The Babad Noir Chronicles

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #40

the truth

Adalah seorang laki-laki bernama Bandung Bandawasa yang adalah seorang proletar yang terlibat di dalam percaturan politik negara Galigi Mawayang ini. Awalnya ia meniti karir di perusahaan Pancala, anak perusahaan Hastina Enterprise sebagai seorang bodyguard. Tidak heran, karena hidupnya yang keras sebagai buruh tani, buruh bangunan sampai penambang sedari kecil membuatnya memiliki fisik dan tekad sekeras baja. Pada usia belasan tahun ia meninggalkan Negeri Bawah Bumi, negara bagian dimana ia lahir dan berasal, ke Negeri Samudra. Dari Negeri Samudra, ia kemudian hijrah lagi ke negara bagian Arcapada atau Lower State.

Di Pancala-lah takdir dan nasib menemukan ia dan sang tuan, Gandamana. Seorang laki-laki yang hanya sedikit lebih tua darinya, namun memiliki kharisma luar biasa. Ia dengan cepat menjadi orang kepercayaan Gandamana. Bahkan ketika Gandamana diminta Master Pandu untuk berkarir di Hastina Enterprise, Bandung Bandawasa juga turut serta. Praktis ia menjadi orang kuat di Hastina. Kemampuannya mengendus niat buruk para rival bisnis Hastina dan Pancala, serta kehebatan kemampuan melindungi tuannya inilah yang menjadikannya sebagai karakter 'mahal' bagi Gandamana.

Beberapa tahun kemudian, Gandamana kembali memegang kekuasaan di Pancala, namun ia lebih memilih memimpin divisi keamanan perusahaan bersama Bandung Bandawasa, sedangkan posisi direktur utama perusahaan dipegang Sucitra yang bernama lain Drupada, suami adik perempuannya, Gandawati. Pasangan Drupada dan Gandawati inilah yang merupakan orangtua Lady Drupadi, istri dari Puntadewa, anak tertua keluarga The Pandawas.

Bandung Bandawasa kemudian berganti tuan kepada sang Wrekodara atas rekomendasi Gandamana. Pergantian pengabdian ini tidak sesederhana yang dipikirkan tentunya, karena Bandung Bandawasa telah mengabdi pada Gandamana selama bertahun-tahun. Hanya saja, Gandamana berkata jujur pada tangan kanannya yang setia itu bahwa Wrekodara dan para The Pandawas adalah masa depan. Ia sudah tidak bisa membantu Pancala yang sudah memiliki pemimpin pula.

Gandamana menegaskan bahwa mengikuti Wrekodara bukanlah sekadar pekerjaan, tapi sebuah pengabdian, Sama seperti sewaktu ia mengabdi kepadanya. ‘Penyerahan’ Bandung Bandawasa dari Gandamana ke Wrekodara bahkan bisa dikatakan sebagai sebuah perintah dan titah yang harus dituruti dan dilaksanakan.

Alasan Gandamana mungkin bisa dimaklumi karena walau belum bisa dikatakan tua, namun Gandamana sudah sakit-sakitan karena pola kehidupannya sewaktu masih muda. Ia terbaring mati setelah melewati asam garam dunia bisnis dan kekuasaan.

Lihat selengkapnya