Mungkin pertemuan kita terkesan buruk. Tapi bolehkah untuk seterusnya kita baik-baik saja walaupun kita belum termasuk dalam kategori orang baik?
*****
Tepat pukul 09:45 murid SMA Wijaya beristirahat. Semua tampak sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Pada saat ini yang di prioritaskan adalah mengisi perut yang sedang kelaparan.
Berbeda dengan gadis yang berparas cantik, kulit putih, badan tinggi semampai, body goals, namun memiliki tatapan yang sangat mengerikan. Gadis itu ialah Rycca, ia sedang berbincang dengan kelima teman lelakinya.
Mereka sedang merencanakan sesuatu.
"Oke, lo pada gak usah ngambil tas. Tasnya tinggal di kelas aja. Habis ini langsung aja ke tempat ketemuan," ujar Rycca yang sedang memberitahukan sesuatu kepada teman temannya. Mereka nampak menimang saran dari Rycca.
"Kita otw aja sekarang, mumpung lagi istirahat. Bel juga bakalan bunyi 8 menit lagi," jawab Ricco dengan melihat jam tangan hitam yang melekat ditangan kirinya. Semuanya mengiakan pendapat Ricco, dan langsung bergegas ke halaman belakang sekolah.
Sesampainya di halaman belakang sekolah, mereka menaiki pagar yang dipimpin oleh Ricco. Ricco mulai mengintai di bawah dan sekitar halaman luar pagar. Beruntung pagar di halaman sebelah utara tak begitu tinggi temboknya. Jadi memudahkan mereka untuk melakukan dosa remaja, madol.
"Aman!" Ucap Ricco sambil memberi aba aba pada Rycca dan ke empat temannya. Tak perlu pikir panjang, Rycca dan keempat pria itu langsung menaiki pagar itu.
"Lo pada hadap sono! Jangan ngintip!" perintah Rycca tegas. Dengan lihai dan cekatan bak profesional, Rycca dengan mudah menaiki tembok itu. Gadis itu juga masih mengenakan rok pendek abu-abu khas anak SMA.
"Siap Bu Boss!" Saut ke empat pria itu. Ferdinan, Akmal, Rian, dan Angga langsung berbalik badan.
Setelah Rycca berhasil menaiki pagar, keempat temannya langsung mengikuti.
"Mana celana gue?" tanya Rycca menatap kelima sahabatnya itu.
"Nih," jawab Ferdinan sembari memberikan celana abu abu panjang khas siswa SMA itu kepada Rycca. Dengan sigap gadis itu mengambil celana itu.
"Oke, gue ganti celana dulu di sono." Rycca langsung meinggalkan kelima temannya. Dia menuju toilet umum di sekitar situ.
Kelima lelaki itu sedang asik bercanda, tiba tiba datang seorang mengenakan baju SMA dan memakai jaket, kepalanya ditutupi kupuk jaket hoodie berwarna army itu, dan mengenakan slayer warna hitam yang menutupi sebagian wajahnya, yang terlihat hanya bagian mata saja. Mata itu sangat cantik dihiasi bulu mata lentik.
"Yuk cabut!" Suara datar datar dari orang itu
"Aje Gile! Gue kira siapa lo Ryc! " pekik Ferdinan tak percaya. Padahal sering melihat penampilan Rycca seperti itu ketika akan melakukan tawuran.
"Gue kira preman tanah abang!" sahut Akmal tak kalah kencang.
"Gue kira depkoleptor SMA."
Rycca memutar bola matanya malas.
"Gue kira a--"
"Bacot lo pada! Mending kita berangkat sekarang!" potong Rycca cepat. Ia kesal dengan perkataan teman temannya yang suka meledek itu.
"HAHAHA... Kuy lah," jawab kelima lelaki itu bersamaan.
Mereka berangkat dan menunggu bis di halte. Matahari dijam-jam seperti ini mulai ganas memancarkan energi panasnya. Kini seragam mereka menjadi agak basah karena keringat yang bercucuran disekujur tubuh mereka. Sesekali Rycca harus menyeka keringat yang tak hentinya bercucuran dipelipisnya.
"Nah itu dia bisnya!" pekik Akmal semangat dengan memunjuk ke arah Bis warna orange itu.
Mereka segera memberhentikan bis tersebut dan langsung naik untuk menuju lokasi.
"Yang lain udah pada berangkat?" tanya Rycca pada Ricco yang duduk di sampingnya.
"Udah kok."
"Berapa anak?"
"Sekitar 8-9 an anak lah," jawab Ricco seadanya. Rycca hanya menganggukan kepalanya, mengerti.
"Emangnya lawan SMA mana sih?" tanya Ferdinan yang berdiri di samping Ricco.
"Kabarnya sih, sama anak SMA Grafica," jawab Ricco santai sembari menyalakan rokok.
"Lo kalau mau ngerokok jangan deket-deket gue!" protes Rycca sambil menatap tajam pria disampingnya. Ricco diam, tak jadi menyalakan korek apinya. Ia lupa kalau yang duduk disebelahnya adalah Rycca. Orang yang anti rokok dan segala yang berhubungan dengan itu. Yah meskipun ia terkenal Bad Girl, ia sekalipun tak pernah menyetuh barang-barang yang berbahaya bagi hidupnya.
Ricco senyum tak berdosa. Lalu memasukkan kembali rokok serta koreknys itu kedalam saku celananya.
"Mending gak ngerokok deh daripada harus jauh-jauh dari lo."
****