"Buka hati lo, dan gue akan berusaha buat bikin lo cinta sama gue sampai lo nggak bisa cinta sama dia dan orang lain."
Kata itu selalu terngiang jelas di pikiran gadis cantik yang masih setia bertengger di bahu pria berparas tampan itu. Terlihat jelas keringat yang bercucuran dipelipisnya dengan napas yang memburu.
"Sampai," ujar Kafin dengan menurunkan tubuh Rycca. Gadis itu tersenyum canggung ke arah Kafin. Pria itu tampak mengambil banyak pasokan oksigen dengan melakukan peregangan pada tubuhnya.
Rycca memandangnya, memberi tatapan yang tak bisa diartikan. Gadis itu tampak mengambil sesuatu di kantong celana jeansnya. Sebuah sapu tangan, entah kesurupan setan apa, Rycca mengusap keringat yang bercucuran di pelipis Kafin, membuat pria itu menatapnya heran. Namun dibalik tatapannya itu, Kafin merasa bahagia. Ada sebuah hasil dari perjuangannya, meskipun hanya sedikit. Kafin yakin suatu saat akan menjadi bukit. Rycca akan membuka hati untuknya.
Pria itu tersenyum lebar ke arah gadis yang tengah serius mengusap-usap pelipis dan pipinya. Kafin memegang tangan Rycca yang sibuk itu menjadi terhenti. Tatapan mereka saling bertemu, kedua detak jantung mereka terasa berpacu dengan cepat, membuat irama yang indah, seakan tak ingin berpaling. Rycca mulai merasa desiran aneh menyerang sekujur tubuhnya, seperti sengatan-sengatan kecil, namun berhasil membuat dirinya tak karuan. Pipinya pun memanas, tatapan dari mata cokelat terang milik Kafin membuatnya seolah tersihir melihat sorot matanya yang menghangatkan.
Pria itu tersenyum, senyuman itu berhasil membuat Rycca lebih salah tingkah. Ayolah Rycca, lo nggak pernah seperti ini! Senyuman itu selalu dia berikan untuk lo dan semua orang! Tapi, mengapa rasanya berbeda?
Seolah merutuki dirinya sendiri, Rycca hanya diam mematung, dan tersihir oleh senyum manis milik pria sinting yang keterlaluan tampan di depannya saat ini.
"Gue tambah suka sama lo," lirih Kafin tepat di hadapan Rycca. Gadis itu langsung menarik tangan yang sempat digenggam Kafin, dan langsung memalingkan wajahnya.
Kafin tersenyum penuh arti.
"Kalo jantung lo udah dag-dig-dug serr saat bersama gue, kasih tau gue, ya," pinta Kafin, Rycca menatapnya dengan ekspresi datar.
"Emang harus?"
"Harus! Biar gue tau kalo lo mulai ada rasa sama gue," ujar Kafin dengan mencubit gemas pipi Rycca. Gadis itu malah menepis kasar dan berdecak kesal. Dan ekspresi wajahnya membuat Kafin semakin gemas melihatnya.
****
Dua insan yang tengah berjalan beriringan menyusuri banyak wahana-wahana yang ada di Dufan. Mereka berjalan dengan tawa yang keluar dari bibir mereka, membuat mereka menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarnya. Mungkin banyak yang berpikiran bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Namun semua jauh diluar dugaan mereka, bahwasanya mereka tidak lebih dari teman.
Rycca menatap ke arah suatu yang berwarna pink, membuat matanya berbinar. Gadis itu menarik lengan Kafin yang tadi sempat jalan mendahuluinya. Kafin tampak bingung dengan sikap Rycca. Gadis itu membawanya ke tempat orang berjualan arum manis. Rycca memberi tatapan puppy eyesnya pada Kafin, dan gadis itu menunjuk kearah arum manis yang menggantung tanpa beban.
"Mau itu," rengekannya, hal itu membuat Kafin sangat gemas dengan tingkahnya. Ini Rycca? Yang biasanya bersikap dingin, acuh, dan kejam. Kenapa sekarang Kafin merasa Rycca seperti anak TK yang merengek minta dibelikan sesuatu?
Kafin mengacak acak puncak rambut Rycca dengan gemas.
"Ambil semau lo," jawab Kafin enteng. Mata Rycca langsung berbinar. Gadis itu langsung memborong semua arum manis yang menggantung itu, dengan dua warna pink, tiga biru, dan satu kuning.
"Kafin," panggil Rycca dengan memeluk enam buah arum manis yang berukuran besar. Kafin yang terfokus pada ponselnya kini menoreh ke arah gadis dibelakangnya. Rycca memberinya senyuman polos dan hal itu membuat Kafin semakin kagum dengan senyum milik Rycca. Pria itu tak tinggal diam, ia langsung mengambil diam-diam gambar Rycca yang tengah tersenyum polos dengan memeluk enam buah arum manis dengan warna yang berbeda-beda.
"Lo yang bayar, 'kan?" tanya Rycca pelan.
"Enggak, enak aja. Bayar sendiri!"
"Huh, pelit dasar!"
Rycca membalikkan badan dengan wajah kesalnya. Berniat ingin membayar sendiri arum manis yang dibelinya, namun langkahnya terhenti ketika tangan kekar itu menarik pergelangannya. Gadis itu berbalik badan dan menabrak dada bidang milik Kafin, pria itu membenarkan rambut Rycca yang sedikit berantakan karena angin.
"Berhubung lo calon istri gue, jadi gue yang bayar," terang Kafin dengan kerlingan matanya. Rycca terkesiap beberapa saat. Kafin tersenyum sekilas ke arahnya, lalu berjalan menuju tukang arum manis itu. Membayarnya.
Gadis itu berjalan dengan memakan arum manis berwarna pink itu. Kafin tengah kerepotan membawa empat buah arum manis yang berukuran besar sembari mengikuti langkah Rycca. Iya, ini merupakan arum manis yang kedua, gadis itu berjalan dengan menikmati manisnya gula-gula yang menyentuh lidahnya. Kafin masih setia menatap punggung yang berbalut jaket levis army itu. Kafin mengambil langkah panjang, mencoba mensejajarkan langkahnya dengan gadis yang ada di depannya.
"Gue yang beli, lo yang makan," gerutu Kafin dengan masih memandang kedepan. Rycca menyalip langkah Kafin, lalu berjalan mundur menghadap pria itu. Rycca sedikit terkekeh melihat Kafin, ia merasa pria itu seperti baby sitternya. "Oh bagus, sekarang malah ngetawain yang beli arum manisnya," kesalnya dengan mengerucutkan bibir tipisnya. Rycca tampak meledakkan tawanya ketika melihat ekspresi Kafin.
"Uhh, Kafin ngambek?" gemas Rycca, namun ekspresi Kafin tetap sama. "Uhh... Sini-sini gue suapin," lanjutnya dengan memotong Arum manis berwarna pink itu. Kafin tersenyum lebar, dan langsung membuka mulutnya.