The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #6

5. Destiny

Malam hari yang cerah, bintang bersinar begitu serontak bahagia. Gadis berparas cantik itu sedang asik memainkan gitar elektrik di kamar miliknya. Memainkan alunan musik bergenre rock dan pastinya sangat berisik.

"Rycca..."

"RYCCAAA..." teriakan keras itu terdengar begitu cempreng, suara yang sangat familiar. Siapa lagi kalau bukan tante Arinda?

Rycca memberhentikan aktivitasnya dan segera menghampiri tantenya yang berada di lantai bawah.

"Iya tan, ada apa?" tanya Rycca sembari menuruni anak tangga.

"Ayo kita makan malam di luar, tante mager masak."

"Lah, kan ada Bi Milea?"

"Bibi lagi refreshing sebentar di kampung. Ponakannya juga lagi lamaran di sana," jawab Arinda santai. "Sudah cepat ganti baju sana!" suruhnya cepat. Rycca segera kembali ke kamarnya dan langsung ganti baju.

Rycca mengenakan jumper hoodie polos warna maroon dan celana jeans warna hitam. Dan always memakai sendal jepit warna senada dengan jaketnya.

"Anak gadis kok dandanannya kaya anak laki! Anggun dikit kek!" sambar Arinda pedas. Penampilan Rycca memang tak pernah berubah! Ia melihat ke arah bawah dan langsung berdecak. "Ganti sendal jepit kamu!" perintahnya tak suka.

"Emang kenapa sih tan? Kan enak pake sendal jepit!" protes Rycca, ia memang senang memakai sendal jepit. Dimanapun dan kapanpun.

"Kita mau makan di restoran, bukan warteg!"

"Emang apa bedanya? Kalo pake sendal jepit nggak boleh masuk gitu di restoran? Yang penting kita kan bayar!" balas Rycca mencari pembelaan. Arinda menghela napas berat. Percuma berdebat dengan si keras kepala.

"Terserah kamu!" ujarnya yang sudah menyerah!

Mereka berdua menaiki mobil hitam milik Arinda, mereka menuju restoran sea food. Sebenarnya Rycca tidak begitu suka dengan makan sea food, ia lebih memilih memakan nasi uduk dengan gorengan. Namun tantenya saja yang sangat suka dengan hidangan sea food, jadi terpaksa dia mengikuti saja.

Mereka berhenti di restoran sea food yang berjarak tak jauh dari pantai hingga dapat menikmati keindahan pantai pada malam hari.

"Loh Rycca," sapa seorang lelaki yang begitu familiar bagi Rycca. Suaranya saja mampu membuat tensi darahnya naik. Siapa lagi kalau bukan Kafin?

"Dia siapa Ryc?" tanya Arinda pelan, ia bingung dengan kedatangan seorang lelaki yang belum ia kenal.

"Halo Tan, saya Kafin, teman sekolahnya Rycca," ujar Kafin memperkenalkan dirinya pada wanita paruh baya dengan dandanan glamor. Berbeda dengan Rycca yang begitu sederhana.

Rycca hanya bisa tersenyum canggung. Oh God, kenapa harus ada dia?!

"Boleh saya gabung tan?" tanya Kafin hati-hati.

"Ng--"

"Boleh dong, boleh. Silahkan duduk," potong Arinda membuat Rycca membelalakkan matanya. Wanita paruh baya itu mempersilahkan Kafin untuk duduk. Arinda sangat terpesona dengan ketampanan Kafin, membuatnya tak hentinya menatap lekat pria itu. Sedangkan Kafin, hanya bisa tersenyum canggung ke arahnya.

Kafin duduk di sebelah Rycca, seperti biasa, ia selalu memberikan senyum terindahnya untuk gadis pujaan hatinya. Rycca menghela napas berat beberapa kali, menandakan ketidaknyamanannya atas kehadiran Kafin.

"Hai Rycca," sapa Kafin lembut dengan senyum manis.

"Hobi lo tuh suka nyapa orang ya?" balas Rycca sinis membuat Kafin terkekeh.

"Iya, orang spesial. Dan orang itu, lo," ujar Kafin berbisik ke arah Rycca. Pernyataan Kafin selalu membuatnya jengah! Berharap pria itu enyah dari kehidupannya saat ini juga. "Dan lo tau, menyapa lo bakalan jadi tradisi buat gue. Dan gue pastiin akan gue lakuin itu setiap hari."

Rycca tak ingin menggubris pernyataan dari Kafin. Ia tak ingin lama-lama berdebat dengan laki laki semacam Kafin. Lebih baik dia diam saja.

Kafin tak hentinya menatap lekat gadis di sampingnya itu, aura cantiknya dua kali lipat jika dilihat malam hari. Macam rembulan yang berada dikegelapan, tetap cantik meskipun auranya suram.

Terjadi keheningan untuk beberapa saat, Kafin larut dalam imajinya, sedangkan gadis disampingnya sibuk memainkan game online di ponselnya.

"Kafin, kamu kesini sendirian atau...?" Pertanyaan Arinda berhasil membuka keheningan antara mereka dan membuyarkan imaji Kafin.

"Oh, saya sama Oma saya tante, dia tadi pamit ke toilet," jawab Kafin sopan. Arinda hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

****

Seorang wanita paruh baya menghampiri meja Kafin, Rycca, dan Arinda.

"Kafin sudah? ayo kita pulang," ujar wanita paruh baya itu, yang tak lain adalah Oma Kafin.

"Aduh, Oma... Kafin masih lapar Oma, kita makan lagi ya," pinta Kafin pada Omanya. Jelas Ia berbohong, alasannya ya pasti kalian tau lah.

"Tadi kamu sudah makan dua porsi loh," ungkap Oma Kafin yang kaget, tak biasanya Kafin suka makan.

"Iya Oma, tapi perut Kafin masih lapar," rengek Kafin. Melihat kejadian itu Rycca tersenyum sinis, tau betul maksud terselubung Kafin. Dasar sinting!

"Ya sudah, kita makan bareng saja disini," saran Arinda yang mencairkan suasana, Oma Kafin mengiakan saja. Ia sangat sayang pada cucunya ini. Segala permintaan Kafin selalu terkabulkan. Wanita paruh baya itu langsung mengambil duduk di samping Arinda.

Rycca menghela napas jengah. Sangat tak nyaman dengan situasi saat ini.

"Kenalkan, saya Omanya Kafin," ujar wanita paruh baya itu memperkenalkan diri.

"Saya Arinda," balas Arinda dengan senyum hangat.

"Rycca." gadis itu tersenyum canggung. Oma Kafin menatapnya intens.

"Wah, kamu cantik banget. Pantas Kafin betah disini," ucap wanita paruh baya itu membuat Rycca membeku di tempatnya. Memangnya dia cantik? Rycca hanya merasa kecantikan dan keanggunan itu tak cocok dengannya. "Kamu pacarnya Kafin, ya?" Pertanyaan itu membuat Rycca mengeryitkan alisnya. Pertanyaan macam apa ini?! Rycca diam membeku, tak bisa menjawab.

"Bukan Oma, dia itu teman sekelas aku." Kafin membenahkan. Rycca akhirnya dapat bernapas lega. Setidaknya pria disampingnya ini tidak melakukan hal gila.

"Oh gitu. Habisnya kamu cantik banget," ujar Oma Kafin yang terus memuji dan membelai rambut Rycca. Rycca hanya bisa diam dan pasrah, setidaknya ia tau bagaimana harus menyikapi orang tua.

"Nanti bakalan jadi pacar," bisik Kafin pelan, namun dapat terdengar jelas oleh Rycca. Rycca mengarahkan pandangannya pada Kafin. Mata elangnya tampak berkobar penuh api kebencian.

"Nggak akan pernah!" balas Rycca berbisik, penolakan Rycca tak membuat Kafin goyah untuk mendapatkan hati seorang Rycca Gwen Pyralis.

Selesai makan mereka berbincang bincang santai. Oma Kafin tampaknya sangat cocok dengan Arinda. Mereka memiliki passion yang sama di bidang fashion.

"Tante, saya boleh nggak ajak Rycca keluar sebentar?" pinta Kafin membuat obrolan para wanita itu berhenti.

Lihat selengkapnya