The Babad Noir Chronicles

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #38

the wake

Begawan Wilawuk terkesiap melihat sang putri berada di tempat itu. Jimambang juga dengan nekat memeluk Janaka yang bila terlambang sepersekian detik sudah pasti tewas.

"Jimambang, sejak kapan kau di sini. Sana segera pulang. Kau tahu bahwa kau sedang hamil, bukan?" seru sang ayah.

"Ya, Rama. Aku sedang hamil, dan Rama tahu bahwa di dalam perutku ini adalah anaknya, anak kami. Ia adalah ayah dari anakku yang hendak Rama bunuh. Apakah Rama ingin memisahkan anak dari ayahnya?" balas Jimambang masih tersedu-sedan.

Begawan Wilawuk memandang tubuh tergeletak tak sadarkan diri Janaka dengan jijik. "Ayah macam apa orang ini? Ia adalah penipu kelas berat, lelaki yang tak bisa bertanggung jawab dengan nafsunya sendiri. Kau tahu dengan jelas bahwa ia sudah memiliki entah berapa perempuan sebelum kau dan entah berapa anak yang sudah ia buat."

Jimambang mengangguk, "Aku sadar, Rama. Kakang Janaka memang aku akui tidak seperti laki-laki lain. Ia istimewa, Rama. Lagipula bagaimanapun anak di dalam rahimku adalah cucumu juga, Rama."

Begawan Wilawuk meludah ke tanah, "Kau lihat, apa pantas ia jadi ayah dari cucuku? Aku tidak melihat ada darah ksatria dari seorang playboy murahan seperti dia. Hampir saja aku lobangi kepalanya dengan ...,"

Begawan Wilawuk belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika moncong pistol Ruger milik Janaka menempel di kepalanya. Janaka bergerak begitu cepat dari posisinya yang telungkup tak sadarkan diri tadi. Bahkan salah satu dari dua personil khusus Pringcendani Arms yang tersisa tidak sempat melakukan apa-apa.

"Kalau begini bagaimana, orang tua?" ujar Janaka dingin.

Lihat selengkapnya