The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #39

38. Dua Pilihan

Gadis berparas cantik itu memasuki rumahnya. Terasa sunyi, tak berpenghuni. Ia menghela napas panjang. Memijit pelan pelipisnya. Terasa penat.

Rycca beranjak ke dapur. Melihat satu buah omlet yang Rycca yakin adalah miliknya yang dibuatkan oleh pria yang paling dibencinya. Perut Rycca bergetar. Gadis itu sangat lapar. Karena perutnya hanya terisi satu porsi somay Bang Jhon yang pastinya belum bisa mengenyangkan. Tanpa pikir panjang. Rycca menyendokkan nasi dan mengambil omlet itu. Menambahkan saus sambal di atasnya. Gadis itu memakannya, sangat lahap. Entah Rycca yang kelaparan atau omlet ini yang terlalu enak.

Tak lama kemudian. Pria paruh baya yang tampan itu menghampiri Rycca. Dengan pakaian jas rapi nan mewah. Ia tersenyum simpul ke arah Rycca. Sedangkan Rycca hanya diam mematung. Sumpah demi apapun, Rycca benar-benar malu sekarang.

"Lapar. gak ada makanan lagi," ungkap gadis itu datar. Mr Pyr terkekeh pelan melihat anak gadisnya. Mulutnya penuh dengan saus dan nasi. Pria itu jadi mengingat masa lalu dulu, waktu Rycca kecil. Sangat menggemaskan.

"Habiskan, tinggal sedikit," suruh Mr Pyr lembut. Rycca masih tetap menunjukkan wajah angkuhnya dengan menggeleng cepat. "Kasihan nanti nasinya nangis kalo tidak dihabiskan," lanjutnya perhatian. Rycca jadi teringat dengan kata-kata itu. Kata yang sering dilontarkan oleh mamanya, Gwen. Saat dulu menyuapinya. Namun, Rycca menepis pikiran itu. Memikirkan mamanya selalu membuat air matanya meronta untuk keluar. Rycca tidak mau terlihat lemah. Apalagi di depan ayahnya, Mr Pyr.

"Ya sudah kalau memaksa," ujar gadis itu dan meneruskan untuk makan. Rycca benar-benar tak menyangka jika ayahnya sangat ahli memasak. Tak heran mama Gwen sangat mencintai pria itu. Walaupun pria itu mengkhianatinya. Itu anggapan Rycca. Dan itu pun jadi sebuah alasan mengapa Rycca sangat sulit memaafkan ayah kandungnua sendiri.

Rycca terlihat sangat risih ketika Mr Pyr menatap gadis itu lekat. Keadaan ruang makan begitu hening tak ada yang membuka suara. Rycca selesai. Mr Pyr menyodorkan segelas air mineral untuk Rycca. Namun gadis itu menolaknya. Memilih untuk mengambil sendiri. Sedangkan Mr Pyr hanya bisa tersenyum kecut.

"Kenapa Anda masih di sini? Bukannya jam kerja belum selesai?" tanya Rycca dingin. Mr Pyr tercengang. Sedetik kemudian pria itu tersenyum hangat. Rycca merutuki kebodohannya. Kenapa dia harus bertanya?!

"Papa yang punya kantor. Jadi Papa bebas dong buat mau masuk atau enggak?" jawabnya enteng. Rycca hanya menggedikkan bahunya acuh. "Papa suka di sini. Kangen sama kamu, Nak," ungkap pria itu lembut. Ada sengatan kecil yang membuat Rycca sakit. Hatinya bergejolak hebat. Gadis itu hanya diam membisu. Tak tahu harus bersikap seperti apa.

"Papa kangen dipanggil 'Papa' sama kamu. Papa Pyr-nya Rycca," lanjutnya sendu. Rycca tersenyum pedih. Bahkan sebelum hadirnya kembali sosok papanya. Gadis itu sama sekali tak membutuhkan seorang papa selama belasan tahun lalu.

Rycca tertawa sinis.

"Jangan mencoba meracuni pikiran saya! Ingat baik-baik. Saya-sudah-tidak-punya-Papa!" ketusnya penuh penekanan. Mr Pyr mencoba mengerti dan bersabar. Ini kesalahannya. Kesalahan fatal yang berujung penyesalan.

Rycca beranjak dari sana, menuju ke arah kamarnya dan membanting pintu. Rycca menghempaskan tubuhnya di kasur empuk itu. Gadis itu terlihat lelah. Tubuh, pikiran, dan hati. Semuanya tidak sinkron. Apa jalan yang sudah Rycca ambil ini benar atau salah, Rycca tidak tahu. Dan Rycca tidak peduli. Tetap pada pendiriannya. Gadis batu yang kuat namun menyimpan banyak luka. Mata Rycca memberat. Rasa kantuk mulai menyerangnya. Sedetik kemudian, semua pikiran itu menghilang. Gelap, Rycca tertidur.

****

"Ryc."

"Rycca."

"Sayang. Bangunn." Gadis berseragam putih abu-abu itu mengerjapkan matanya. Kepalanya terasa berat. Tidur gadis itu terganggu karena suara berat dan goyangan tangan yang membangunkannya. Rycca menatap pria di hadapannya. Pria tampan dengan baju santai. Siapa lagi kalau bukan Mr Pyr?

Gadis itu mengacuhkan pria itu dengan menutupi penuh tubuhnya dengan selimut tebal miliknya.

"Rycca, ayo bangun. Cepat mandi dan makan malam," ujar Mr Pyr lembut dengan menarik selimut yang menutupi tubuh Rycca. Gadis itu mendesah berat.

"Makan aja sendiri sana!" usirnya kesal. Mr Pyr tidak bisa sabar lagi. Gemas dengan tingkah putri satu-satunya ini. Pria itu menarik kuat selimut itu, melemparnya ke segala arah. Rycca tampak geram. "Apa sih ganggu aja!" pekik gadis itu emosi di tengah nyawanya yang belum sepenuhnya kumpul.

"Mandi, setelah itu makan!" tegas Mr Pyr. Rycca berdecak kesal. Gadis itu sangat benci ketika acara yang dia sebut hibernasi diganggu.

"Bisa gak sih nggak usah ngurusin hidup saya! Pergi! Jangan ganggu, saya ngantuk!"

Mr Pyr menghela berat. Meraup wajahnya dan memijat pelan pangkal hidungnya. Benar yang dikatakan Arinda. Rycca kalau sudah dibangunin berubah jadi singa.

"Kamu masih pakai seragam. Badan kamu juga bau dan lengket. Cepat mandi!" suruh Mr Pyr lebih sabar lagi. Namun Rycca tak lagi menggubrisnya. Gadis itu seolah menulikan pendengarannya.

Pria paruh baya itu terlihat sudah tak mampu menahan sabarnya. Ia langsung membopong gadis itu ke arah kamar mandi. Gadis itu terus meronta untuk dilepaskan. Namun Mr Pyr sudah sangat jengah dengan sifat keras kepala Rycca.

Pria itu membuka kenop pintu kamar mandi. Menurunkan tubuh Rycca. Gadis itu berkacak pinggang. Kesal dengan tingkah ayahnya.

"Apa-apaan sih! Gak sopan!" maki Rycca. Tapi Mr Pyr tak peduli.

"Mau mandi sendiri apa papa yang mandikan kamu?!" tawar Mr Pyr dengan seringainya. Rycca membelalak sempurna. Dasar pria tidak waras! Mungkin Rycca akan menganggap pria di hadapannya ini sebagai pria kedua tersinting setelah Kafin.

"Menjijikkan!" umpat Rycca. Mr Pyr tampak menggoda gadis itu. Rycca langsung mendorong keras pria paruh baya itu keluar. Dan membanting pintu keras. Sedetik kemudian Mr Pyr meledakkan tawanya yang sedari tadi ia tahan. Mr Pyr mengetuk pintu besar itu.

"Rycca, yakin gak mau dimandikan sama Papa?" godanya lagi. "Dulu kayaknya seneng banget minta mandi bareng Papa. Kalo Papa nggak lembur."

"GAK!" pekik gadis itu. Mr Pyr tambah meledakkan tawanya.

"Papa tunggu di bawah ya untuk makan malam."

****

Gadis cantik itu membuka matanya ketika sinar mentari menerobos masuk lewat fentilasi udara kamarnya. Rycca mendesah berat. Kepalanya terasa berat dan pusing. Rycca baru ingat, hari ini sekolah. Gadis itu langsung terpelonjat dan bersiap-siap untuk sekolah.

Rycca keluar dari kamarnya. Terlihat nampan berisi makanan dan jus. Pasti itu ulah papanya. Tidak mungkin dia ikut makan malam bersama dengan orang yang ia benci. Papanya sendiri.

Rycca dengan terburu-buru menuruni anak tangga. Gadis itu berdecak kesal. 3 hari terasa 3 abad baginya!

"Selamat pagi Rycca," sapa pria paruh baya yang tampan itu. Rycca tak menggubris pria itu. Bahkan menganggapnya ada pun tidak. "Yuk sarapan dulu," ajaknya. Rycca hanya meminum air dari gelasnya. Dan langsung berlalu begitu saja.

Mr Pyr menatap punggung Rycca sendu. Hatinya masih tetap memotivasi dirinya sendiri untuk tetap berjuang meluluhkan Rycca.

Pria itu berlari mengejar Rycca. Tepat di depan teras rumah. Terlihat gadis yang tengah gelisah. Gadis itu mondar-mandir tak jelas.

Lihat selengkapnya