Perempuan cantik Jangkung yang disebut Arimbi oleh pria paruh baya bernama Narada itu memandang lawan bicaranya itu tajam dan sekan tak percaya. "Aku tidak tahu bahwa anda benar-benar bodoh, polos atau terlalu berani."
Sang pria menjawab dengan tak acuh, "Entahlah, mungkin ketiganya."
Volume tawa sang gadis yang mendadak meletus dan menggema di dalam ruangan itu memancing dua orang dengan tubuh kekar nan besar berselimutkan setelan jas hitam dan fedora mendekati mereka.
"Ada yang bisa kami bantu, Lady?" ujar salah satunya.
Narada melirik ke arah dua pemuda itu.
"Rupa-rupanya kelompok Gandharwa dan Jim dipercayakan menjadi bodyguard khususmu Lady? Mengapa tidak menggunakan orang-orang bhuta saja? Apakah terlalu elit? Sebegitu pelitkah Arimba dalam menjaga adiknya sendiri?" ujar pria bernama Narada itu.
Kedua orang pemuda tersebut secara otomatis memegang leher mereka yang ditato. Klan gandharwa memiliki tato bergambar nyala api di leher mereka, sedangkan kelompok Jim memiliki tato serupa bergambar nyala api juga namun dengan tambahan lingkaran berwarna hitam di sekelilingya.
Sang gadis kembali terkekeh, "Jadi anda juga menduga bahwa aku adalah bagian dari kelompok bhuta dari sepasang anting-anting lebar yang aku kenakan?"
"Tentu saja. Semua orang paham hal itu, bukan?
"Bagus! Berarti anda juga tahu resiko kurang ajar dengan seorang bhuta, bukan?" balas sang gadis.
"Hmm ... Potong telinga, atau jari, atau kematian. Tergantung dari tingkat kesalahan yang dibuat."
Sang gadis tertawa semakin keras dan histeris, "Aku salah, aku pikir anda hanya bodoh atau lugu, atau memang berani mati. Tapi ternyata anda adalah seorang yang gila." Wajahnya berubah menjadi dingin kembali. Ia palingkan wajah dan menjentikkan jarinya. Dua orang pemuda besar kekar dan kedapatan berasal dari klan Gandharwa dan Jim tersebut sontak serentak maju mengepung Narada. Masing-masing memegang lengan kanan dan kiri Narada dan bermaksud menariknya.
Sunnguh mengejutkan, dengan kecepatan yang luar biasa, Narada melepaskan lengannya dari salah satu pemuda kemudian berbalik memelintir lengan pemuda tersebut serta membenturkan kepala sang pemuda di meja bar. Sedangkan pemuda satunya terdorong mundur menabrak kursi-kursi bar akibat tendangan Narada. Ini membuat pengunjung yang ada terperanjat kaget.
Sang pemuda yang terdorong mundur menjaga keseimbangan. Ia kaget, marah sekaligus malu akibat kejadian ini. Tanpa basa-basi lagi, ia mengambil pisau lipat yang diselipkan di pinggangnya kemudian langsung menyerbu ke arah Narada. Yang diserang hanya menggeserkan tubuhnya sedikit, menundukkan badan dan menggunakan lututnya untuk menghajar perut si pemuda. Kemudian Narada menjambak rambut di belakang kepala sang penyerang yang menunduk kesakitan, menempelkan kepalanya ke meja bar. Sebuah pistol, revolver Colt 2" .38 Special menempel di kepala si pemuda Gandharwa. Narada menghempaskan detective badge di sisi sang pemuda sembari meyakinkan sang gadis juga melihatnya.
Sepasang mata sang gadis membulat lebar. "Ampun, Bapak detektif, aku tidak melakukan tindakan kriminal apapun, bukan?" ujar sang gadis yang memang bernama Arimbi tersebut terlihat santai dan berlagak jenaka, walau ia tak mengingkari keterkejutannya tadi.