Dekat menyakitkan. Menjauh, jauh lebih menyakitkan.
*****
Sejak menjalankan misi, Rycca merasa begitu dekat dengan Ilham. Begitu juga dengan Kafin, namun sayangnya yang diutamakan Rycca adalah Ilham. Setiap hari Kafin mencoba menahan kesesakan dalam hatinya, walaupun sedikit bahagia bisa dekat dengan Rycca. Seperti sekarang, Kafin mengantarkan Rycca membeli hadiah untuk Ilham.
Mereka berjalan beriringan, melewati beberapa toko yang ada di Mall besar itu. Senyum Rycca tak pernah memudar, dan Kafin suka itu.
"Kira-kira hadiah apa ya yang cocok buat Ilham?" tanya Rycca yang masih kebingungan. Kafin tampak berpikir keras.
"Mmm... Gimana kalau kantong kresek?"
"Kantong kresek? Buat apaan?!" tanya Rycca tak mengerti.
"Buat nutupin mukanya yang sok polos dan lugu itu!" tukas Kafin sarkas, Rycca menatap Kafin tajam.
Plak!
"Awww... Sakit Ryc..." ringis Kafin, Rycca benar-benar sadis! Rycca meliriknya tajam, seakan mengintimidasinya. Kafin masih sibuk memegangi kepalanya yang terasa sakit dan pening. Sampai akhirnya mereka terus berjalan menyusuri area Mall. Hampir 30 menit mereka keliling, namun tak kunjung mendapatkan apa yang Rycca cari. Banyak pasang mata yang memandangi mereka, ada yang mengagumi paras kedua makhluk itu bahkan ada yang mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Namun perkiraan mereka salah, tentu saja. Mereka berdua masih terus berjalan dengan banyak lelucon garing yang Kafin buat, namun berhasil membuat Rycca meledakkan tawanya dan menahan rasa malu atas tingkah konyol Kafin.
"Fin lo GGP deh!" cerca Rycca sambil mendorong keras kepala Kafin.
"GGP apaan?" tanya Kafin yang tak mengerti.
"Ganteng Ganteng Pea!" ujar Rycca yang langsung meledakkan tawanya. Kafin tersenyum simpul saat Rycca tertawa, dia sangat suka saat melihat Rycca bahagia, apalagi karenanya.
"Yang penting ada gantengnya!" balas Kafin yang langsung memamerkan senyum manisnya di depan wajah Rycca. Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, Kafin tak pernah marah atau tersinggung meskipun Rycca menjelekkannya.
"Emang gue ganteng ya, Ryc?" Goda Kafin sambil menaio turunkan alisnya. Rycca menggeleng cepat dengan pipi yang merona. Ia langsung beranjak mendahului Kafin membuat pria itu harus berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya lagi.
Tak bisa dipungkiri, semua wanita normal pasti akan terpesona pada paras tampan Kafin! Termasuk juga dengan Rycca, dia wanita normal dan ia juga tahu mana yang termasuk cowok tampan.
"Cie, gue ganteng deh," goda Kafin sembari menyenggol pelan bahu Rycca. Gadis itu menghela pelan mencoba membiasakan ekspresi wajahnya. Namun memang sekarang dia sedang salah tingkah.
****
Mereka berjalan menuju tempat parkir, Rycca dengan senyum mengembang memegang paper bag yang berisikan hadiah untuk Ilham.
Kafin menyodorkan helm dan dengan sigap Rycca mengambil lalu memakainya. Kafin langsung menaiki motornya dan disusul oleh Rycca. Terjadi keheningan diantara mereka saat perjalanan, Kafin hanya mencuri-curi pandangan Rycca lewat kaca spionnya.
Andai saja lo tau, sakitnya mencintai namun yang kau cintai malah mencintai orang lain.
Rasa sesak itu menjalar di dalam dada Kafin. Sangat sakit dan hanya senyuman tipis yang mampu menyembunyikan rasa itu. Kafin tahu apa yang dilakukannya saat ini malah membuat hatinya hancur. Namun baginya, hanya cara ini yang mampu membuatnya detak dengan gadis pujaan hatinya, Rycca. Kafin hanya perlu sabar untuk Rycca. Agar gadis itu mau menerimanya.
Setelah 15 menit berlalu, mereka sampai di rumah Rycca. Kafin memberhentikan motornya di depan gerbang rumah Rycca. Dengan cepat Rycca langsung turun dan membuka helm lalu mengembalikannya pada Kafin.
"Thanks ya buat hari ini." Kafin hanya mengangguk dan tersenyum ke arah Rycca. Gadis itu membalas senyuman Kafin, namun tampak kaku. Rycca merasa, entah sejak kapan ia jadi sedekat ini dengan Kafin.