The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #36

35. Tabassam, Rycca!

Orang yang memiliki masa lalu kelam. Pasti akan sulit tersenyum tulus di masa depan.

*****

Kafin mendaratkan mobilnya tepat di depan pintu gerbang rumah Rycca. Dengan langkah cepat Rycca keluar dari mobil Kafin. Pria itu dengan cepat menyusul gadisnya. Langkah gadis itu terhenti ketika Kafin menahan pergelangan tangannya. Refleks tatapan mereka berdua saling beradu.

"Apa?"

"Nggak baik pulang nggak pamitan sama pacar," keluh Kafin dengan memajukan bibirnya beberapa centi. Rycca nyengir tak berdosa.

"Iya, gue masuk dulu Kakanda Kafin," ucap Rycca dengan bergidik geli. Kafin mengembangkan senyumnya.

"Silahkan Adindaku tercinta," balas Kafin. Entah mengapa Rycca jadi bergidik ngeri ketika mendengar kata kakanda dan adinda.

"Makasih, ya," ucap Rycca tulus. Kafin tersenyum manis sembari mengelus lembut rambut Rycca.

"Anytime, sayang," jawab Kafin lembut membuat Rycca bergidik ngeri. Rycca langsung memasuki rumahnya. Setelah itu Kafin langsung beranjak pulang. Senyum yang tadinya mengembang saat di sisi Kafin sirna sudah. Air matanya mengalir kembali. Dengan cepat gadis itu menghapus kasar dengan tangannya. Jujur, rasa sakit di hatinya masih melekat. Rycca masih belum menerima sumpah serapah dari Asylah. Cukup menyakitkan ketika mengingat setiap kata yang menghunus hati Rycca.

Wanita paruh baya yang baru saja turun dari tangga langsung menatap gadis di hadapannya dengan penampilan acak-acakan. Arinda langsung mengambil langkah panjang untuk menghampiri Rycca. Tatapan mereka saling beradu, Rycca tersenyum pedih. Sedangkan Arinda yang tak tahu apa-apa hanya mengernyit heran. Tidak biasanya gadis itu menampakan mimik sedihnya ketika pulang sekolah. Tunggu! Arinda melihat jam yang bertengger di dinding, masih jam 11, terlalu pagi untuk jam pulang sekolah. Apa gadis itu bolos sekolah lagi?

Arinda sontak kaget ketika mendengar isakan Rycca. Tangisan gadis itu kembali pecah. Rycca langsung berlari dan memeluk erat wanita paruh baya itu. Dengan hangat, Arinda mendekap keponakan semata wayangnya. Rycca menumpahkan segala keluh kesahnya di dalam dekapan sosok yang sudah merawatnya sejak kecil. Arinda mengelus-elus pelan rambut dan punggung Rycca, seolah memberikan ketenangan dan kekuatan untuk gadis malang itu. Hampir lama mereka berpelukan. Arinda menunggu gadis itu sampai agak tenang.

"Rycca, kamu kenapa?" tanya Arinda hati-hati. Rycca masih terus menumpahkan isakan dan air matanya. Masih tak ada jawaban dari gadis itu. Sebenarnya, Arinda merasa pegal, karena ia menumpu tubuh gadis ini. Berat! Arinda memilih untuk mengajak Rycca duduk di sofa ruang tengah. Gadis itu hanya patuh dan mengikuti saja langkah tantenya. Namun Rycca masih enggan untuk melepaskan pelukannya. Arinda hanya membiarkan gadis itu. Biarkan ia menenangkan dirinya dahulu. Arinda hanya bisa mengelus rambut dan punggung Rycca.

Tak lama kemudian, Rycca melepaskan pelukannya. Gadis itu menghapus sisa-sisa air mata yang ada di sekitar pipinya. Masih terdengar isakan kecil yang lirih. Arinda membereskan rambut Rycca yang tampak acak-acakan, membantu Rycca untuk menghapus air mata yang dibuangnya.

"Kamu kenapa, Ryc?" tanya Arinda lagi. Rycca menatap Arinda sekilas. Sedetik kemudian ia kembali mendekap erat tubuh Arinda.

"TANTEEE!!!" pekik gadis itu. Arinda dengan sabar menghadapi sikap Rycca.

"Kamu kenapa, Ryc? Masalah lagi sama Asylah?" tanya Arinda sabar. Rycca mengeratkan pelukannya dengan isakan kecil yang kembali tercipta. Tubuh gadis itu gumetar hebat.

"Tante, apa bener Rycca anak haram?" tanya Rycca dengan masih dalam dekapan Arinda. "Apa bener Mama Rycca pelacur?"

Arinda langsung mengangkat bahu Rycca. Menampakkan sosok yang menyedihkan. Arinda langsung menangkup pipi gadis itu.

"Siapa yang bilang begitu?!" tanya Arinda dengan rahang menegas. Terlihat bahwa amarahnya sedikit memuncak. Rycca hanya diam. "Siapa Ryc yang bilang seperti itu?!" tekan Arinda kembali. Rycca menunduk tak berani membalas tatapan tajam tantenya.

"Tee--temen Ryc--ca, Tante," jawabnya jujur dan gugup. Arinda menghela napas panjang. Tertawa sinis ke arah Rycca, membuatnya jadi bergidik ngeri. Rycca menelan ludahnya susah payah, Rycca pikir selama ini Tante Arinda itu orangnya kalem. Ternyata dibalik kekalemannya ada secarik sosok yang menyeramkan dalam tubuh wanita itu.

"Sekarang tante tanya, dia teman kamu?"

Rycca mengangguk mengiakan.

"Apa dia ada hubungan saudara dengan kamu?"

Rycca menggeleng cepat. Jelas tidak ada.

"Apa dia seorang cenayang? Dukun? Peramal?"

Rycca menggeleng lagi.

"Dia manusia biasa Tante. Bukan orang pinter! Pelajaran aja gobloknya sampai ke DNA," jawab Rycca jujur. Arinda tersenyum meremehkan.

"Apa dia Tuhan, Ryc?"

Rycca langsung menatap tak percaya kearah wanita paruh baya itu. Kenapa pembicaraannya sampai kesini?! Jelas Asylah bukan Tuhan! Dia manusia ciptaan tuhan. Masa iya Rycca ribut sama Tuhan?!

"Maksud tante apa? Rycca nggak ngerti," ujar gadis itu dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Arinda lebih mendekat kearah Rycca.

"Saudara bukan! Cenayang bukan! Peramal bukan! Dukun bukan! Tuhan juga bukan! Kenapa dia sok tahu mengenai masa lalu kamu?! Jangan mudah terpengaruh sama omongan orang seperti itu. Dia ingin kamu itu sedih, jadi dia mengada-ada segala kebenaran untuk membuat hati kamu terluka," jelas Arinda dengan penuh penekanan. Rycca mengerti. Benar juga, untuk apa Rycca memikirkan kata-kata yang belum tentu benar adanya. Arinda menangkup wajah Rycca, menatapnya dengan tulus dan dalam. "Kamu bukan anak haram. Bukan juga anak pelacur. Kamu terlahir dari keluarga baik dan terhormat, dan jangan terus menyalahkan kelahiranmu di dunia ini Rycca. Setiap orang tidak akan bisa menentukan dari rahim siapa ia akan dilahirkan. Dan kamu gadis beruntung yang dilahirkan oleh mama kamu, Gwennila," ujar Arinda penuh penekanan. Tetesan air matanya meluncur mulus begitu saja tanpa permisi. Mengingat kakaknya yang kini berada di dunia lain. Arinda merindukan sosok wanita dewasa itu, dengan segala kesabarannya, senyumannya, dan juga anggunnya. Rycca menyeka air mata Arinda dengan ibu jarinya.

"Tante kenapa nangis?" tanya Rycca sendu.

"Tante kangen Kakak Gwen," jawabnya sendu dengan mata yang sayu. Rycca memeluk erat tubuh Arinda.

"Rycca juga kangen Mama Gwen."

****

Rycca menghela berat. Rumahnya mendadak ramai karena banyak temannya berkunjung dengan alasan menjenguk. Padahal Rycca tidak sakit. Ruang tamu Rycca dipenuhi dengan makhluk-makhluk aneh, terutama Akmal!

"Ryc, haus Ryc, minum dong," cerca Akmal bak pesan makanan di warteg. Rycca menatap tajam Akmal, namun pria itu hanya nyengir tak berdosa. "Tamu adalah raja," gumamnya pelan. Rycca beranjak ke arah dapur, mengambil minuman untuk teman-temannya. Dengan muka datar dan kusam gadis itu menaruh minuman itu di meja ruang tamu. "Yang ikhlas Ryc," cibir Akmal sembari meneguk minuman yang disodorkan Rycca. Rycca memutar bola matanya malas, tak ingin menanggapi Akmaludin. Gadis itu memilih fokus pada kubik di tangannya saat ini.

Lihat selengkapnya