Gadis itu tampak diam tak bergumam sedikitpun, sedari tadi pagi ia hanya membenamkan wajahnya di atas meja. Sudah beribu kali Kafin, Arini, dan kelima temannya bertanya, tapi tidak ada jawaban dari gadis itu.
Bel istirahat berbunyi menggangu aktifitas tidur Rycca, gadis itu langsung berdiri dan menghampiri Kafin.
"Ayo," ajaknya membuat Kafin mengernyitkan dahinya, Rycca menghela napas berat, "jadi ke kantin bareng gue gak?" tanya Rycca malas. Kafin menatap heran Rycca, perasaan sore kemarin Rycca tampak biasa saja. Ada yang berubah dari gadis itu. Tapi apa alasannya? Kafin harus mencari tahu dan tak boleh gegabah mengenai itu.
Kini mereka berjalan berdua menuju kantin. Banyak pasang mata yang memandang mereka. Ada yang memuji ada juga yang mencela.
Sesampainya di kantin, mereka langsung duduk, hanya berdua. Tak seperti biasanya, mereka bertujuh. Kafin menatap Rycca, kemudian beranjak untuk memesan makanan.
Pria berparas tampan itu kembali dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.
"Ini jus jambu kesukaan lo dan somay Bang Jhon," ujar Kafin dengan menyodorkan makanan itu di hadapan Rycca. Gadis itu hanya terdiam dan menyeruput jus jambunya tanpa hasrat. Kafin menghela berat, sedari tadi tak ada pembicaraan antara keduanya.
"Lo marah sama gue?" tanya Kafin namun tak ada jawaban. "Lo nggak suka ya makan berdua sama gue?" tanyanya lagi memastikan, gadis itu masih terdiam. Kafin menghela gusar. "Aku bertanya pada manusia tak ada jawabnya uoh...uohh..." sindir Kafin lewat nyanyian membuat pasang mata menoreh kearah pria itu. Rycca tampak menahan tawanya, mendengar suara Kafin yang menurutnya sangat lucu. "Kenapa? Suara gue bagus, ya?" lanjutnya dengan kepeercaya diriannya tingkat dewa. Rycca terkekeh geli.
"Aneh!" jawabnya, Kafin tampak mengembangkan senyumnya. Membuat gadis itu diam kembali.
"Lo kenapa? Cerita sama gue," bujuk Kafin membuat Rycca memalingkan pandangannya dan memakan somay Bang Jhon kesukaannya. Kafin menghela napas berat, pria itu sangat tahu bahwa gadis didepannya sedang ada masalah. "Ilham, ya?" tebak Kafin membuat gadis itu mengernyit.
"Maksudnya?"
"Gara-gara Ilham lo jadi gini?" tuduh Kafin, Rycca langsung menggeleng cepat. Terus siapa? Batin Kafin yang amat penasaran dengan masalah Rycca. Namun, pria itu masih menahan dalam pertanyaan itu karena takut Rycca akan marah kepadanya.
Rycca sudah menghabiskan makanan dan minumannya, setelahnya dia langsung beranjak. Namun langkahnya terhenti ketika Kafin bertanya padanya.
"Mau kemana?"
"Biasa," jawab gadis itu dengan senyum yang memukau. Kafin sangat tahu Rycca mau kemana disaat jam-jam seperti ini, Ruang rohis. Kebiasaan Rycca, gadis itu menghampiri Ilham, pria yang saat ini mengisi hatinya. Di sana, ia hanya sekadar menyapa atau tidak memandanginya lewat jendela.