The Art of Move On

Glen James Alexander Sahetapy
Chapter #1

Mantan Rock Star

Sesekali, masih terlintas dalam kepala Deus bagaimana saat Ride on Fire, bandnya yang kini telah –seharusnya dinyatakan bubar tapi para personilnya tidak tega- menjalani hiatus tampil. Para pemuda hingga mereka yang sudah dewasa, berambut panjang maupun pendek, menghentak-hentakkan kepala mengikuti irama lagu yang ia dan teman-teman bawakan.

Dirinya dulu dipujar-puja sebagai seorang rock star. Apalagi, dia juga merupakan creative director dari brand high end street fashion McBryde. Tapi sekarang, semuanya berubah total.

“Terus, kalau lo udah enggak keren kayak dulu, gimana mau dapet cewek cantik lagi, Kak Deus? Kan biasanya kalau kenalan: ‘hai, gue Mad, gitaris Ride on Fire’. Dibales: ‘oh, Mad yang Creative Director-nya McBryde, ya?’. Sekarang…? ‘Hai, gue Deus, kerjaan gue seniman’. Yaaah…, gue aja pengin ngenalin lo sama cewek malu. HAHAHA…!”

“Deus, gue kemaren ini ketemu sama si Arantxa. Dia nanya: ‘Kak Graha, Kak Deus udah enggak main band lagi, ya?’. Gue jawab: ‘iya, lagi hiatus’. Terus dia ngomong, dong, ‘pantesan udah enggak ganteng lagi’. Gitu, katanya!”

Ya, teman-temannya mencemooh dirinya sekarang. Padahal sebelumnya, setiap kali dia datang ke tongkrongan manapun, kawan-kawannya selalu menyambut dia bak dewa gitar versi Metal Hammer, Revolver, Kerrang!, Pitchfork, Rolling Stone, you name it. Kalau perlu, Hype Beast sekalian.

Kini yang ada, sebagian teman-teman sesama musisinya yang dulu selalu mendengar sabda-sabda sang nabi gitar malah mencibir dia di belakang.

“Mantan shredder terbaik Indonesia jadi seniman? Yaaahhh! Turun kasta, dong?”

“Semoga dia enggak pake nama Amadeus the Mad. Kalau pake, panjat sosial banget, tuh, mendompleng popularitasnya sebagai gitaris!”

“Dulu dia di-endorse gitar Jackson, kan. Sekarang siapa yang mau endorse dia…, Snowman, Staedtler, apa Faber Castle?”

Empat bulan yang lalu, Deus yang dijuluki Amadeus the Mad karena permainan gitarnya yang apik memilih untuk menghentikan karir bermusiknya. Sekalian, mengundurkan diri dari posisi Creative Director McBryde. Alasannya, pretty standard, guys. Dia patah hati. 

Ceritanya begini. Diangkat sebagai Creative Director McBryde, dia berhasil mengencani salah satu model mereka yang bernama Clarissa Louise, seorang wanita blasteran Menado-Perancis. 

Dua tahun mereka menjalin hubungan mesra yang setiap foto kebersamaan mereka di Instagram muncul, sudah pasti puluhan ribu tap dua kali diterima pada unggahan itu.  

Hingga akhirnya, kesibukan Deus menurunkan kualitas hubungan mereka. Diwarnai drama layaknya sepasang kekasih pada umumnya termasuk tuduhan Deus dekat dengan salah satu musisi indie pop solo yang tengah naik daun, Clarissa memilih untuk mengakhiri hubungan mereka.

“Kamu tuh bilangnya cuma temenan sama Danilla… tapi kenapa dia tahu jadwal-jadwal kamu, kamu lagi ngapain, kamu ada di mana dia juga ada…, sementara aku, diajak pun enggak…, kenapa bisa gitu?!”

“Aku sendiri juga enggak tau! Dia tiba-tiba-tiba muncul, dateng ke kantor, ikut nongkrong sama anak-anak—, kayaknya dia suka sama Ezekiel, deh...?”

“BULLSHIT! Dia mungkin suka sama Ezekiel. Tapi dia lebih suka lagi sama kamu, iya, kan?”

Usai Clarissa menunjuk-nunjuk dan mendorong-dorong dirinya, akhirnya wanita itu mengeluarkan jurus terakhir bak Kamehameha ala Dragon Ball atau mungkin Specium Ray milik Ultraman yang membuat Deus keok tak berdaya.

“Emang di dunia tuh cuma ada dua tipe cowok. Cowok brengsek sama sama cowok ‘belok’… dan lo…, terserah mau jadi yang mana. Pokoknya mulai detik ini, KITA PUTUS…!”

Dua hari kemudian Clarissa meminta maaf padanya. Sekira dua minggu kemudian, dia sudah pamer kemesraan dengan William Hadinata, seorang presenter televisi sekaligus aktor kenamaan, pacar barunya.

Tetapi kemudian, Deus menemukan alasan yang lebih dalam dari pada itu untuk melakukan perubahan terhadap dirinya. Mungkin selama itu dia terlalu menikmati hidup sehingga pongah dengan status dan segala sanjungan yang ia terima. 

Lihat selengkapnya