Kafin menghentikan motornya di depan gerbang rumah Rycca. Gadis itu juga sudah turun dari motor Kafin. Rycca menghela pelan, membuka helmnya dan langsung disodorkan ke Kafin. Pria itu tampak tersenyum simpul dan memandang lekat wajah Rycca. Kafin tak langsung mengambil helm yang disodorkan Rycca, tangannya membelai rambut Rycca yang berantakan akibat membuka helm. Gadis itu tampak diam terpaku.
"Nanti sore gue jemput, jangan lupa bawa perlengkapan belajarnya," pinta Kafin sembari mencubit pipi Rycca gemas. Lalu ia mengambil helm, sedangkan Rycca masih diam mematung di tempatnya. "Rycca, lo denger gue ngomong nggak sih?" gemas Kafin sembari mengacak-acak puncak rambut Rycca. Gadis itu tampak berdecak sebal, lalu menepis kasar tangan Kafin.
"Iya!" Jawabnya kesal, "sana lo pergi!"
"Galak amat sih, ya udah gue balik dulu," pamit Kafin, ia menjalankan motornya. Namun tiba-tiba berhenti beberapa jarak. Rycca mengernyitkan alisnya, Kafin kembali menghampirinya lagi. Membuka kaca helmnya.
"Jangan kangen!" goda Kafin sembari mencubit pipi Rycca dengan satu tangannya, lalu ia pergi begitu saja. Rycca memegangi pipi kanannya, sedikit sakit. Namun gadis itu tampak tersenyum-senyum sendiri dengan menatap motor Kafin yang kian menjauh. Rycca menghela pelan dan masih memegangi pipinya, mungkin sekarang sudah merona. Gadis itu langsung masuk kedalam rumahnya. Tak ingin berlarut pada kejadian tadi.
Langkah Rycca terhenti ketika melihat keberadaan wanita paruh baya yang tengah duduk melamun di sofa.
"Tante nggak ngantor?" tanya Rycca, wanita paruh baya itu menggeleng pelan dan tersenyum kearah Rycca.
"Kamu mau kencan ya sama Kafin?" tuding Arinda dengan wajah menggoda. Rycca tampak menahan malunya, pipinya sudah merona
"Apaan sih tan, aku cuma mau belajar bareng aja," jawabnya jujur. Arinda mengernyitkan alisnya, tumben-tumbenan Rycca mau belajar.
Arinda menyentuh kening Rycca dengan punggung tangannya.
"Nggak panas," ujarnya, "kamu baik-baik aja kan, Ryc?" lanjutnya dramatis. Rycca menghela pelan, lalu menyingkirkan tangan Arinda dari keningnya. Gadis itu hanya membalas dengan senyuman manis di bibir ranumnya, dan langsung beranjak naik ke atas menuju kamarnya.
Arinda menatap punggung Rycca yang semakin menjauh, seulas senyum terukir di bibirnya. Senang rasanya bila melihat keponakan satu-satunya itu bahagia.
****
Kafin memarkirkan motornya di depan pintu gerbang rumah Rycca. Pria itu menyenderkan tubuhnya di motor merah miliknya. Pria yang mengenakan kemeja hitam dibalut jaket bomber bercorak army berwarna biru gelap itu tengah mengotak atik ponselnya, mengirimkan satu pesan untuk Rycca.
Pyralis
Keluar sekarang, gue udah di depan.
Kafin menutup ponselnya dan memasukkannya ke dalam kantong.
Rycca sudah memasukkan semua yang dibutuhkan untuk belajar, gadis itu tampak sibuk sendiri. Tak biasanya ia seantusias ini ingin belajar.
Tring...
Bunyi notifikasi pesan berasal dari ponsel gadis itu, Rycca langsung meraih ponselnya dan membaca pesan itu.