The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #16

15. Tentang Kafin

Memang terkadang manusia membutuhkan topeng bahagia untuk menutupi mimik asli yang sedang sedih.

*****

Bel pulang sekolah berbunyi dengan menyaringnya, para siswa tampak bahagia. Rycca, yang seharusnya pulang kini harus diintrogasi diruang BK karena kejadian tadi di Kantin.

"Rycca lagi, Rycca lagi..."

"Asylah lagi, Asylah lagi..." ujar Estianti guru BK SMA Wijaya.

"Bu Estianti lagi, Bu Estianti lagi..." jawab Asylah dan Rycca bersamaan membuat Estianti melirik keduanya tajam. Tak ada rasa takut pada mereka, wajahnya tampak tenang.

"Saya bosan kalian terus berulah, hampir setiap hari kalian keluar masuk ruangan saya!" jelasnya penuh amarah.

"Saya juga bosan ketemu ibu terus," jawab mereka lagi secara bersamaan, seketika saling menatap sinis. Estianti tampak menghela berat, kepalanya terasa ingin meledak saat itu juga. Menghadapi dua sosok murid yang tak pernah akur ini.

"Kalian pantes tau nggak jadi saudara!" saran Estanti dengan nada frustasi.

"Ogah!" sengit keduanya tak terima.

"Jangan deh! Kalau kalian bersatu mungkin ini sekolah bakalan hancur!" cibir Estianti tanpa pikir panjang. Seburuk itukah mereka berdua?

Tak ada jawaban dari keduanya, mereka menghela napas panjang.

"Jadi kapan pulangnya bu? Gue capek tau nggak!" cerca Asylah yang tak sabar. Rycca menatapnya sinis.

"Lo bisa nggak, sopan sedikit sama guru? Emang tuh mulut nggak pernah diajarin sama orang tua lo?!"

"Diem lo anak haram!"

"Apa lo cabe-cabean! Dasar bitch!"

"Dasar cew--"

"Udah, udah! Bikin puyeng aja kalian berdua!" pekik Estianti frustasi. Wanita berdandan menor itu berjalan menuju mejanya mengambil buku besar bersampul hijau tua, lalu menyodorkannya pada Rycca dan Asylah.

"Kalian lihat? Hampir semua buku ini isinya nama kalian semua!" omelnya. Kedua gadis itu hanya menggedikkan bahunya tak peduli. "Hampir semua tata tertib kalian langgar semua!"

"Kapan kalian mau berubah? Kasih contoh yang baik buat adik kelas kalian!"

"Kalian tidak bosan apa melanggar terus? Dihukum terus?"

"Nggak Bu," jawab keduanya semangat. Estianti memejamkan matanya, memijat pelipisnya dan mengatur segala emosinya.

"Saya nggak tahu lagi harus bagaimana menghukum kalian. Gimana gitu caranya biar kalian bisa jera!" gumamnya frustasi. Biasanya jadi guru BK itu sangat menyenangkan. Hanya menghukum,mengintrogasi, dan meraziah murid-murid. Ini malah harus berhadapan dengan siswi yang susah sekali ditangani. Rasanya ingin pensiun!

"Bu, saya janji nggak bakal ngulangin lagi, nggak bakal bikin onar lagi, nggak tawuran lagi, nggak usil lagi, nggak--"

"Jangan berjanji kalo kalian nggak bisa nepati, sama saja memberi saya harapan yang palsu!" potong Estianti dengan malas. Kini ia duduk dan tak bergeming lagi. Semuanya hening, tak ada yang membuka suara.

"Kalian pulang saja sana. Saya capek ngurusin kalian," pinta Estianti yang sudah frustasi. Keduanya tampak membelalak kaget. Kenapa dengan Bu Estianti? Biasanya kalau mereka berulah, pasti hukumannya sangat aneh. Seperti waktu lalu, hukuman Rycca karena lompat pagar. Ia harus mencari bekicot di semak-semak halaman sekolah. Ah sudahlah! Yang penting hari ini bebas!

"Ya udah Bu, saya pamit. Terima kasih ibu cantik. Sampai bertemu dilain waktu," pamit keduanya sembari melambaikan tangan. Estianti menggeleng pelan dan menghela napas panjang.

"Itu anak hasil dari perkawinan apa ya?" gumam Estianti yang sudah lelah menghadapi dua gadis yang selalu berhasil menguras tenaganya.

****

Lihat selengkapnya