The Babad Noir Chronicles

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #17

the corporation

Ada tertulis sebuah siasat perang kuno bernama Gedong Minep yang berbunyi jumlah musuh yang lebih sedikit dipancing untuk masuk ke dalam taktik ini. Ketika mereka telah masuk, musuh akan dikurung dan dihancurkan di tengah. Siasat ini digunakan untuk menghancurkan penyerang yang jumlahnya lebih sedikit namun dilaksanakan dengan lebih efektif dibanding harus bertarung secara langsung beramai-ramai. Jumlah korban dari kelompok yang bertahan dapat diminimalisir dan musuh dihancurkan secara sempurna.

Sebuah strategi yang menjadi pemikiran dalam sebuah pertempuaran ala mafia.

Langit Wanamarta selalu terlalu akrab dengan kegelapan. Semenjak siang awan kelabu bermunculan disana-sini bagai bunga yang bermekaran, bedanya mereka berwarna kelam, bagai bercak-bercak kotoran di pakaian berwarna putih. Sinar matahari tak berhasil menerobos jaring-jaring kelabu mega mendung. Angin berhembus kencang dibarengi hujan rintik. Meski hujan yang jatuh tidak seberapa, kuatnya angin membuat air menampar-nampar keras ke segala arah.

Meski sore itu mendung tak kunjung pergi, hujan yang miskin tadi akhirnya malas untuk kembali turun. Sebuah mobil Continental Mark II berwarna hijau pupus memacu dengan laju sehingga menyipratkan genangan air ke arah gerombolan pegawai kantoran yang berjinjit-jinjit di bawah payung yang baru akan mereka katupkan kembali.

Tak pelak para pegawai kantoran tersebut memaki serentak pada mobil mewah itu. Sore ini adalah waktunya untuk pulang ke rumah mereka masing-masih setelah seharian bekerja. Mereka sudah menutupi badan dan kepala mereka sedari tadi dengan coat panjang dan fedora, ditambah payung hitam lebar. Namun entah dari mana tiba-tiba saja mobil itu membobol pertahanan mereka yang sudah dari awal mereka jaga, tepat ketika hujan sudah berhenti turun.

Tak lama sebuah Mercedes-Benz 300 SL Roadster open-top two-seaters atau kap terbuka melewati para pegawai muda itu dan kembali menyemprotkan air ke tubuh mereka. Tapi kali ini bedanya tak ada keluhan atau cacian dan makian lagi. Karena di atas tempat duduk ganda di mobil mewah tanpa atap itu terlihat jelas dua orang penting di Pringgandani Corporation, atau kerap ditulis dengan Pringgandani Corp., yang memandang mereka dingin. Kedua orang itu adalah dua saudara kembar bernama Brajadenta dan Brajamusti. 

Lihat selengkapnya