The 7th District

Oleh: Tara Abdi

Blurb

Disinilah aku. Bersandar meratap di tembok yang mulai tumbuh lumut. Entah sudah hari apa ini. Bahkan makanan pun mulai terasa hambar di lidahku. Aku mulai berpikir, kenapa aku menyetujui untuk ikut serta dalam program ini. Meski tujuan awalku memang untuk pergi jauh dari keluargaku. Keluarga yang selalu mengekangku. Yaa ... memang aku sudah berhasil pergi jauh dari mereka. Tidak bertemu orang - orang terdekatku. Terkunci dari dunia luar. Itu semua keinginanku. Selain itu, disini semua yang aku inginkan dapat terwujud. Semua kebutuhanku dipenuhi setiap harinya. Tidak ada yang tidak bisa kudapatkan di tempat ini. Jika aku menginginkan sesuatu pun, aku tinggal mengambil telepon satelitku dan mengungkapkan apa yang aku minta. Kemudian walaa ... keesokan harinya, sesuatu yang kuminta telah berada di loker milikku.

Meski aku mulai jenuh berada disini. Namun, dengan seluruh fasilitas ini. Semua keinginanku dapat tercapai dengan begitu mudahnya. Sehingga, perasaan yang awalnya jenuh dengan keadaan ini pun seketika hilang ditelan buaian. Begitu pula dengan yang lainnya, mereka terlihat menikmati setiap fasilitas yang disediakan. Albert yang selalu meminta alat kebersihan untuk membersihkan rumahnya. Berbeda denganku, aku sangat malas bersih - bersih. Sampai tembok rumahku mulai ditumbuhi lumut. Kemudian Roy, yang selalu meminta game terbaru setiap harinya. Pagi, siang, dan malamnya selalu dia habiskan untuk bermain game. Kemudian ada Stuart, yang selalu meminta alat musik dan update rilis musik terbaru dari dunia luar. Ya ... itu adalah obsesinya. Kemudian ada Clark, dia selalu meminta sesuatu yang berhubungan dengan seni melukis. Hobi yang pastinya sangat bertentangan denganku. Kemudian ada Kala, satu - satunya dari kami yang merupakan orang asli Asia. Obsesinya dengan berbagai adat - istiadat dunia luar membuatnya memiliki berbagai barang mengenai adat. Bahkan, dari luar saja rumahnya sudah terlihat penuh sesak dengan barang - barang adat dari seluruh dunia.

Yang terakhir dari kami, adalah sahabatku dari kecil. Namanya Jhonatan Imanuel. Dia sungguh berbeda dengan yang lainnya. Dia tidak meminta barang - barang aneh seperti yang lain. Dia hanya meminta yang dia butuhkan saja. Seperti sandang dan pangan. Untuk fasilitas glamour, dia sangat jarang untuk memintanya. Namun, aku menyadari sesuatu. Dan itu sungguh masuk akal. Sekarang, aku tahu kenapa dia tidak memanfaatkan fasilitasnya. Dan sekarang, dia juga tahu kenapa aku mengintai seluruh anggota di distrik ini.

Lihat selengkapnya