Dengan langkah seribu Kafin merampas paksa ponsel yang di genggam Rycca. Gadis itu kaget, lalu diam tak bergeming. Kafin membaca pesan teratas yang bernamakan Ilham, pria itu mengernyit semakin menscroll ke bawah. Raut muka itu menjadi merah padam. Pria itu meremas kuat ponsel Rycca, seolah meluapkan emosinya.
"Jadi, hampir dua jam kita di sini cuma buat nungguin si tukang PHP itu?" pekik Kafin tak percaya. Rycca hanya diam mematung, gadis itu tak menangis, lebih tepatnya ia menahannya agar buliran bening itu tak jatuh untuk kedua kalinya karena orang yang sama. Kafin menatap gadis yang tengah menunduk lesu di sampingnya. Kafin tak tahu perasaan apa yang sekarang ia rasakan, ia kesal sekaligus senang. Kesal karena membuang waktunya dengan percuma, dan senang saat tahu Rycca memutuskan untuk tak mengejar Ilham lagi. Kafin tersenyum simpul saat Rycca menatapnya. Wajah gadis itu sudah memerah, mungkin pertahanannya akan runtuh sebentar lagi.
"Pulang," pinta Rycca dengan suara khas orang yang menahan isakan.
Kafin menatap Rycca iba. Pria itu mengembangkan senyumnya, dan langsung mencubit pipi Rycca dengan gemas.
"Jangan nangis buat yang kedua kalinya karena orang yang sama, air mata lo terlalu berharga untuk dijatuhkan hanya karena orang yang jelas nggak peduli sama lo!" tukas Kafin lembut. Hal itu membuat Rycca berdecak kesal sekaligus kagum. Benar yang dikatakan Kafin, dia jadi lemah hanya karena orang yang sama sekali tak peduli dengan perasaannya. Rycca mulai menghela napas panjang, dan menghembuskannya secara perlahan.
"Lo bener Fin! Gue nggak bakal lemah lagi kayak gini! Gue pasti bisa move on!" pekik Rycca dengan penuh keyakinan. Kafin tersenyum simpul, penuh arti.
"Biar gue bantu," ujar Kafin dan langsung menarik lengan Rycca, membuat gadis itu memekik kecil. Mau dibawa ke mana dia?
****
Kafin menaiki motornya dengan kecepatan sedang. Menyusuri jalan lalu lintas kota Jakarta, walaupun terik matahari begitu menyengat panas. Namun itu terasa dingin jika bersama Rycca, menurut Kafin.
"Ryc, pegangan ntar lo jatuh lagi," pinta Kafin dengan suara agak keras, agar bisa terdengar jelas oleh Rycca.
"Modus!" jawabnya ketus, Kafin menyeringai kecil. Sedikit ide terlintas dibenaknya. "Kafinnnn! Pelan-pelan!" pekik Rycca. Kafin sengaja menarik gasnya secara tiba-tiba membuat Rycca refleks memeluknya.
"Katanya nggak mau pegangan?" goda Kafin dengan senyum tengilnya. Rycca memutar bola matanya malas. Baru saja Rycca ingin melepaskan pelukannya, namun Kafin sengaja menekan pedal gas itu secara tiba-tiba membuat Rycca tak bisa melepas pelukan itu. Kafin memang licik! Umpat Rycca dalam hatinya.
Memerlukan waktu sekitar setengah jam untuk mereka sampai ke tujuannya. Rycca sedari tadi mengumpati Kafin, namun yang diumpati terlihat bodo amat! Kafin gitu loh!
"Fin, gue mau pulang!" protes Rycca saat Kafin mengajaknya ke Dufan.
"Gue nggak mau," jawabnya enteng dengan meletakkan helmnya. Rycca tampak berdecak kesal, percuma saja ia berdebat dengan pria sinting yang keras kepala. Menghabiskan tenaganya saja!
"Kalo lo nggak mau, ya udah gue pulang naik taksi aja!" ketusnya dan langsung beranjak pergi. Namun langkah Rycca terhenti ketika Kafin mencekal lengannya.
"Jangan balik dong! Gue janji kita bakalan have fun di sini!" pekiknya dengan semangat sembari mengangkat kedua tangannya girang. Hanya ada helaan napas dari Rycca, gadis itu masih tampak malas. "Ayolah Rycca, gue bakalan bikin sabtu lo jadi hari yang paling terindah!" bujuk Kafin dengan menaik turunkan kedua alisnya. Rycca menghela pelan dan mengangguk kecil, hal itu membuat Kafin berteriak girang.
"Kalo gue sampai nggak have fun. Gue pulang," ketusnya dengan berjalan mendahului Kafin. Pria itu hanya tersenyum dan mengejar Rycca untuk mensejajarkan langkahnya.
Kafin merutuki kebodohannya, kenapa dia memilih ke Dufan di hari weekend seperti ini. Lihat sekarang ia harus berdiri diantrian yang sangat panjang. Kafin menatap gadis di sampingnya yang mulai tampak bosan. Kafin terus memandang lekat Rycca, wajah itu terlihat sedikit pucat.