Karena kekecewaan yang besar itu berawal dari harapan yang besar pula, jadi berharaplah dengan sewajarnya
*****
Sinar matahari langsung menembus kaca jendela kamar, karena gorden jendela yang terbuka membuat sinar itu mengarah langsung ke pria sehingga menggangu tidurnya. Namun, pria itu masih tidak bisa move on dari kasurnya yang bernuansa batman itu. Wanita paruh baya itu menggeleng pelan melihat tingkah cucu kesayangannya itu, Oma Kafin langsung menarik lembut bedcover yang menutupi muka Kafin. Lalu ia bergerak membelai rambut Kafin yang berantakan khas orang baru bangun tidur.
"Oma, inikan hari sabtu," desah Kafin dan langsung memeluk erat gulingnya. Wanita paruh baya itu menghela napas berat.
"Mandi!" perintahnya, namun tak digubris oleh Kafin. "Mau mandi sendiri apa Oma mandiin?" tawar omanya. Kafin langsung bangun, dan menggeleng cepat. Kalian harus tau, Oma Kafin itu sedikit mesum.
"Masih pagi, Oma!" protes Kafin, namun tetap berjalan ke arah kamar mandinya. Kafin mengambil handuknya, dan langsung masuk ke kamar mandi.
Hanya butuh waktu 15 menit untuk Kafin selesai mandi. Pria itu berjalan dengan menggunakan kaos hitam polos dengan celana pendek pas untuk bersantai. Kafin menuruni anak tangga, menuju lantai dua rumahnya, lalu menuruni tangga lagi menuju ruang makan. Rumah Kafin memiliki tiga lantai, kamarnya berada di lantai yang paling atas, dengan rumah bernuansa putih dan hitam, membuat rumahnya terlihat sederhana namun elegan.
Kafin berjalan santai, terlihat jelas dua wanita yang tengah menunggunya. Seperti biasa mereka sarapan pagi bersama. Kafin memiliki kakak perempuan yang cantiknya keterlaluan, Kafin sangat menyayangi kakaknya itu walaupun sering adu mulut dengannya.
"Good morning ma girls!" sapa Kafin lembut dengan mencium pipi kakak dan omanya secara bergantian.
"Morning," jawab keduanya secara bersamaan. Kafin menarik kursi dan duduk berhadapan dengan kakaknya, sedangkan Oma Kafin duduk ditengah antara mereka. Kafin meneguk air mineral yang sudah disediakan, setelah itu mulai menyantap nasi goreng yang juga sudah disiapkan.
"Kak, kerja hari sabtu?" tanya Kafin disela-sela memakan nasinya. Kayra mengangguk kecil.
"Iya, ada meeting sama klien, terus ada beberapa pasien yang harus gue tangani," jawabnya, sedangkan Kafin hanya mengangguk sambil memakan makanannya lagi
Setelah selesai sarapan, kini mereka menjalani kegiatannya masing-masing. Kafin berlari kecil menuju kamarnya, kamar yang bernuansa batman itu, lalu merebahkan dirinya ke atas ranjang. Kafin mendesah pelan, lalu dia tampak mulai bosan. Pria itu mengambil ponselnya, dan membuka aplikasi chatting di sana.
Kafin membuka obrolan pesannya dengan Rycca, mengetikkan beberapa kata untuk mengetahui keadaan gadis itu sekarang.
Pyralis
Good morning❣
Gue pasti ngucapin paling pertama!😎
Kafin mengulas senyum dan menaruh kembali ponselnya dengan membayangkan wajah Rycca yang memerah ketika menerima pesan darinya. Tak lama, ponselnya bergetar.
Bukan.
Terus siapa yang ngucapin pertama?
Diri gue sendiri.
Kafin terkekeh pelan. Kini pria itu memencet tombol seperti gambar kamera, tentu saja untuk Videocall Rycca.
Rycca menghela napas berat, sedari tadi ponselnya menerima panggilan video dari pria sinting. Lihat saja, terpampang jelas nama Pria Sinting di layar ponselnya. Rycca menyerah! Ia langsung menggeser tombol hijau di sana.
"Halo Rycca," sapanya diseberang sana dengan sudut bibir yang mengembang. Rycca menatapnya malas.
"Hm," gumamnya seadanya. Di dalam ponsel Rycca, terlihat jelas Kafin yang memandang lekat ke arahnya. Rycca mengernyit, dan melihat sepintas pakaiannya. "Lo kenapa ngeliatinnya gitu?"
"Cantik."
Pipi Rycca bersemu merah, dan melempar ponselnya ke ranjang. Gadis itu menghela napas panjang, mengontrol ekspresi wajahnya untuk kembali datar, dan mengambil kembali ponselnya. Sial! Umpat Rycca dalam hati, ternyata Kafin belum mematikan sambungannya.
"Kenapa jadi gelap tadi?"