The Art of Move On

Glen James Alexander Sahetapy
Chapter #4

Mantan Dan Pacarnya

Tidak jauh di depan, pada ruas gang yang harus dilaluinya, Deus melihat kumpulan wartawan. Kamera video, kamera foto, lampu tata cahaya nan benderang dan microphone tertuju pada seorang laki-laki yang tengah ditemani kekasih juga kawan-kawan mereka.

Melihat sosok Deus ada di situ, wanita yang tengah bersama pria itu sontak mengerling padanya begitu kalem. 

Itu adalah William Hadinata bersama… siapa lagi kalau bukan kekasihnya yang cantik jelita, Clarissa Louise, mantan pacar Deus.

Bagi Deus, suasana yang dia hadapi bagai seorang John Wick yang bersiap-siap menyambut serbuan pembunuh yang menginginkan nyawanya. Deus menegakkan kepala, wajahnya yang disebut-sebut mirip seorang aktor Korea itu mengangkat dagu. 

Bukan kehadiran Rissa dengan pacar barunya itu yang membuat dia tidak merasa nyaman. Tetapi, teman-teman mereka. Entahlah. Menurut dia, hubungan yang terjalin antara Clarissa dan William disebabkan oleh para Selebgram sahabat mantan kekasihnya tersebut. 

Merekalah yang berperan dalam mempertemukan dan menjodohkan Clarissa dengan William sehingga dia tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka.

Deus menghela napas singkat. Serasa diiringi lagu Billie Eilish yang berjudul No Time to Die, original soundtrack film James Bond –agak tidak nyambung memang- ia terus melangkah menuju kerumunan tersebut. Saat itu terdengar perbincangan William dengan wartawan.

“Aku regularly ke sini kok. Tiap taun. Why? Because Bright Market tuh, kayak… apa, ya? Nawarin semua yang aku mau lah, kira-kira gitu.”

“Kan kamu dateng sama pacar, nih, pacanya dibeliin apa gitu, enggak?”

“Oh, pasti dong…! Ini kan Bright Market pertama kita setelah jadian. Harus spesial…”

Sejujurnya Deus tidak merasa panas hati atau apapun. Yang membuat dia saat itu merasa keki adalah, dia –seharusnya- mengenal kawan-kawan Clarissa dengan baik. 

Tapi saat itu ketika dia berniat untuk tersenyum atau sekedar menyapa singkat, mereka bagai pura-pura tidak melihat padahal jelas-jelas ia melintas di hadapan mereka.

“Permisi, sorry...” ucap Deus dengan senyum canggung karena mimik ramah yang ia buat sama sekali tidak mendapat sambutan dari orang-orang yang sebelumnya sangat akrab dengan dia. Rupanya, Deus benar-benar telah menjadi orang asing bagi mereka.

“Deus…!” sapa salah satu pria yang berada dalam kelompok Clarissa.

Ternyata, Deus sedikit salah sangka pada kawan-kawan Clarissa. Teman-teman wanita dari perempuan blasteran itu bisa jadi bergeming melihat kehadiran dia di situ. Tetapi pacar-pacar mereka masih bersikap ramah padanya dan dia sangat menghargai sikap mereka tersebut.

Sempat bertukar sapa singkat dengan kawan-kawan lamanya, Deus lanjut berjalan menjauh dari dari situ. Tetapi kemudian, seseorang menyapa dirinya setelah melangkah menjauh dari Clarissa dan kawan-kawan.  

Lihat selengkapnya