Seminggu berlalu, semenjak kejadian itu Kafin selalu menghindar dari hadapan Rycca. Mulai dari menyapa, menggombal, dan melawak receh. Tak tahu dengan perubahan Kafin secepat itu. Kafin juga jarang masuk kelas, mungkin masuk dan hanya tertidur di kelas. Selama itu juga Kafin mendapatkan banyak masalah di sekolah. Mulai ikut tawuran, sering melakukan kerusuhan di sekolah dan keluar masuk ruang BK.
Apa yang telah terjadi pada Kafin? Apa semua ini karena Rycca? Mungkin saja.
Rycca merasa banyak perubahan yang sangat drastis. Yang dulunya tenang, ramah, murah senyum, kini bertolak belakang. Sifatnya mulai dingin, acuh, emosional, dan pembangkang.
Kenapa dengan Kafin?
"Ahh... Buat apa gue mikirin dia?! Toh bagus juga kalau dia menjauh. Hidup gue akan kembali tenang."
Rycca menghela napas panjang. Berusaha kuat-kuat untuk mengabaikan segala tentang Kafin yang berkecamuk dipikirannya. Lo nggak perlu mikirin itu, Rycca!
Lelaki berparas tampan itu masuk ke dalam kelas dengan tatapan tenang dan datar. Terdapat luka lebam di sudut kanan bibirnya. Rycca memandang lekat kedatangan pria itu. Kafin! Mata mereka berdua sempat bertemu, Kafin memberi senyumnya. Bukan senyum terindah yang ia lemparkan seperti minggu kemarin, namun senyum kecil yang tak mengekspresikan kesenangan dalam wajahnya. Rycca hanya tersenyum canggung, senyum yang diberikan oleh Kafin seolah membuatnya tak tahan melihatnya! Lebih mengerikan dari senyum Rycca.
Kafin menuju bangkunya, melewati Rycca begitu saja tanpa menoreh sekalipun. Ia langsung mengambilnduduk, meletakkan tas diatas meja dan menidurinya. Kafin benar-benar berubah.
****
Pelajaran berlangsung begitu cepat, Kafin hanya mengisinya dengan tidur dan tak menghiraukan guru yang menerangkan.
Bel terdengar nyaring di penjuru sekolah, menandakan bahwa pelajaran telah usai. Rycca mulai membereskan buku-buku miliknya dan memasukkannya di kolong meja. Ia melihat ke arah Kafin, lelaki itu masih tetap pada posisinya. Begitu tenang dan damai. Rycca memandangnya lekat tanpa sepengetahuan Kafin. Kafin mulai mengangkat tubuhnya dan meregangkan ototnya. Ia sesekali menguap, Rycca hanya memandanginya. Ia tak berminat untuk ke kantin, teman-temannya sudah beranjak ke sana beberapa menit yang lalu.
"Masih lama gak ngeliatinnya?" tanya Kafin tanpa menorehkan pandangannya pada Rycca. Ia masih dalam keadaan merenggangkan otot tubuhnya.
Rycca kaku di tempat dan pipinya memerah. Bagaimana Kafin bisa tahu ia memandanginya?! Ah sial!
"Ge'er amat lo! Gue hanya mastiin lo hidup apa nggak!" sangkalnya.
"Ciee, khawatir ya?" Goda Kafin dengan senyum tak enak. Rycca tak ingin menggubrisnya lagi. Ia langsung pergi dari kelas. Namun sebelum ia pergi, Kafin mendahuluinya tanpa suara. Tak sedikitpun menoreh pada Rycca. Ada apa dengan Kafin? Biasanya ia selalu berbahagia jika di hadapan Rycca.
Rycca menghela napas berat, menatap punggung Kafin yang sudah jauh dan menghilang. Jujur saat ini Ia merasa sangat bersalah. Kafin berubah semenjak kejadian seminggu yang lalu. Rycca mengejar Kafin, mereka berada di kantin sekolah. Kafin tengah duduk sendiri di meja kantin, sedari tadi banyak siswi yang menawarkan diri untuk duduk bersama Kafin, namun Kafin selalu saja menolak. Ia benar-benar butuh kesendirian untuk sekarang.
Rycca menghampiri Kafin yang tengah duduk sendirian di meja. Ia langsung mengambil duduk di hadapan pria itu. Aksinya pun mencuri banyak perhatian makhluk kantin.
"Sorry, gue lagi pengen sendiri sekarang," ujar Kafin lemas tanpa menoreh pada seorang yang duduk dihadapannya.
"Emang ini kantin punya nenek moyang lo?"
"Ya gue lag--" ucapan Kafin terpotong saat manik matanya bertemu dengan gadis bermata elang yang kini menatapnya juga.
"Apa? Mau usir gue?"
Kafin mengalihkan pandangannya. Mencoba untuk tak menggubris Rycca. Gadis itu tampak lahap memakan somay Bang Jhon dan meminum jus jambu kesukaannya itu.
"Lo marah sama gue?" tanya Rycca membuka keheningan antara mereka berdua. Situasinya sangat canggung.