The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #12

11. Api & Benteng

Langit kemerahan dengan gedung-gedung yang mengulang itu jadi saksi kebisuan mereka. Menikmati senja bersama, tanpa bersuara.

Rycca masih sibuk berkutat dengan pikirannya. Apakah ini kencan? Mungkin saja iya. Dua orang lawan jenis bersama melakukan hal yang sedikit romantis di tempat yang romantis. Bukankah itu kencan? Mungkin anggapan Kafin seperti itu, namun tidak tahu dengan Rycca. Ia sangat sulit untuk menjabarkan dan mengartikan situasi saat ini.

Rycca menghela pelan, menggigit bibir bawahnya dan memejamkan erat matanya. Entah mengapa dia merasa nyaman dan senang. Apa karena tempat ini? Tempat favoritnya? Atau karena ia bersama Kafin? Rycca tidak tahu.

"Makasih ya," lirih Rycca tanpa menoreh pada Kafin yang masih setia memandanginya.

"Buat apa?" tanya Kafin memancing. Rycca hanya menggelengkan kepalanya, tak ada kata yang mampu untuk menjabarkan keadaan sekarang. Yang ia tahu hanya merasa nyaman dan senang. Hari ini tampak berbeda.

Langit semakin menggelap, senjapun sekarang berganti diselimuti langit biru gelap. Ditemani percikan bintang yang begitu banyak. Mereka duduk di tepi rooftop. Masih pada imajinya masing-masing, tak ada yang membuka suara diantara mereka. Kafin hanya bisa menatap gadis itu yang masih setia menatap bintang di langit tanpa rasa bosan.

"Indah bintangnya," lirih Rycca memberi senyuman tipis pada gemerlap bintang itu. Kafin masih setia menatap Rycca, semakin dalam. Gadis itu terlihat cantik saat dilihat dari samping. Kulit putih, bibirnya ranum, dan hidung yang terbentuk sempurna. Namun sayang, masih terbungsuk oleh plaster putih.

Rycca menoleh pada Kafin, sorot mata mereka bertemu. Rycca menelan ludahnya susah payah. Kenapa tatapan Kafin seperti mengintimidasinya?

"Lo kena-"

"Lo cantik," potong Kafin cepat. Pipi Rycca memerah, hanya Kafin saja yang berani memujinya secara terang-terangan.

"Modus!" responsya dengan memasang wajah datar. Kafin terkekeh pelan melihat ekspresi Rycca saat dia mengatakan bahwa Rycca cantik. Tapi memang kenyataannya seperti itu. Kafin tak bohong soal itu.

Terjadi keheningan lagi antara mereka berdua, kini mereka berdua fokus menatap jutaan bintang di langit.

"Fin, lo pernah nggak berada pada posisi keterpurukan?" tanya Rycca yang masih menatap keatas. Begitu tiba-tiba dan tak terduga.

"Pernah," jawab Kafin. Rycca langsung menoleh ke arah Kafin.

"Kapan?" tanyanya antusias. Kafin menoreh pada Rycca, memberi senyum tipis kepadanya.

"Sekarang."

Rycca mengernyitkan alisnya, tak paham. Kelihatannya dia dari tadi bahagia-bahagia saja. Kecuali, kejadian pada siang tadi sampai kini kepalanya terperban.

"Soalnya cewek yang gue suka lagi suka sama cowok lain," goda Kafin sembari menyenggol bahu Rycca pelan. Gadis itu diam mematung.

"Ya, kenapa lo nggak cari cewek lain? Banyak kok yang suka sama lo." Kafin tersenyum kecil.

"Iya, tapi gue nggak mau yang lain."

"Ish, Serius Fin!"

"Gue serius Rycca. Cewek lain nggak punya upil segede punya lo, makanya gue gak suka mereka." refleks Rycca langsung memegang hidungnya membuat Kafin meledakkan tawanya.

"Bercanda mulu!" cibir Rycca jengkel. Kafin meredakan tawanya.

Lihat selengkapnya