Gadis itu berdecak sebal. Sedari tadi sibuk mengotak atik ponselnya hingga jemarinya terasa pegal. Rycca menghela berat dan langsung mematikan ponselnya.
"Dasar netizen!" umpat Rycca kesal. Mood paginya begitu hancur.
Pria berparas tampan itu berjalan masuk ke dalam kelas. Aura ketampanannya sudah terlihat dari kejauhan. Kafin, pria itu tampak bahagia. Senyumnya ia berikan kepada siapapun yang menyapanya. Karena kata omanya orang ganteng nggak boleh sombong.
Pria itu berjalan menghampiri Rycca. Gadis yang tengah menenggelamkan wajahnya di meja. Kafin mengeluarkan susu kotak rasa cokelat dari tas nya, dan meletakkannya di meja Rycca. Pria itu menepuk bahu Rycca, gadis itu langsung menoreh ke arahnya.
"Selamat pagi pacar, ini diminum. Biar mood paginya nggak ancur kayak muka Akmal," ujar Kafin dengan senyum mengembang. Rycca menerima susu kotak rasa cokelat itu, dan meminumnya.
"Makasih," ucap Rycca malu. "Pacar," lanjutnya dengan nada yang nyaris tak bisa terdengar. Kafin tersenyum lebar dan mengacak-acak puncak rambut Rycca dengan gemas.
"Woi! Pagi-pagi udah memadu kasih! Kasian yang jomlo cem Akmaludin!" cerca Angga, semua terkikik geli.
"Weitss... Jangan salah! Akmaludin ini jomlo high quality!" jawab Akmal membanggakan diri.
"Setanlah Mal!"
"Gue turut prihatin Mal dengan ke jomloan lo! Tapi gua lebih prihatin dengan ke jomloan author dan readers the bad couple!"
Semua meledakkan tawanya. Tak lama guru pengisi jam pelajaran pertama datang. Dan kegiatan belajar mengajar berjalan dengan biasanya.
****
Bel istirahat pertama berbunyi begitu nyaring terdengar di seantero sekolah. Semua siswa mulai bertebaran untuk mengenyangkan perutnya. Seperti biasa, Kafin, Rycca, Akmal, dan yang lainnya berkumpul di meja yang sama. Mereka tertawa begitu bahagia dengan lelucon yang diciptakan Mas Akmal. Kecuali satu sosok pria yang tak menampakan tawanya. Raut wajah dengan rahang yang mengeras dan sorot mata kosong, Ricco.
"Co, lo kenapa?" tanya Angga, namun pria itu hanya menggeleng. Angga tahu, pasti karena itu. Karena kebahagiaan saat ini, kebahagiaan Kafin dan Rycca.
Semua orang masih melebur dengan tawanya. Ricco tampak menghela berat.
"Fin," panggil Ricco, membuat suara tawa itu menghilang dan menatap Ricco serius. Namun pria itu tak merubah sedikitpun raut wajahnya.
"Ya?"
"Ikut gue sekarang," titah Ricco dan langsung beranjak tanpa menatap siapapun. Kafin terlihat bingung, namun Angga segera memberi kode kepada Kafin untuk segera mengikuti langkah Ricco. Kafin mengangguk paham.
"Fin, gue ikut," ujar Rycca, Kafin menatapnya.
"Iya yang lagi anget-angetnya baru pacaran! Jarak beberapa meter berasa nyebrang pulau!" sindir Akmal, semua terkekeh pelan.
"Jomlo diam!" balas Rycca tajam. Sedangkan pria itu memilih untuk melambaikan tangannya keatas, tak ingin berdebat dengan ratu macan!
"Nggak usah Ryc," tolak Kafin, Rycca mengerucutkan bibirnya. Kafin tersenyum kearah Rycca dan gadis itupun mengangguk pelan dengan raut wajah yang sama.
Kafin mulai beranjak dari kantin dan menyusul Ricco. Arini melirik ke arah Rycca dengan memberikan senyum menggoda. Rycca mengernyitkan alisnya.
"Apa?" tanyanya polos.
"Dari kisah lo sama Kafin gue bisa ngambil kesimpulan, bahwa benci bisa jadi cinta. Kayaknya gue harus benci sama Manurios, Harris J, atau Iqbaal Ramadhan. Siapa tau bisa jadi cinta!" ucap Arini dengan khayalan tingkat dewa. Rycca dan yang lainnya hanya bisa melongo mendengar pernyataan gadis itu. Gak usah jauh-jauh Rin, hati mas Akmal masih kosong!
Kafin mengikuti langkah panjang Ricco. Pria itu berjalan dengan angkuhnya melewati koridor sekolah. Sedangkan Kafin berjalan dengan memberikan senyum ramahnya pada mereka yang menyapanya. Mereka berdua berhenti di depan ruang rohis. Tampak sepi dan tak ada para siswa yang berlalu lalang di sana. Kafin menatap heran ke arah pria itu.
"Kenap---"
Bugh!
Ucapan Kafin terpotong saat pria itu langsung menghantam keras pipi kanannya. Kafin menahan rasa nyeri dengan menekan pelan pipinya. Sedangkan Ricco berjalan mendekat dengan raut wajah marah dan rahang yang mengeras.
"Itu buat gue ngelepas Rycca," ujar Ricco dengan rahang yang masih menegas. Kafin mengernyit, membuat Ricco menghela berat. "Gue udah ngelepas Rycca buat lo. Jangan sampai lo nyakitin dia. Karena lo nggak hanya berurusan sama gue. Tapi sama yang lainnya juga!" jelas Ricco dan langsung pergi meninggalkan Kafin. Pria itu mengerti sekarang.
Kafin menundukkan wajahnya.
"Gue akan kasih kebahagiaan untuk Rycca, semampu gue," gumamnya entah ditujukan untuk siapa. Kafin sedikit meringis karena luka di pipinya. Lalu pria itu beranjak pergi dari tempat sepi itu.
Kafin duduk di samping gadisnya, Rycca. Pria itu tersenyum simpul ke arahnya dan menyodorkan kepalan kertas. Rycca tampak mengernyit heran. Kafin menatapnya dan memberi kode untuk membuka kepalan kertas itu