The Art of Life

Titisari Prabawati
Chapter #3

[Part 1] Zero Point ~ Titik Nadir

Kisah kehidupan

Dan perencanaan yang meleset

Terkadang menyimpan pesan

Akan apa yang terbaik untuk dijalani

---

Hujan.

Gemuruh.

Deras.

Suara langkah kaki.

Seharusnya bau khas tanah saat hujan turun, pertichor yang menenangkan, tercium dari jendela apartemennya.

Tetapi apa?

Bebauan yang tak dapat dilupakannya.....

Yash...

Yashuko Koji

Apartemennya yang begitu rapi dan bersih.

Porak poranda, seperti sebuah badai telah mengamuk dan menghancurkan semuanya. Apa yang hancur mungkin bisa dipulihkan, tapi apa yang telah ternoda, takkan bisa dikembalikan.

Genangan darah di bathtub, ceceran darah di lantai kamar dan...

Seumur hidupnya dia tak pernah merasakan ketakutan, tapi hari itu, rasa takut mulai dikenalnya. Selama ini, dia dekat dengan kekuasaan dan kemudahan, tetapi, hari itu dia berkenalan dengan kematian...

Mutilasi

Kencan online

Pembunuhan berencana

Semua hal itu tidak pernah masuk ke dalam pikirannya sama sekali, sama sekali!

Hidupnya selama ini tidak pernah bersangkutan dengan hukum, walaupun dia seorang anak yatim piatu yang dibesarkan sebuah keluarga angkat yang hangat, dia tak pernah merasa kekurangan. Keluarga Daniel Nasution Yudhana mengangkatnya sebagai anak sejak dirinya masih berbilang bulan, jadi dia tidak mengingat seperti apa kehidupannya dulu. Daniel Nasution adalah politisi kawakan yang dikenal humoris dan dekat dengan rakyat, memiliki seorang istri jelita bernama Diana Shafira. Keduanya memiliki dua orang anak yang tengah beranjak dewasa tatkala sepasang wanita dan pria paruh baya mendatangi kediaman mereka dan menyerahkan seorang bayi usia bulanan.

"Anak ini telah yatim piatu karena kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan motor, penabraknya melarikan diri dan kebetulan saya adalah pemilik kontrakan dimana sepasang suami istri muda itu mengontrak. Mohon bapak Daniel memberikan solusi..."

Waktu itu posisi Daniel adalah walikota Surabaya dan dikenal sebagai pribadi yang baik, rumah dinasnya sering dikunjungi warga yang berkeluh kesah meminta pertolongan. Semula, pasangan paruh baya tersebut hanya ingin Daniel memberikan bantuan susu dan makanan bagi si bayi malang, tetapi melihat mata bening dan ketampanan si bayi, Daniel dan Diana memutuskan untuk mengadopsi bayi tersebut sebagai anak ketiga mereka yang kemudian dinamai Brahmya Chaka Yudhana. Sejak kecil, Emil dan Emilia, kakak kembar Brahmya sangat menyayangi si bungsu bahkan tidak pernah membahas jika mereka sebenarnya bukan saudara kandung, tetapi jejak digital akan asal-usul Brahmya lah yang kemudian membuat lelaki itu mengetahui jika dirinya bukanlah anak kandung Daniel. Hingga ayahnya pensiun sebagai Wakil Presiden, hubungannya dengan Daniel masih sangat hangat. Brahmya merasa beruntung, dibesarkan di keluarga yang beranggotakan orang-orang cerdas sehingga dia mampu sukses di usia muda, hingga peristiwa mengerikan di apartemennya terjadi.

Yashuko Koji adalah sahabatnya sewaktu magang di Jepang dulu, mereka bersahabat karib sampai Brahmya memutuskan pulang ke Indonesia untuk memulai kariernya di negara asalnya. Yash biasa menginap di tempatnya karena tahu Brahmya nyaris tak pernah tidur di apartemen miliknya karena sibuk dengan pekerjaannya. Lelaki muda itu memiliki kamar privat di kantornya sendiri sehingga di saat-saat sibuk terkadang tak pulang berhari-hari. Hingga malam naas itu tiba.

Brahmya menemukan tubuh Yash terpotong-potong mengenaskan dan bahkan beberapa bagian hilang, lelaki itu terlalu shock dan hanya mampu berteriak seperti orang gila sehingga beberapa penghuni yang satu lantai dan berada di tower yang sama dengannya berdatangan. Mereka melihat kaki Brahmya bersimbah darah dan lelaki itu berteriak-teriak tak terkendali. Beberapa orang memanggil polisi dan sebagian lagi hanya menunggu di luar, tidak berani masuk jika melihat kondisi yang mengerikan itu.

Ruang gelap

Interogasi

Pertanyaan beruntun

Brahmya tak pernah merasakan kegilaan seperti itu sebelumnya. Wajar jika polisi menanyainya dan menginterogasinya secara marathon akan apa yang terjadi pada Yash. Bagi Brahmya, kehilangan seorang sahabat karib sudah sangat mengejutkan, terlebih dengan kondisi yang begitu tragis dan tepat terjadi di apartemennya.

"Jika hendak berlibur ke Indonesia dia memang sering menginap di apartemen saya. Saya bahkan mendaftarkan sidik jarinya sehingga memudahkan Yash memasuki apartemen saya...."

Isi kepala Brahmya nyaris tak mampu menampung semua informasi yang masuk. Lelaki itu merasakan kesakitan yang amat hebat sehingga membuatnya ambruk.

"Tangannya dipotong..."

"Untuk membuka pintu..."

Lihat selengkapnya