"SAH!!!"
Pipi Rycca merona saat mengingat teriakan kencang dari seluruh makhluk yang ada di kantin. Adegan beberapa jam yang lalu membuatnya jadi gila. Tersenyum-senyum sendiri, tertawa sendiri, dan berteriak histeris dengan sendirinya. Sampai Arinda berniat untuk meruqyah keponakan tercintanya itu.
Rycca merasa dirinya semakin gila. Ia lebih memilih untuk meluapkan kegilaannya dengan memainkan gitar elektrik miliknya. Dengan lihai dan semangatnya gadis itu bermain dengan melompat-lompat di ranjang miliknya.
Dentuman musik yang dihasilkan oleh Rycca terdengar begitu nyaring dari bawah, membuat Arinda semakin pusing dibuatnya.
Ceklek...
Suara pintu kamar Rycca terbuka. Terpampanglah sosok wanita paruh baya dengan membawa nampan berisi susu putih. Namun Rycca sama sekali tak mengetahui kehadiran Bi Milea. Wanita paruh baya itu menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Rycca yang tengah bersaksi di atas ranjangnya.
"Bi Lea, ayo sini gabung sama Rycca!" ajak Rycca, sembari menyanyikan lagu dengan semangat. Wanita paruh baya itu mengangguk dan bergabung dengan Rycca. Melompat-lompat dan bernyanyi bersama.
"PAPA NGGAK PULANG BABY."
"PAPA NGGAK BAWA UANG BABY."
Gubrak!!!
Kedua wanita yang tengah asik di atas ranjang langsung menoreh kearah suara itu berasal. Di sana sudah ada Arinda yang tengah meluap amarahnya, dengan koyo yang menempel di sudut kening dan lehernya.
"RYCCA BERISIK BANGET!"
"NGGAK TAU TANTE LAGI SAKIT GIGI HAH?!"
"INI LAGI BI MILEA, IKUT-IKUTAN RYCCA AJA! SANA URUSIN MANG DILAN!"
"UDAH TAHU ABIS MAGHRIB! YASINAN KEK! MALAH KONSER!" gerutu Arinda dengan langsung menutup keras pintu kamar Rycca. Kedua wanita yang tadi kena sumpah serapahnya langsung meledakkan tawanya.
"Ya udah Non, Bibi mau ngurusin Mang Dilan dulu ya," pamit Lea, Rycca mengernyit,
"Bukannya Dilan sama Milea nggak bersatu ya, Bi?" goda Rycca sembari menahan kekehannya.
"Maksudnya Bibi mau dilanjutkan dulu pekerjaannya," jawabnya asal. Rycca hanya diam melongo, sumpah garing banget!
Drttt.. Drttt..
Suara getar ponsel Rycca. Gadis itu mengambil ponselnya, melihat notifikasi pesan yang muncul. Dari pria sinting.
Pria Sinting
Keluar sekarang.
Rycca mengernyit, kenapa pacarnya seperti jelangkung gini? Rycca terkikik geli, menyebut Kafin sebagai pacarnya. Memang benar sih! Rycca langsung membalas pesan dari Kafin.
Serius, jangan bercanda!
Sudah dua menit, dan belum ada balasan dari Kafin. Apa pria itu sedang mempermainkannya?
Tak lama kemudian ponsel Rycca bergetar, Kafin menelponnya. Tanpa pikir panjang, Rycca langsung mengangkat panggilan dari Kafin.
"Buruan dong, banyak nyamuk disini! Apa perlu gue jemput sampai kamar lo?"
Suara diseberang sana terlihat sedikit kesal, Rycca membelalak sempurna. Dengan langkah cepat gadis itu bersiap-siap untuk menghampiri Kafin.
"Tunggu bentar," ujarnya dan langsung mematikan sambungan itu secara sepihak.
Tak lama kemudian, sosok gadis cantik yang mengenakan celana jeans hitam dan sweater putih polos dengan rambut yang dikuncir kuda, keluar dari gerbang rumahnya. Ya, Itu Rycca.
"Lama banget!" protes Kafin, Rycca memutar bola matanya malas.
"Siapa suruh nggak bales pesan gue!" cibir Rycca tak kalah galak.
"Karena notice pesan dari lo itu langkah, jadi sayang-sayang kalau dibuka," ucap Kafin dengan langsung memasangkan helm di kepala Rycca. Gadis itu hanya diam mematung dengan senyum simpul. Entah mengapa, Rycca suka perlakuan manis dari Kafin. Setelah itu, Kafin melajukan motornya. Menelusuri jalan raya di malam hari. Terjadi keheningan beberapa saat diantara mereka.
"Mau kemana?" tanya Rycca memecahkan keheningan. Kafin meliriknya sekilas dari kaca spion.
"Kepo."
Plakk!
"Lo mau culik anak perawan orang?!"
"Yang penting pacar sendiri, bukan gebetan apalagi mantan!"
"KAFINNN!!!!"
****
Kafin menghentikan motornya di pinggir jalan. Rycca mengikuti langkah Kafin. Pria itu duduk di trotoar jalan, yang terdapat warung lesehan.
"Sini duduk," suruh Kafin, Rycca mengangguk patuh. "Mau makan apa?" tanya Kafin, gadis itu hanya diam tak bergeming. "Kenapa? Nggak biasa makan di tempat kayak gini?"