Ada dia dan dia, dia yang terharapkan dan dia yang mengharapkan. Cukup sakit mencintai dia yang terharapkan, dan cukup sulit untuk mencintai dia yang mengharapkan.
*****
"Apa bener lo udah ada sedikit perasaan sama gue? Dan lo sedikit melupakan ilham karena gue?" tanya Kafin dengan menatap lekat gadis yang ada di depannya. Gadis itu hanya memalingkan wajahnya dan diam. Kafin sedari tadi hanya menunggu jawaban dari gadis itu, namun tampaknya Rycca tak ingin menjawab pertanyaan Kafin. Kini terasa begitu canggung di dalam bianglala itu. Tak ada yang membuka suara, keduanya bungkam. Namun banyak kata yang tersimpan dalam hati untuk diucapkan. Tapi seakan lidah terasa keluh untuk mengucapkan. Hingga wahana itu selesai, mereka tetap diam, berbicara dengan pikiran masing-masing. Rycca mendahului Kafin, pria itu hanya membuntuti langkah gadis itu dari belakang. Dengan menatap sendu punggungnya. Apa pertanyaan gue salah?
Kini mereka berdua berada di area parkiran, masih tetap diam. Keadaan semakin terasa canggung. Kafin menatap gadis yang di belakangnya, raut muka datar dengan tangan yang mendekap dua arum manis berwarna biru dan pink. Pria itu mengambil helm untuk Rycca, dan memakaikannya. Gadis itu hanya diam termangu, begitu juga Kafin yang memasangkan dengan raut wajah datar.
Kafin melajukan motornya dengan kecepatan sedang, menerobos jalanan ibu kota yang tak terlalu padat. Selama itu pula keheningan terjadi, hanya terdengar suara kendaraan yang berlalu-lalang. Sampai Kafin memberhentikan motornya tepat di depan pintu gerbang rumah Rycca. Gadis itu turun dan diikuti dengan Kafin. Pria itu membukakan helm yang dikenakan Rycca, karena tahu tangan gadis itu sibuk dengan arum manisnya. Kafin membenahkan beberapa helai rambut Rycca yang berantakan, kedua matannya sempat bertemu, saling menatap lekat. Keduanya sudah tak tahan akan kecanggungan yang tercipta.
"Fin."
"Ryc," panggilnya bersamaan. Hal itu membuat raut wajah mereka berdua terlihat salah tingkah.
"Lo duluan," desak Rycca, Kafin hanya menghela pasrah.
"Maaf," lirihnya, Rycca mengernyit. "Harusnya gue nggak terlalu percaya diri sama perasaan gue ini. Soal pertanyaan tadi, gak usah lo jawab. Gue udah pasti tau jawabannya." jelasnya, Rycca hanya menatap Kafin datar.
Kafin memaksakan senyumnya untuk mengembang, dan berbalik badan untuk langsung beranjak pergi.
"Fin," panggil Rycca, hal itu berhasil membuat langkah pria itu terhenti. Kafin kembali menghampiri Rycca.Gadis itu mengambil napas panjang dan menghembuskannya. Sedangkan Kafin masih setia menatap gadis itu seakan meminta penjelasan lebih.
"Ada dia dan dia. Dia yang terharapkan dan dia yang mengharapkan. Cukup sakit mencintai dia yang terharapkan dan cukup sulit untuk mencintai dia yang mengharapkan," ujarnya panjang. Kafin mengernyitkan dahinya, seolah tak mengerti apa maksud dari perkataan Rycca. Gadis itu menghela pelan. "Sama halnya antara Ilham sama lo. Cukup sakit gue mencintai Ilham, dan cukup sulit untuk gue mencintai lo," lanjutnya, Kafin dengan jelas mengerti apa maksud ucapan Rycca. Entah mengapa, mendengar pernyataan Rycca beberapa detik lalu, rasa sesak menjalar didada Kafin. Sepertu tertusuk ribuan belati hingga membuatnya susah untuk bernapas. Kafin mencoba menahan rasa sakit itu, seolah semuanya baik-baik saja. Kafin mengembangkan senyumnya, senyum yang tak bisa diartikan. Senyum palsu yang sedang menutupi segala rasa lara dihatinya.
"Gue tau kok," jawabnya dengan memaksakan senyumnya. Kafin membalikkan tubuhnya, melangkahkan kakinya menuju motor miliknya. Haruskah berhenti dan, mundur?
"Fin," panggil Rycca lagi. Namun pria itu hanya diam dan berhenti di tempat, tak menoreh kearah gadis itu lagi. Rycca menghela napas panjang.
"Beri gue waktu buat ngelupain Ilham, bikin gue lupa sama dia dan jatuh cinta sama lo," pekiknya keras, terdengar jelas di telinga Kafin. Rycca tampak merutuki dirinya. Entah kenapa dia bisa berbicara seperti itu?! Lo bodoh, Rycca! Udah ngasih harapan untuk orang! Tapi mau bagaimana lagi? Yang sudah diucapkan akan mustahil untuk ditarik kembali. Toh juga ini kemauan hatinya, hatinya mendorong agar mulutnya menyatakan itu. Semoga ini yang terbaik.
Kafin tak dapat menyembunyikan senyum kebahagiaan di wajah tampannya. Rasa sesak dan sakit yang tadi menjalar seolah hilang bertebaran bagai debu. Kini hanya terganti dengan rasa yang membahagiakan.
Kamu bisa buat aku sakit, bisa buat aku bahagia secara bersamaan. Tapi kamu gak bisa buat aku berhenti untuk terus suka kamu.
Kafin menorehkan pandangannya kenarah Rycca, gadis itu seperti merutuki dirinya atas ucapannya sendiri. Kafin mulai melangkah mendekat pada gadis itum
"Beneran?" tanyanya memastikan, aura bahagia terpancar jelas dari wajah tampan milik Kafin. Tak ada jawaban dari gadis itu, tapi Kafin dapat melihat jelas bahwa gadis itu mengangguk pelan. Dan itu membuat hati Kafin bersorak-sorai bergembira. Bukan hanya hatinya, kini Kafin pun sudah mencak-mencak seperti orang kesurupan karena saking bahagianya. Hal itu membuat Rycca tersenyum simpul, dia terlihat bahagia?
Kafin menghentikan aksinya, pria itu menatap Rycca dengan raut wajah gembira dan senyum yang tak pernah pudar di bibirnya. Pria itu menangkup bahu Rycca dengan kedua tangannya. Menatap lekat gadis di hadapannya.