The Babad Noir Chronicles

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #30

the lake

Shotgun terlepas dari tangan sang penjaga. Dalam kesempatan tersebut, Arimbi langsung melemparkan kedua batonnya ke penjaga lain untuk memecah konsentrasi mereka. Teknik ini berhasil. Para pejaga terpaksa menghindar daripada terkena senjata tersebut. Arimbi kemudian berguling cepat, mengambil shotgun yang terjatuh tadi serta langsung menembakkan ke arah tempurung lutut satu buta. Ia menembak lagi ke kaki seorang buta yang memegang Browning M2. Suara teriakan memilukan terdengar keras saling bersahutan disusul robohnya kedua lawan.

Arimbi lalu mencoba merebut senapan mesin lawan yang lututnya hancur dihajar shotgun. Namun tanpa diduga, sang musuh masih mampu menggenggam senapan mesin itu dengan kuat. Arimbi memelintir lengan sang musuh dan langsung saja ia arahkan kepada ketiga buta lainnya yang siap menyerangnya, dan kemudian menembakkannya. Alhasil, Arimbi membunuh ketiganya di tempat. Tubuh mereka tercacah peluru senapan mesin Browning M2 tersebut. Sang pemegang melongo namun dengan senapan masih dipegang erat. Dengan popor senapan, Arimbi hentakkan ke wajah sang pemegang. Sang musuh terkapar tanpa suara. Browning M2 pun akhirnya berada di tangan Arimbi.

Dalam keadaan kisruh dan berisik ini, tak akan butuh waktu lama untuk para buta dan gandarwa dari restoran dan hotel Agni untuk segera datang. Bunyi tembakan dan ledakan yang keras dan sinar dari moncong senjata api saja sudah lebih dari cukup untuk membuat para penjaga dan pasukan di hotel Agni tertarik perhatiannya.

Arimbi memandang sekeliling, melihat penampakan pasukan tambahan yang bakal dikirim untuk mengecek keributan yang ia buat. Ia kemudian memandang ketiga gadis muda yang ia selamatkan.

Arimbi menunjuk ke satu arah kemudian berkata, "Kalian tunggu aku di dermaga. Sembunyi di sana. Aku akan segera menyusul," perintah Arimbi kepada ketiga gadis muda di belakangnya yang ternganga heran, takjub sekaligus masih dilingkupi rasa khawatir, takut dan bingung. Walau dengan mimik muka yang masih menunjukkan kecemasan, mau tak mau mereka tetap langsung menuruti sosok penolong mereka tersebut. sedangkan perempuan-perempuan dewasa lainnya sudah berlari kacau entah kemana, antara panik dan berusaha menyelamatkan nyawa mereka sendiri.

Arimbi mendekati satu hbuta yang mengaduh-aduh kesakitan karena luka menganga di lututnya. Arimbi menodongkan senapannya ke kepala sang bhuta, "Dimana kalian simpan anak-anak perempuan yang lain? Masih ada ruangan di bawah?"

Memandang moncong senjata api ada di depan wajahnya, sang bhuta menjawab sebisanya terbata-bata karena gabungan perasaan takut dan kesakitan. "Aku hanya menjaga tempat ini ..."

Lihat selengkapnya