The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #37

36. Usaha Mr Pyr

Pria berparas tampan berjalan dengan muka lelahnya, namun tak mengurangi kadar ketampanan wajahnya. Kafin menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan memijit pangkal hidungnya. Ruangan yang terlihat megah dan mewah ini terlihat sangat sepi. Kafin melihat jam tangan yang melekat di tangan kirinya, menunjukkan pukul 9 malam. Pria itu baru sampai rumah setelah bersinggah di rumah Rycca tadi.

Kafin mengambil ponsel yang ada di saku celana jeansnya. Banyak sekali notice dari orang-orang yang Kafin yakini adalah teman satu sekolahnya yang tak ia kenal. Pria itu tampak lihai mengotak-atik ponselnya. Ia membuka aplikasi Instagram disana. Kafin melihat banyak sekali notice like dan komen dari beberapa followersnya. Pria itu tampak tersenyum saat mendapat notice like dari seseorang. Bisa tebak dari siapa?

Pria itu beralih pada aplikasi WhatsApp messenger. Banyak sekali chat yang masuk terabaikan, hanya karena satu chat yang disematkan. Siapa lagi kalau bukan Rycca Gwen Pyralis? Gadis beruntung yang Kafin pilih sebagai kekasih hatinya. Kafin mulai mengetikkan pesan untuk gadis itu.

Pyralis

Rycca.

Tak lama kemudian ponsel Kafin berbunyi, menandakan bahwa ada pesan masuk. Benar dugaan Kafin, Rycca membalas pesan darinya dengan sangat cepat.

Pyralis

Hm?

Kafin tersenyum tipis. Meskipun Rycca menjadi kekasihnya, sedikitpun tak merubah sifat gadis itu. Tetap saja cuek dan tak peduli.

Pyralis

Gue sudah sampai rumah.

Gue g tanya.

Jlebb!

Kafin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tak tahu lagi harus mencari topik apa. Kadang memang seperti itu, dia dengan tidak tahu dirinya tetap bisa biasa saja. Tanpa ia sadari ada seseorang yang tengah berjuang untuk mempertahankan chatnya agar berlanjut.

Pria itu kembali menatap ponselnya. Pria itu kembali mengetikkan pesan,

Pyralis

Jutek sekali pacar gue😓

Bodoamat!!!

Ryc, tau nggak bedanya kamu sama rambutnya Pak Broto?

?

Kalo rambutnya Pak Broto itu belah tengah, kalo kamu belahan jiwa aku. ❤

Kafin tampak tersenyum geli ketika mengetikkan pesan itu. Ah, sudahlah! Pria itu tak peduli. Ia tengah sibuk membayangkan bagaimana ekspresi wajah Rycca saat membaca pesan darinya. Pasti pipi chubbynya itu sudah seperti kepiting rebus.

Sedangkan disisi lain. Rycca tengah bersorak histeris di kasurnya.

Pria Sinting

Kalo rambutnya pak Broto itu belah tengah, kalo kamu belahan jiwa aku. ❤

Hati Rycca tampak berteriak bahagia. Sampai-sampai gadis itu tersenyum-senyum sendiri memandangi ponselnya dengan jarak dekat. Tak hanya itu, ia bahkan hingga memeluk erat ponselnya saking bahagianya. Siapa yang tidak terbang? Jika setiap hari diberi gombalan receh dengan pria berparas tampan macam Kafin.

Karena hati akan cepat luluh hanya karena ucapan yang menerbangkan perasaan.

Ponsel gadis itu bergetar lagi. Menandakan ada pesan masuk.

Pria Sinting

Gue mau tidur dulu. Good night, kekasih.😘

Gadis itu kembali merekahkan senyumnya. Setelahnya langsung membanting tubuhnya di kasur nyaman itu. Rycca membuang ponselnya ke segala arah. Dan langsung menutup wajahnya dengan selimut tebal berwarna abu-abu itu. Ia semakin tak bisa tidur hanya karena memikirkan pesan dari Kafin. Rycca menjadi gusar tak menentu. Ia mengigit kuat selimutnya karena sangking senangnya. Rycca merasa dirinya mulai gila. Gadis itu langsung memeluk erat guling yang berwarna senada dengan selimutnya.

Jujur saja, ucapan selamat tidur darimu malah membuatku tak bisa tertidur. Walaupun begitu, terima kasih. Karena ucapan selamat tidur darimu membuat mimpiku indah malam ini.

****

Matahari bersinar mulai menyapa bumi dengan sengatan sinar hangatnya. Hari libur, rutinitas yang Rycca lakukan adalah berolahraga di pagi hari. Gadis itu berlari kecil mengelilingi daerah rumahnya, lalu melanjutkan olahraga di dalam rumahnya. Seperti sekarang, gadis itu tengah memukuli samsak tinju yang ia letakkan khusu di ruang kamarnya. Tangan-tangan mungilnya begitu keras memukuli samsak yang tak berdosa itu.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu membuat Rycca mengehentikan aktivitasnya. Gadis itu langsung membersihkan keringat yang bercucuran di leher dan pelipisnya. Setelahnya, ia langsung beranjak membukakan pintu kamarnya.

"Kenapa Bi?"

"Sarapan sudah siap Non. Nyonya Arinda menunggu di bawah untuk sarapan bersama," ujar Bi Milea sopan.

Lihat selengkapnya