Thawiyyah

Daud Farma
Chapter #99

99

Wiy;

Tha, aku dan kamu adalah sahabat. Terimakasih untuk kenangan yang pernah ada. Aku menyimpannya bak harta paling berharga peninggalan terbaik seumur hidupku. Kutahu kenangan adalah perhiasan sejarah hidup ini. Kalau bukan aku siapa lagi yang akan menyimpannya?

Kenangan cerita kita kusimpan erat dalam dada. Kenangan tempat dan waktu kutitipkan pada bumi. Jika kamu merindukan kenangan kita dulu, Tha, maka aku akan siap bercerita. Jika kamu benar-benar lupa maka aku akan membawamu mengitari yang pernah kita lewati.

Ketahuilah aku belum lelah menunggumu, merindukanmu, merindukan masa lalu kita. Maka seharusnya tidak ada alasan bagimu meninggalkan dan melupakanku sepanjang waktu. Kutahu hatimu pasti masih merindukan masa lalu-masa aku dan kamu saling mengukir cerita yang akan kita rindukan pada suatu waktu, hingga sekarang sampai usia tua.

Ketika kamu hendak pergi jauh dan sejauhnya yang kamu mau-maka ingatlah bahwa kita pernah sahabat. Kenanglah aku yang pernah mengenalmu. Ketahuilah aku masih setia menunggu kedatanganmu.

Tha, sekarang aku mulai ragu, sepertinya kamu memang tidak datang bertamu ke rumahku. Tidak datang untuk menikahiku.

 Kamu benar, Tha, penantianku adalah sia-sia. Dan jujur, meskipun sia-sia, aku tetap tersenyum bahagia. Sebab dalam hidupku aku pernah jatuh cinta pada seorang bernama, Tha, aku pernah punya rindu dan aku pernah menunggu kedatagannya.

Kamu telah lama pamit padaku, Tha, sepertinya kamu sudah pergi untuk selamanya. Namun aku masih ragu. Baiklah, sekarang aku juga pamit, ini adalah kabar dan surel terakhir dariku. Jika memang benar kamu telah pergi duluan, tidak lama lagi aku pun akan menyusulmu, Tha.

Seperti do'aku dulu, aku meminta pada Allah. di setiap sujudku agar disatukan dengan orang yang aku cintai. Setelah ini tidak ada lagi surel dariku, Tha. Terima kasih telah mau membalas surelku hingga usia senjaku, sampai aku jadi nenek meskipun aku tidak punya cucu. Jangankan cucu, anak saja aku belum punya. Jangankan anak, suamiku pun tak ada.

Bagaimana mungkin aku punya suami? Sementara aku belum pernah menikah. Bagaimana bisa aku menikah? Sedangkan orang yang aku cintai, yang aku rindukan, yang aku harapkan dan yang aku tunggu selama ini tak kunjung datang.

Baiklah, Tha, ini adalah surel penghabisan. Terima kasih atas segalanya. Terima kasih pernah mengenalkanku arti cinta, arti setia, arti rindu, arti jarak jauh, arti surel, arti aksara, arti sedih bahagia, arti hidup, arti ambigu, rasa sakit, mati rasa, dan arti menunggu.

Terima kasih sahabatku. Sekali lagi, sebelum dan sesudahnya aku ucapkan ribuan terima kasih karena sudah pernah melarangku menunggumu. Dan aku bahagia.

***


 Sekarang aku telah dewasa. Semua isi surel ayahku dengan Wiy sudah diceritakan ibuku padaku. Sejak ayahku menikah dengan ibuku, surel terakhir ayah untuk Wiy adalah surel undangan pernikahannya dulu. Sesudah itu ayahku tidak pernah lagi mengirim surel untuk Wiy dan dia tidak tahu bahwa setiap bulannya ada surel dari Wiy untuknya dan dibalas oleh ibuku.

Ketika aku berusia enam tahun, ayahku hidup tak menentu, ia sering melamun. Ibuku menyerah mengurus ayahku, jarang sekali ia tidur di rumah. Ayah hidup tetapi hanya jasadnya di rumah, ada pun hati dan jiwanya teringat akan, Wiy dan ibuku tersiksa dengan dahsyatnya cemburu.

Ibuku cemburu pada, Wy, betapa besarnya cinta Wiy pada ayahku, begitu pun sebaliknya. Karena itulah akhirnya ibu menceritakan padaku kenapa ayah seperti itu.

Sejak umurku enam tahun sudah kutahu kisah cinta pertama ayahku, cinta pertamanya bukan ibuku, melainkan Wiy yang saat itu aku tidak tahu bagaimana rupanya, siapa dia dan di mana ia berada?

Lihat selengkapnya