The Babad Noir Chronicles

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #2

the bar

Manakala seseorang tidak bisa dikatakan jahat, belum tentu orang tersebut mengambil posisi sebagai orang baik pula. Kelemahan selalu menyertai dirinya. Ada kelompok-kelompok masyarakat yang berusaha melakukan hal-hal yang baik dalam hidupnya, namun satu dan lain hal memaksanya untuk mengambil tindakan di luar sistem dan aturan yang ada. Inilah jalan takdir para anggota mafia, organized crime, yang berjalan di atas hukum, atau bahkan di bawahnya, atau bersama hukum namun dengan melipir dan tak tegas. Semua mereka lakukan karena mereka tak percaya dengan sistem kekuasaan yang ada, sehingga mereka berusaha menjadi sistem dan kekuasaan itu sendiri. Mereka mencoba untuk survive, dimana di sisi lain, menunjukkan bahwa mereka mampu meruntuhkan aturan yang selama ini membuat mereka tak percaya, ragu dan diruntuk rasa takut. Merekalah yang berubah menjadi rasa takut itu sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sebuah gang sempit terjepit diantara dua kompleks bangunan tersebut diterangi lampu temaram yang berkedap-kedip dan terkadang padam untuk beberapa detik dengan bunyi seperti lebah yang sedang menyengat. Permukaan jalannya yang terdiri dari susunan paving block gelap yang sudah tidak rata itu menyimpan genangan air di sana-sini bekas hujan reda yang jatuh seharian tadi. Bau lembab bercampur alkohol dan asap rokok yang kental mengambang di udara bergulung-gulung.

Satu bangunan empat lantai dengan neon board berwarna merah dan biru bertuliskan closed menyala sedikit lebih terang dari lampu pijar gang yang berkedip-kedip mati hidup. Pintu kayu tebal berteralis baja dibuka oleh sebuah lengan kekar. Orang yang membuka pintu dari luar itu mengenakan kaos oblong berlengan pendek putih kusam dengan suspender dicatutkan di pinggang celana panjang woven fabric bermotif kotak-kotak hitam putihnya yang juga kusam.

Wajah pria tersebut terlalu sangar dan bengis untuk seorang laki-laki biasa. Ditambah pula dengan tatapan mata tajam di bawah tulang keningnya yang keras. Wajahnya dihiasi cambang dan kumis yang lebat yang semakin menambah kesan gahar. Rambut pendeknya yang tidak beraturan ditutupi 50s cap gelap bercorak garis-garis. Yang paling menonjol dari laki-laki ini adalah tubuh raksasanya.

Otot yang menghiasi lengan dan dadanya memyembul berontak dari kaos oblong putih kusamnya. Walau tingginya melebihi rata-rata pria normal, ia tidak terlihat tambun apalagi kendor. Sebaliknya, gerakannya terlihat sangat gesit.

Pria bertubuh raksasa ini dikenal dengan nama Wrekodara.

Di dalam ruangan lantai satu yang ternyata adalah sebuah bar itu, telah menunggu beberapa orang. Bar sedang ditutup malam ini. Kursi-kursi telah disusun rapi di pojok-pojok ruangan dan disisakan hanya untuk mereka yang sedang berkumpul di tempat tersebut. Bir dan beragam minuman beralkohol lainnya menumpuk di meja bar.

Lihat selengkapnya