Kring!!!!!
Kring!!!!
Jam weker berbunyi nyaring. Dengan malas aku bangun dan segera menuju kamar mandi. Untung saja hari ini hari pertamaku di sekolah baru, kalau tidak aku akan bangun lebih siang.
Setelah mandi kupakai seragam spesialku. Dan untuk kesekian kalinya aku melihat jadwal yang kemarin diberikan kepadaku. Di sana tertulis bahwa untuk hari pertama tidak perlu membawa apa pun. Aku jadi curiga. Memangnya apa yang akan dilakukan pada hari pertama? Apa akan ada semacam masa orientasi?
Aku pun berjalan menuju dapur, lalu mengambil pisau lipat kecil dari dapurku. Kemudian, aku mengambil roti dan susu untuk sarapan.
Setelah sarapan aku berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Malas juga pakai mobil karena tempatnya dekat hanya sekitar tiga ratus meter. Udara masih sangat segar dipagi hari. Sehingga tampak nyaman untuk olah raga pagi.
Aku memang merencanakan untuk berangkat pagi-pagi sekali karena aku memakai seragam yang agak aneh. Biasanya seragam yang wajar memiliki warna cerah tapi yang aku pakai sekarang? Seperti pakaian main.
Saat aku telah bejalan lumayan jauh, aku kembali melamunkan masa laluku saat masih bersama orang tua angkatku. Masa lalu itu sungguh gelap.
Tiba-tiba saja saat aku melamun seseorang menepuk bahuku. Aku pun menoleh dan terlihat seorang wanita seumuran denganku. Wajahnya cantik dan terlihat anggun. Aku hanya diam menatapnya sampai dia membuka pembicaraan.
" Hai... A-pa kau juga seorang murid baru Phoebus Academy? " Tanyanya padaku.
"Hai juga, ya kau benar. Apa kau juga murid baru?"
"Ya. Perkenalkan, aku Crishtiana Clara, panggil saja Clara. Siapa nama kamu?" Tanyanya padaku.
"Aku, Ferrenica Camelia, panggil saja Ferre. Salam kenal" Jawabku kepada seorang wanita seumuranku yang berbaju dan jubah merah cerah. Sangat cocok dengan rambut pirang cokelatnya yang lurus. Mata hazelnya terlihat begitu mempesona.
"Salam kenal juga...,"
Kami berjalan menuju sekolah yang sudah dekat. Clara adalah orang yang mudah berteman dan juga memiliki sifat baik. Kami terus mengobrol selama dalam perjalanan. Walaupun aku selalu singkat dalam menjawab dan berkata, tapi dia tetap riang.
*****
Sampai di sekolah, kami berdua dikejutkan dengan luasnya tempat yang disebut Phoebus Academy ini. Di halaman utama tampak para siswa senior berjalan ke sana kemari. Pemandangan di dini pun sangat indah dan mewah.
Tak lama kemudian...
Para siswa baru dikoordinasikan untuk menuju bangunan utama yang ada di tengah-tengah. Ternyata bangunan utama itu terdiri dari sebuah aula luas, ruang kesehatan, dan ruang guru.
Di dalam aula sudah berjejer rapi 90 buah kursi untuk para siswa baru dan puluhan lainnya untuk para guru. Jajaran kursi menghadap ke sebuah menara podium. Podium itu dibuat tinggi dan terbentuk dari kristal sehingga tampak sangat elegan. Aula tersebut juga dihiasi oleh lampu-lampu kristal.
Beberapa kursi sudah terisi oleh murid dengan baju warna-warni. Benar juga, ini adalah seragam spesial masing-masing jadi tentu saja berbeda-beda.
"Clara, kita duduk di nomor empat dari depan saja ya..., penglihatanku buruk," Bisikku pada Clara. Clara yang semula ingin berada di belakang akhirnya mengangguk mengerti padaku.
Kami menunggu selama tigapuluh menit hingga jam besar di aula menunjukkan pukul 07.00 am, akhirnya seluruh kursi telah penuh dan acara penerimaan siswa baru akan segera dimulai.
Seorang laki-laki berumur sekitar empat puluh tahun berjalan naik ke atas podium.
"Selamat pagi anak-anak! Selamat datang di Phoebus Academy.... Selamat juga karena telah diterima di Phoebus Academy. Saya kepala sekolah di sini, nama saya Krish Knight Mars, kalian bisa memanggilku Mr. Krish. Saya beserta guru-guru di sini akan membimbing kalian menjadi seorang magi yang baik dan bisa bermanfaat bagi negara ini.
Jumlah kalian yaitu sembilan puluh anak adalah siswa yang terpilih dari dua ribu anak yang mendaftarkan diri ke sini. Kalian adalah orang-orang yang cerdas dan berbakat.
Sedikit untuk memperkenalkan sekolah ini kepada kalian. Bangunan tengah adalah bangunan utama yang terdiri dari ruang guru dan aula. Bangunan bagian kanan terdiri dari ruang kelas satu dan cafetaria. Bangunan bagian kiri terdiri dari ruang kelas tiga dan gedung olahraga. Bangunan bagian belakang terdiri dari ruang kelas dua dan perpustakaan. Ruang kesehatan berada di belakang aula dan ruang guru.
Selain itu di sini ada dua wilayah hutan, hutan bagian barat dan timur. Hutan bagian barat sering digunakan untuk tes dan ujian kelas satu dan dua. Sedangkan hutan bagian timur untuk tes dan ujian kelas tiga,"kata kepala sekolah.
"Apakah ada pertanyaan?" Tanya kepala sekolah
Kemudian seorang anak lelaki bermata biru mengangkat tangan untuk bertanya.
"Ya, silakan. Sebutkan dulu namamu," Kata kepala sekolah.
"Baiklah, perkenalkan nama saya Jimmy Andriano Nathaniel, Jim. Semua sudah dijelaskan oleh bapak, jadi saya hanya ingin bertanya sedikit. Apa yang akan dilakukan kami para siswa dihari pertama ini?" Jelas Jim dengan santai. Mr. Krish tersenyum ramah.
"Kalian akan melaksanakan tes mental dan fisik. Hasil tes itu akan dibandingkan dengan tes tertulis, lalu akan menentukan di mana kalian akan menempati kelas. Di sini ada kelas A untuk petarung utama, kelas B untuk para peramu serum dan racun utama, dan kelas C untuk para teknisi utama. Walau nantinya kalian akan mempelajari semuanya, kalian harus tahu di mana kalian memiliki kekuatan utama," Jelas Mr. Krish.
"Kapan tes itu mulai?" Kata-kata itu keluar tanpa permisi dari mulutku.
Beberapa anak melihat ke arahku.
"Sekarang, peraturannya adalah kalian harus berpasangan lalu berjalan masuk ke hutan bagian barat. Di sana kalian akan bertemu dengan monster-monster, mereka memiliki nomor. Semakin kecil nomor mereka semakin kuat monster tersebut," Jelas Mr. Krish.
Semua anak mulai beranjak dan memasuki hutan barat. Aku berpasangan dengan Clara karena dia yang memintaku.
*****
Hutan ini sangat lebat. Bahkan cahaya tidak dapat menembus sela-sela dedaunan yang sangat minim. Tanah yang kami pijaki lembab dan basah. Berbagai jenis lumut tumbuh di mana-mana. Kami berdua berjalan dengan berhati-hati agar tidak terpeleset.
Hutan buatan akademi. Tidak, pihak akademi memang merawatnya. Membiarkan segala hewan dan tumbuhan yang masih bisa berevolusi untuk terus hidup.
Beberapa kali terdengar suara raungan binatang buas. Lalu beberapa menit setelahnya terdengar teriakan pertarungan. Peluh membasahi dahiku yang capek. Clara juga tampak sama, kami pun beristirahat di bawah pohon.
"Ternyata sulit sekali. Dari tadi tidak kunjung menemui monster, humphh!!" Kata Clara dengan murung.
"Kau benar,"
"Re, aku jadi ngantuk. Di sini sejuk sekali membuatku menguap berkali-kali..," Keluh Clara yang kupotong.