The 5th Sense 2

Iqsal Anaqi Santosa
Chapter #1

Chapter 1# Awal Yang Tidak Baik

Di jalan setapak desa Danau Hitam, Iqsal berlari kencang sambil menghela nafas, dia pergi mencangklong tas ransel laptop menuju gedung kantor Catseye Organization yang besar seperti hotel bintang lima. Pokonya bayangin aja deh masuk ke sebuah hotel yang besar banget. Di depan gerbang utama banyak anak-anak member Catseye yang berpakaian seragam batik jawa timur motif burung merak, mereka mengantri untuk absen masuk jam kerja. Sesampainya disana sayangnya Iqsal mengantri dibagian paling belakang. Iqsal menggaruk rambutnya, menoleh ke depan gerbang banyak orang yang di razia sama satpam gundul plontos karena nggak bawa kartu ID card. Iqsal reflek membuka resleting tas lalu mengambil ID card miliknya. 

“Syukurlah aku bawa ID card, kalo nggak bawa bisa dimarahin sama pak satpam,” batin Iqsal dalam hatinya.

Ya, di pagi hari ini adalah hari efektif bagi para Ghost Hunter dan Ghost Writer untuk aktif bekerja. Iqsal sudah semangat buat melayani para kliennya dan mengabdi dengan CEO Catseye yaitu Mr.X. Iqsal berpakaian jacket kuning polos dan celana jeans. Dia berharap semoga pihak Catseye memberinya seragam kerja. Setelah berlama-lama menunggu antrian, akhirnya giliran Iqsal yang menunjukkan kartu ID card ke pak satpam untuk pengabsenan. 

“Mas Iqsal, mari kuantarkan kamu ke ruang kerja Ghost Writer,” kata pak satpam gundul plontos.

Iqsal menganggukkan kepalanya, dia dituntun pak satpam ke ruang kerja Ghost Writer. Untuk sampai ke ruang Ghost Writer, Iqsal harus naik lift dua kali dari lantai 1 ke lantai 2. Pak satpam cuma bisa antarkan Iqsal sampai ke depan pintu ruangan saja. 

“Terima kasih pak satpam!” ucap Iqsal sambil melambaikan tangan ke pak satpam yang sudah pergi turun lewat lift.  

Ketika Iqsal baru saja masuk ruangan kerja Ghost Writer, betapa indah dan megahnya ruangan itu. Meja panjang dan kursi dari kayu jati yang tertata rapi, mesin ketik dan pc komputer yang ditaruh di atas meja panjang, lantai ruangannya terbuat dari batu granit dan papan putih mengkilap yang ada di depan ruangan membuat suasana jadi lebih nyaman dan enak dilihat. Baru pertama kali ini Iqsal menginjakkan kakinya di ruangan kerja sebagus ini. Mata Iqsal berkaca-kaca, dia masih berdiri diam diri tersenyum sendiri melihat seisi ruangan kerjanya. “Ekhem!!” suara Bu Dosen berdehem di bangku pengawas paling depan. Iqsal mengedipkan matanya lalu berjalan duduk di kursi belakang yang masih kosong. Si Dosen wanita cantik rambut hitam berponi putih itu pun memberi salam pembuka ke anak member Catseye. Sebelum memulai bekerja, Iqsal berd'oa dahulu semoga hari ini bekerja dengan lancar. Usai berdo'a Bu Dosen membagikan folder dokumen yang dimasukkan ke dalam map putih kepada para Ghost Writer. Ketika membuka isi dokumen dalam map, Iqsal mendapatkan sebuah kertas buku gambar coretan anak-anak yang tampak creepy dan menyeramkan. Gambar tersebut memperlihatkan sosok anak kecil berwajah sedih kedua matanya bolong bercucuran darah, lehernya dijerat tali oleh sosok orang berpakaian jubah hitam berkepala kambing warna merah. Siapa klien yang mengirim gambar ini, kenapa orang berpakaian jubah hitam berkepala kambing warna merah ini cukup familiar. Iqsal berpikir sejenak mengingat masa lalu waktu terakhir kalinya melawan Organisasi Ilmu Hitam. 

“Black Satanic!” ucap pelan Iqsal sambil tangannya memegang kepala.

Teringat dengan nama Black Satanic, ini pertanda bahwa tidak lama lagi, akan ada satu desa yang diserang. Iqsal pun menulis cerita dokumenter berdasarkan kertas gambar kliennya. Dia menambahkan biografi singkat soal Black Satanic yang belum diketahui oleh penduduk desa biasa. Iqsal telaten dalam hal menulis horror semacam ini karena pernah menulis cerita hantu Matthew di buku hariannya.

2 jam setelah jam kerja selesai, para member Catseye boleh bebas beraktivitas. Pas waktu turun ke lantai 1 lewat lift, Iqsal dapat informasi kalau di desa Danau Hitam ini sudah ada pasar modern. Banyak sekali pedagang keliling yang berjualan disana. Saking penasaran bentuk pasarnya seperti apa, Iqsal pun langsung cabut pergi ke pasar modern tersebut.

Dan benar saja ketika tiba di depan area jalur masuk pasar, banyak sekali pedagang yang ramai pembeli. Jalur masuk pasar ini harus lewat semacam gapura tinggi bercorak relik candi yang ada papan nama pasar yaitu “Pasar Modern Danau Hitam”. Iqsal pun jalan-jalan santai menengok kanan kiri, apakah ada pedagang yang dia kenali. Tiba-tiba di tengah jalan ada orang pakai topi pesulap kegedean nggak sengaja nabrak Iqsal. Mereka berdua terdiam sejenak, Iqsal melihat penampilan orang pakai topi pesulap ini serba hitam. Iqsal duduk membungkuk, dia buka sedikit topi pesulap orang serba hitam itu dan ternyata dia adalah ....

“Eh, Halo Iqsal!!” sapa Tommy melepas topi pesulapnya lalu berjabat tangan dengan Iqsal.

“Ya ampun Tom, m-maaf aku nggak sengaja nabrak kamu,” jawab Iqsal gelagapan dengan raut muka melas.

Lihat selengkapnya