Wrekodara sudah duduk di atas motor besar Harley Davidson FL Panhead hitam dengan lis oranye 1.200 cc nya. Sedangkan Nakula dan Sadewa masing-masing memilih tunggangan mereka berupa motor tipe racing, CRD53 Triumph Bonneville T100. Pengikut yang lain menumpuk di sebuah mobil pick-up truck Chevrolet 3100.
Tak lama semua mesin dinyalakan. Derungan motor dan mobil menggema di udara. Para pengendara menggeber gas kendaraan mereka bagai kumpulan banteng yang menggarukkan kaki mereka di tanah. Semua kendaraan kemudian langsung melaju ke arah utara mengikuti deruan motor Wrekodara yang berada di paling depan yang disusul oleh Nakula dan Sadewa dengan motor mereka.
Di sisi lain, Janaka jelas masuk ke mobil Jaguar Xk 120 andalannya. Penyukilan dengan percaya diri membuka pintu dan ikut masuk ke mobil mewah itu sebelum ditendang keluar oleh Janaka. Rombongan Janggan Smarasanta, Sukodadi, Bagong dan sisa rombongan yang menaiki Ford F100 Second Generation merah terang tertawa terbahak-bahak dengan kejadian ini. Dengan tergopoh-gopoh Penyukilan naik ke belakang mobil pick-up itu dengan disambut tawa dan ejekan saudara-saudaranya. Tak lama kendaraan mereka tersebut juga segera meninggalkan hotel mengikuti mobil Jaguar Xk Janaka yang sudah melaju terlebih dahulu.
Wrekodara telah sampai dahulu ke area di arah utara.
Terlihat dari jauh puing-puing perumahan dan pertokoan elit yang walau telah tidak terpakai lagi dan menyisakan noda-noda gelap bekas jilatan api, tetap masih menunjukkan kemegahan dan kegagahannya. Rombongan di belakang Wrekodara memang harus melewati daerah ini yang dikenal dengan nama Jala Sutra. Dahulu, ini adalah pusat bisnis kelompok jim dan gandarwa sebelum hancur karena pertentangan dengan kelompok bhuta yang terlalu mudah mengalahkan mereka karena memanfaatkan ketiadaan kontrol dan kekuasaan pusat, yaitu Hastina Enterprise.
Wrekodara sudah paham bahwasanya misi yang diembankan kepadanya adalah semacam tindakan untuk ‘membersihkan jalan’ yang akan dilewati Puntadewa kelak. Wrekodara tak terlalu peduli dengan istilah ‘berbicara’ yang selalu disampaikan oleh kakangnya tersebut. Tapi untuk mencapai hal itu, jin dan gandarwa tak akan tinggal diam. Mereka tidak akan membiarkan siapapun mencapai pusat kekuasaan jim dan gandarwa di Mretani dengan alasan apapun. Niat keluarga Pandawas mengunjungi Mretani pada dasarnya bisa dikatakan merupakan sebuah tantangan terbuka, sebuah serangan nyata. Maka dari itu, Yudhistira sudah paham dengan apa yang akan terjadi. Ia telah memerintahkan segenap kekuatan jim dan gandarwa untuk melawan para Pandawas.
Ketika semakin mendekati kompleks Jala Sutra, rombongan Wrekodara memperlambat laju kendaraan. Sudah jelas terasa bahwa aura peperangan terasa pekat di daerah ini. Jala Sutra bukan benar-benar sekadar tumpukan puing-puing. Ia dibangun seperti sebuah labirin. Gedung-gedungnya masih menunjukkan sedikit banyak bentuk aslinya, tapi karena sudah tidak ditinggali ada bagian-bagian tertentu yang hancur, sulit sekali melihat apa yang ada di dalam dan di balik tempat ini. Masalah utama bagi Wrekodara dan orang-orangnya, mereka harus melewati tempat ini untuk sampai ke pusat Mretani.