The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #13

12. Misi

Bahagiamu, bahagiaku. Lukamu, lukaku. Namun bahagiaku belum tentu bahagiamu. Begitu juga dengan lukaku.

*****

Pagi buta Rycca sudah duduk di bangkunya. Ini adalah kali pertamanya ia datang sepagi ini. Sesekali gadis itu mengotak-atik ponsel miliknya sembari menunggu seseorang.

Pintu kelas terbuka, sesosok pria dengan wajah khas tampannya masuk dengan langkah hati-hati. Kafin itu menghampiri Rycca yang tengah duduk di bangkunya.

"Selamat pagi Rycca," sapanya dengan senyum merekah. Rycca hanya mengangkat kedua alisnya.

"Terus apa rencananya?" tanyanya to the point.

Kafin langsung berdiri, menjauh sedikit dari Rycca. Memandangi Rycca dari ujung kaki sampai ujung kepala membuat gadis itu agak risih.

"Mmmm.... Kayaknya lo harus ganti penampilan," saran Kafin meyakinkan. Rycca mengangkat alis kirinya, penampilan? Memang ada yang salah dengan penampilannya? Ia melihat tubuhnya sendiri. Mulai mengintropeksi pakaian yang ia kenakan. Sama seperti kebanyakan siswa lainnya, hanya saja agak sedikit lusuh. Gelang tali yang beruntut di pergelangan tangannya, dasi yang hanya menggantung bebas di kerah bajunya, dan rambut panjang yang terurai begitu saja.

"Emang, ada yang salah sama penampilan gue?" gumam Rycca. Kafin menggeleng.

"Ilham itu, menurut info yang gue dapat. Anaknya alim, cerdas, dan ber-attitude baik. Pasti seleranya bukan lo banget," ucap Kafin frontal. Rycca mendengus kesal.

"Lo ngehina gue?"

"Nggak gitu Ryc. Lo cuma perlu sedikit perubahan biar Ilham bisa ngelirik lo, dan tau versi lo yang baik," ucap Kafin dengan mengedipkan mata kananya. Pria itu langsung duduk berhadapan dengan Rycca. Menatap lekat gadis yang masih diam itu. "Lepas semua gelang lo, pakai dasi yang bener, dan rapihin pakaian sama rambut lo," perintah Kafin tak terbantahkan. Rycca langsung menggeleng tak setuju.

"Nggak!"

"Ya udah, terserah lo. Toh juga gue yang seneng kalo Ilham gak bakalan nglirik lo!" ujar Kafin sarkas. Rycca terdiam mendengar pernyataan Kafin. Ia langsung buru-buru melepas gelang dan merapikan semuanya. Ia mulai memasukkan bajunya, dan segera merapikan rambutnya yang kusut.

Kafin menatap Rycca dengan hati tak enak. Sebegitu ambisiusnya Rycca menginginkan Ilham Sampai rela merubah penampilannya. Kafin tersenyum paksa, bergelut dengan pikirannya. Jika Kafin dibandingkan dengan Ilham, sungguh tak ada apa-apanya. Ia hanya cowok pembuat masalah, sedangkan Ilham? Dia bintang sekolah yang selalu dipuja.

"Udah," ucap Rycca malas. Kafin kembali menatap Rycca, agak sedikit rapi daripada yang tadi. Tapi, Kafin lebih suka Rycca apa adanya.

"Mmm..." gumam Kafin sembari memperhatikan Rycca. "Ilham pasti suka cewek alim, kenapa lo gak berhijab?" saran Kafin kembali. Rycca menghela napas.

"Gila lo! Nggak mungkinlah gue berhijab!" protesnya tak habis pikir. Kafin mengernyit heran.

"Kenapa lo nggak mau?"

"Bukannya nggak mau, gue belum siap aja," terangnya jujur.

"Nggak siap kenapa?"

"Gue masih pengin ikutan tawuran. Gak lucu dong gue tawuran pale hijab?" Kafin meledakkan tawanya. Alasan yanh cukup masuk akal.

"Tapi keren Ryc. Siapa tau kalo lo gugur tawuran bisa mati syahid," timpal Kafin dengan tawa renyahnya.

Rycca menghela napas pelan.

"Kalaupun gue mau berhijab, itupun bukan karena Ilham ataupun orang lain."

Kafin diam terpaku mendengar kata yang keluar dari Rycca. Ternyata ia masih tau tentang agama, dan masih menghormati itu. Kafin mengangguk pelan, senyumnya kembali mengembang ke arah Rycca. Kafin mengacak-acak puncak kepala Rycca dengan gemas.

"Iya calon istriku," godanya dengan menaik turunkan alisnya. Rycca langsung menepis tangan Kafin, pipinya memerah.

"Najis!" pekik Rycca. Kafin malah terlekeh geli melihat ekspresi Rycca.

"Terus rencana berikutnya apa?"

tanya Rycca sembari berpikir keras.

Kafin mengeluarkan sesuatu dalam tasnya, sebuah kotak makanan dan susu kotak rasa vanilla.

"Kasih ini ke Ilham pas istirahat pertama," suruh Kafin sembari menyodorkan barang itu. Rycca mengembangkan senyumnya

Lihat selengkapnya