The Babad Noir Chronicles

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #4

the servants

"Mretani adalah area di bagian utara Wanamarta. Wilayah ini adalah lahan bisnis para kelompok jim dan gandharwa yang berfokus pada hutang piutang, rentenir dan hal-hal serupa. Orang yang bisa dikatakan memimpin dan mengatur Mretani memiliki kemampuan manajemen yang baik sehingga menyembunyikan usaha mereka dari radar petugas hukum, para batara. Atau, bila pun para batara mengerti, kelompok jim dan gandharwa ini berhasil membuat mereka tidak ikut campur. Paham maksudku, bukan?"

Penyukilan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku overall atau jumpsuitnya, berdiri tenang sembari menatap ke atas, seakan menerawang dan merenungkan sesuatu. Mungkin ia sedang pergi ke masa lalunya. Kejadian ini berlangsung selama beberapa detik sampai sang ayah, Janggan Smarasanta atau yang sebelumnya juga dikenal dengan nama Ismaya mendekati anak angkat nomer duanya itu dan menampar kepalanya dengan keras.

Penyukilan terkejut dan meringis sembari menjaga keseimbangannya.

"Kelamaan, goblok! Cerita ya cerita saja, jangan pakai dramatisasi seperti itu!" ujar Janggan Smarasanta.

Tak lama saudara tuanya, Sukodadi juga meluncur dan menyepak pantat Penyukilan, "Banyak gaya!" Bagong, saudara paling muda, bertubuh pendek namun gempal juga mendekati sang kakak laki-lakinya itu, namun berhenti tiba-tiba ketika Penyukilan melotot tajam dan menunjuk ke arahnya, "Bagong, jangan ikut-ikutan! Mau mampus kamu?!"

"Iya, iyaa ... Sialan, gak dapat bagian aku," Keluh Bagong kecewa.

"Heh, bocah gendeng, jangan banyak gaya, cerita saja. Muter-muter lagi, tak hajar habis-habisan kamu!" ancam Janggan Smarasanta.

"Iyaaa ... Jangan muter-muter kata rama, nanti dihajar," ujar Bagong menirukan ucapan ayahnya.

"Diam kamu Bagong! Sudah dibilang jangan ikut-ikutan." Penyukilan membentak Bagong lagi meski ia tak berani menatap sang rama, ayahnya. Ia melirik Sukodadi sembari mengepalkan tangannya.

Penyukilan menyapukan pandangan ke seluruh ruangan dimana semua orang menatapnya kembali. Ia memegang lehernya dimana tato nyala api dikelilingi lingkaran berwarna hitam tercetak disana.

"Ah .. Sialan. Bukannya gampang menceritakan masa laluku yang gelap ini."

"Heh brengsek, siapa yang suruh situ cerita masa lalu, tuan Wrekodara dan yang lain minta situ menjelaskan soal kelompok jim dan gandharwa, bukannya curhat, kampret!"

"Kalau tidak ada tuan-tuan the Pandawas serta rama disini, sudah kusobek mulutmu Sukodadi."

"Mulutku sudah robek Penyukilan, mungkin mulutmu yang perlu dirobek."

Lihat selengkapnya