The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #17

16. Night With You

Kafin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, terjadi keheningan diantara mereka. Kafin fokus menyetir dan Rycca sibuk mengotak atik ponselnya, entah apa yang ia lakukan dalam ponsel itu. Kafin menatap Rycca, wajahnya tampak serius dan gelisah. Gadis itu masih dalam dunianya dengan ponsel di genggamnya. Kafin tak ingin lagi merusak mood Rycca, yang ada nanti dia dimutilasi di mobilnya sendiri.

Kafin menghela berat, ini masih sore kenapa jalanan semacet ini. Mungkin karena angkot ngetem atau kucing beranak di tengah jalan. Kafin merasa sangat bosan, menyesali pilihannya sendiri. Kenapa tadi tidak membawa motor saja? Kafin sesekali mencuri pandangan pada Rycca, gadis itu tampak diam dan tak bergeming sekalipun. Rycca marah sama Kafin? Itu pikiran yang selalu ada dibenaknya. Membuatnya berfikir dua kali untuk mengajak Rycca berbicara.

Kafin kembali menghela napas berat berkali-kali, ia tak menemukan aktivitas yang menyibukkannya. Walaupun di ponselnya ada banyak pesan masuk yang mayoritas adalah kaum hawa, Kafin tetap merasa sepi bila tak ada pesan masuk dari Pyralisnya. Kafin mulai mengambil ponselnya di dashboard, mengotak-atiknya sebentar. Ia mulai membuka aplikasi WhatsApp, tertera nama paling atas yang disematkan oleh Kafin. Nama itu adalah Pyralis. Wah, sepertinya Rycca Gwen Pyralis memang prioritas baginya! Ia membaca pesan terakhir yang ia kirim untuk Rycca.

Pyralis

Selamat malam Rycca Gwen Pyralis. Semoga mimpimu bertemu dengan pria satu-satunya yang mengirim pesan ini kepadamu.

Kafin Nata Danadyaksa.

Kafin terkekeh pelan saat membaca pesan itu, sangat menggelikan. Kafin kembali menoreh pada Rycca, gadis itu tampak masih fokus dengan dunianya. Kafin mulai berpikir dan memutuskan untuk mengirim pesan Rycca.

Pyralis

Ryc

Rycca menoreh ke arah Kafin dengan sinis. Padahal sedekat ini, kenapa tidak langsung berbicara? Rycca menghela pelan, ia memutuskan untuk membalas pesan Kafin. Malas mengeluarkan suara.

hm?

Kangen.

Rycca membelalak sempurna saat Kafin membalas pesannya. Pria ini sepertinya memang tak waras. Kafin masih setia menatap Rycca yang masih tampak tenang memegangi ponselnya. Rycca menorehkan pandangannya, kini wajahnya sangat dekat dengan Kafin. Mereka bertatap muka cukup lama. Tak ada yang membuka suara, hanya sorot mata yang kian mendalam saling menerobos ke diri mereka masing-masing. Entah mengapa keduanya merasa hanyut dan tenang ketika bertatap, bahkan Rycca sama sekali tak memalingkan pandangannya.

Cukup lama mereka bertatap muka, tak terasa seulas senyum simpul terukir di kedua insan itu.

Tin! Tin!

Suara klakson mobil mengagetkan mereka, sedetik kemudian Rycca memalingkan pandangannya. Kafin masih setia menatap lekat gadis itu, Rycca tampak salah tingkah. Demi apapun, anak kodok saja tau kalau Rycca sangat salah tingkah!

Kenapa lo harus senyumin dia sih, Ryc?!

****

Mereka sampai di depan rumah Rycca. Seharusnya mereka sampai 10 menit yang lalu, karena macet yang keterlaluan, mereka jadi terlambat

Kafin membukakan pintu mobil untuk Rycca. Gadis itu tersenyum sinis kearahnya.

"Terima kasih supir!" sengitnya, entah mengapa Rycca kesal setengah mati pada Kafin. Sudah dipermalukan karena bergukat dengan cabe-cabean, dipeluk Kafin, dan diintrogasi omanya. Hidupnya selalu terkacaukan dengan kehadiran pria sinting dengan paras keterlaluan tampan ini.

Kafin memberi senyum terindahnya kepada Rycca, seolah dia adalah pangeran yang menurunkan tuan putri dari kuda putih. Rycca meliriknya sinis, berjalan melewatinya begitu saja. Rycca terus berjalan sampai teras rumahnya, dan seketika ia menghentikan langkahnya.

"Lo ngapain ngikutin gue? Balik sana!" usir Rycca dengan nada tinggi membuat Kafin terpelonjat kaget. Serem juga kalau lagi marah gini.

"Gue mau bertamu, masak nggak boleh?"

"Mending lo pulang aja sekarang!" usir Rycca penuh penekanan, dengan cepat Kafin menggelengkan kepalanya. Gadis itu tampak berdecak kesal, amarahnya sudah memuncak.

"Rycca please, gue cuma mau minta izin sama tante lo," terang Kafin. Rycca mengernyit bingung.

Lihat selengkapnya