The 7th District

Tara Abdi
Chapter #2

Bab 1 : Awal Impian

Kilas balik kehidupanku mulai terasa nyata dalam mimpi. Berbagai siluet dunia terbentuk di alam bawah sadarku. Saat itu, aku pikir itu adalah kehidupan nyata dalam hidupku. Namun tidak untuk saat ini.

***

"Selamat Pagi, Tuan Reynold Marthen. Saya Albert menyambut anda dalam program tantangan bertahan hidup dari B&W Corporation. Saya harap anda akan bertahan sampai tantangan selesai. Semua yang anda inginkan dapat anda ungkapkan melalui telepon satelit di sebelah anda, sesuai dengan kesepakatan yang telah anda setujui. Sekali lagi, silakan manfaatkan segala fasilitas di rumah anda. Dan nikmatilah dunia anda sendiri di Distrik Ketujuh ini. Don't waste your time. Atau anda akan merasakan akibatnya. Sekian dari saya Tuan Rey. Selamat Pagi dan Semoga anda cepat pulih."

Itulah kalimat demi kalimat yang pertama kali kudengar sedari aku bangun tidur pagi ini. Suara yang entah berasal dari mana. Suara yang bukan berasal dari manusia. Suara yang tidak ingin kamu dengar saat kamu bangun tidur. Namun, dengan keadaan diriku yang masih setengah sadar ini. Aku tidak terlalu memperhatikan apa yang ia katakan. Tapi rasanya ada sesuatu hal tersirat yang dia sampaikan padaku.

***

Pagi ini, aku terbangun di ranjang yang tentu berbeda dengan yang biasanya. Ranjang yang tak bertuan. Ranjang yang masih bau jahitan baru. Yah ... mereka menepati apa yang aku inginkan. Suasana rumah yang layaknya rumah di pedesaan. Keheningan dan kesejukan alam. Suatu hal yang natural. Tidak heran, kenapa mereka meletakan sedikit lumut di beberapa sudut rumah.

Pagi itu adalah kali pertama dalam hidupku. Aku bangun dari tidur tanpa ada siapapun di sekelilingku. Entah itu keluarga maupun sahabatku. Suatu keheningan yang aku selalu idam - idamkan sejak dahulu. Kehidupan tanpa kekangan. Kehidupan tanpa paksaan. Kehidupan tanpa pertengkaran. Benar - benar keheningan yang abadi.

Namun, keheningan ini menjadi mengingatkanku akan sesuatu hal. Aku ingat, aku mendaftar tantangan ini bersama satu sahabat terbaikku. Namanya Jhonatan Imanuel. Laki - laki yang orang lain bilang tampan tanpa ulah. Kenapa tanpa ulah? Karena saat ini, banyak wanita yang memilih seseorang laki - laki hanya karena dia punya banyak relasi, sosial yang baik dan tentunya terlihat tampan karena hal itu.

Berbeda banget sama Si Jho. Cowok tampan tanpa ulah. Seorang introvert yang punya banyak fans perempuan. Jarang - jarang di lingkunganku ada sosok laki - laki seperti dia. Mungkin kalo aku adalah seorang wanita pun, aku juga bakal tertarik dengan sifatnya yang seperti itu. Jho juga bukan orang yang suka mencari perhatian. Berbeda denganku, aku adalah sosok orang yang sangat suka mencari perhatian. Hal itu aku lakukan untuk pengalihan isu mengenai keluargaku. Di lingkungan keluarga, orang - orang bilang aku sudah gagal dalam hidup berkeluarga.

Itu yang membuatku susah menerima orang tuaku sendiri. Bahkan untuk mencari pasangan seperti orang lain, aku benar - benar takut. Aku takut jikalau akhirnya, kehidupan berkeluargaku akan berakhir seperti mereka berdua. Diikat tali pernikahan tanpa adanya rasa cinta. Terikat secara jasmani dan rohani. Memiliki tanggungan anak yang harus mereka asuh. Ibu yang ingin membahagiakan anak dengan kasih sayang dan bukan dengan uang. Ayah yang berpikir uang adalah segalanya. Persetan dengan cinta. Cinta hanyalah sebuah kata - kata puitis yang membiaskan fakta. Cinta tidak mempunyai arti untuk kehidupan. Cinta hanya membuat kehidupan kita semakin merasa pahit. Cinta hanya membuat kehidupan kita menjadi bias.

Lihat selengkapnya