelly kan, Tha? Benar kamu yang membaca dan membalas surelku, Tha? Baru kali ini kamu menggunakan kata "kau", terasa sekali perubahanmu.
Benarkah kamu sudah melupakanku, Tha? Baiklah, walaupun begitu tidak apa-apa. Lupa padaku bukan berarti sudah lenyap perasaan yang kamu simpan, aku yakin sekali cintamu untukku masih menyala.
Dua puluh delapan tahun itu lama katamu, Tha? Lebih seperempat abad? Umurku dua puluh delapan tahun? Perasaanku baru kemarin kamu meninggalkanku. Bagiku dua puluh delapan tahun itu tidak apa-apanya dibanding menerima undangan pernikahanmu. Aku masih trauma akan itu. Tidak kusangka kamu seserius itu menanggapinya. Kukira kamu akan menguatkanku di saat aku goyah, nyatanya tidak demikian. Kamu malah menambihi luka hatiku.