Gesekan sayap jangkrik jantan mengisi keheningan malam yang teduh. Di balik jendela yang masih setengah terbuka, gorden putih tipis melambai tertiup semilir angin. Tampak sebuah keluarga kecil tengah bersukacita merayakan pertambahan usia salah satu anggotanya dengan makan malam sederhana.
"Terima kasih!” Seorang gadis berseru girang sambil mendekap erat hadiahnya. Tas selempang cokelat yang terbuat dari kulit rusa, benda itu tergolong cukup mahal jika membelinya secara langsung di toko. Namun dia tahu pasti sang ibu menjahitnya sendiri. Sementara untuk bahannya didapatkan dari hutan atas bantuan ayah yang suka pergi berburu. “Tangan ibu benar-benar ajaib bisa menciptakan apa saja.”
"Selvin, pujianmu terlalu berlebihan." Celia, wanita paruh baya yang duduk disebelahnya sedikit tersipu. "Aku turut senang karena kau menyukainya."
“Jangan merengek lagi dan belajarlah dengan sungguh-sungguh mulai sekarang.” celetuk sang ayah dari seberang meja. Alden memasang wajah sangat serius tanpa senyum sedikitpun. “Tahun depan kau mungkin akan dapat kesempatan ikut ujian masuk akademi.”
"Tentu saja!" Sevin sudah remaja namun saat menginginkan sesuatu, sifat manjanya jadi berlebihan. Dia sebagai anak pertama bukannya sadar melainlan lebih keras kepala daripada yang lain. “Aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian!”
Kedua orang tuanya sejenak saling melempar pandangan. Terdiam dengan perasaan haru yang tiba-tiba menyelimuti hati. Pertumbuhan putri mereka seakan berlalu begitu cepat. Padahal kemarin—16 tahun yang lalu maksudnya—masih bayi mungil yang seringkali menangis dalam pelukan. Sekarang dia sudah menjadi gadis cantik serta pintar bicara.
Kemudian tujuh tahun berselang hadir kembali si buah hati ke dunia mereka, seorang anak lelaki. Bocah itu tengah tertidur, kursinya bersebelahan dengan Alden.
“Lucas?!”
Lucas berusaha menjaga keseimbangan beban dari kepalanya yang bergoyah di udara kosong. Tidak berlangsung lama sampai-sampai hampir saja terbentur meja makan.