Kafin mendaratkan motornya di depan gerbang rumah Rycca. Pria itu khawatir, pasalnya Rycca tidak membalas chatnya dan ponselnya tidak aktif. Pria itu memasuki pekarangan rumah Rycca, melewatinya menuju teras rumah itu. Kafin mengetuk pintu cokelat gelap yang menjulang tinggi di hadapannya. Tak lama kemudian, sosok gadis dengan kaos hitam polos keluar. Yah, gadis itu adalah Rycca.
"Lo gak papa?" tanya Kafin dengan memperhatikan gadis itu.
"Wa'alaikumussalam," ujarnya dengan wajah datar. Kafin meringis tak berdosa. Pria itu mencubit gemas pipi Rycca.
"Assalamualaikum calon istri," ucapnya lembut. Rycca berdecak pelan.
"Najis!"
Kafin meledakkan tawanya. Padahal menurut Rycca tidak ada yang lucu. Mungkin, selera humor Kafin tinggi.
"Calon ibu dari anak-anakku. Bolehkah aku masuk?"
Rycca melirik Kafin sinis. Otak lo isinya apa sih, Fin?!
Kafin memasuki rumah Rycca. Pria itu duduk sembari menatap wajah Rycca yang tampak kusut. Kenapa dengan gadis itu?
"Lo kenapa?" tanya Kafin hati-hati. Rycca hanya menatap pria itu dengan malas. Tak menjawab pertanyaannya. Kafin menghela berat. Pasti ada yang disembunyikan oleh gadis itu. "Kalo lo diam, gue mana bisa tau apa yang lo rasain, Ryc," keluh pria itu. "Kamu kenapa, sih?" tanya Kafin ulang, nadanya agak sedikit melembut. Rycca menatap Kafin heran. Kamu? Entahlah, Rycca merasa bahagia ketika Kafin menggunakan panggilan 'aku-kamu'.
"Lo serius gak sih sama gue?" tanya Rycca dingin. Kafin mengernyit heran.
"Menurut lo?" Gadis itu menggedikkan bahunya. Tak tahu. Kafin memijat pelipisnya pelan. Pria itu menggenggam tangan gadisnya. "Ryc, jangan pernah raguin gue," pinta Kafin. Rycca hanya diam mematung. Suhu tubuhnya tiba-tiba panas. Rycca gugup.
"Gue udah berjuang mati-matian buat dapatin hati lo. Gue pindah sekolah, itu demi lo. Gue pindah kelas, itu juga buat lo. Jadi apa lo masih ngeraguin gue, Ryc?"
Rycca menggeleng dengan rasa sesal.
"Maaf," gumamnya. "Gue cuma takut bernasib sama kayak mantan-mantan lo dulu," lanjutnya dengan wajah yang tertunduk. Kafin menatap Rycca dalam-dalam. Sedangkan gadis itu hanya menunduk menghindari tatapannya.
"Lo takut kehilangan gue?"
Rycca menatap Kafin polos. Dia sama sekali tak mengatakan bahwa ia takut kehilangan Kafin. Tapi kenapa dia beranggapan seperti itu? Hmm, begitulah. Kafin dengan percaya dirinya sangatlah setara.
Pria itu meledakkan tawanya. Ternyata Rycca takut kehilangannya. Walaupun ia tak mengatakan hal itu, gadis itu takut bernasib seperti mantan-mantan Kafin. Dan jelas, Kafin berpikiran bahwa Rycca takut kehilangannya.
"Gue nggak pernah bilang itu!" sergah Rycca. Kafin masih meledakkan tawanya.
"Takut kayak mantan-mantan gue? Hmm, sama aja artinya lo takut jadi mantan gue. Lo takut kehilangan gue, 'kan? Iya, 'kan?" balas Kafin tak ingin mengalah. Rycca berdecak sebal. Menyebalkan!
"Gue cuma takut dipermainkan sama lo. Sama kayak nasib mantan-mantan lo dulu," ungkap Rycca tegas. Kafin yang tadinya tertawa renyah langsung terdiam. Menatap Rycca serius.
"Jangan berpikiran buruk tentang gue. Gue tetap disini, dengan rasa yang sebenarnya. Sedikitpun gak ada yang main-main ataupun kepalsuan," ujar Kafin meyakinkan. Ia tatapi gadisnya dalam-dalam. "Jangan raguin gue, Ryc. Kalo cuma main-main, buat apa gue pindah sekolah sampai ngemis-ngemis ke Oma biar diizinin?" lanjut Kafin serius. Tak ada nada bercanda yang seperti biasanya ia lakukan.
"Jadi beneran lo serius sama gue?"
Kafin mengangguk mantap.
"Lo mau ke K.U.A sekarang juga ayo!"
"KAFINNNNN!!!"
****
Hari mulai menggelap. Pukul setengah tujuh malam. Rycca sendirian di rumah semenjak Kafin pamit pulang. Rycca benar-benar bosan dan yang terpenting, perutnya lapar. Gadis itu sama sekali tak bisa memasak. Papanya belum pulang, dan ponselnya dibawa oleh pria paruh baya yang menyebalkan itu.
Dengan malas Rycca keluar rumahnya untuk mencari makan. Ini benar-benar hari sial baginya. Rycca pemalas, dan iya, sifat itu sudah melekat dalam dirinya. Rycca berjalan keluar rumah. Dia berpikiran untuk membeli mie ayam di depan komplek rumahnya. Namun, abang-abang mie ayamnya tidak dagang. Mungkin dia lelah, pikir Rycca. Gadis itu berjalan lagi ke arah jalan raya. Udara terasa dingin, Untung Rycca mengenakan jaket. Gadis itu mengeratkan pegangan pada jaketnya dan mempercepat langkah kakinya. Ia melewati trotoar jalanan. Entahlah, Rycca berfirasat buruk malam ini. Sebuah mobil hitam berhenti. Dua orang dengan berpakaian serba hitam keluar dari mobil hitam itu. Rycca merasa mereka berjalan ke arahnya. Saat gadis itu berbalik badan, sebuah karung hitam menutupi kepalanya. Gelap. Gadis itu meronta-ronta meminta tolong. Tapi nihil, jalanan terasa begitu sepi. Ketiga orang itu membawa Rycca masuk ke dalam mobil hitam itu. Rycca terus memberontak.
"Lepaskan!"
"Kalian siapa?!"
"Tolong lepasin! brengsek!"
Rycca terus berteriak dan memberontak. Namun tak ada jawaban. Yang ada hanya suara musik dari radio mobil tersebut. Rycca benar-benar panik. Tak tahu bagaimana menanggapi situasi ini. Air matanya bercucuran dengan sendirinya dan suaranya terdengar serak. Rycca takut setengah mati. Ia lebih keras lagi memberontak.
"Diam, bitch!" titah seseorang dengan suara besar, penuh penekanan.
"Lo siapa? Mau apa?"
"Lepasin gue!"
Rycca terus berteriak untuk minta dilepaskan. Namun teriakannya berhenti ketika jarum kecil menusuk lengannya. Rycca melemas, kepalanya terasa pening. Sedetik kemudian semuanya gelap. Gadis itu pingsan.
****
Pria paruh baya dengan stelan jas hitam memasuki rumah yang bisa dikatakan mewah. Mr Pyr, sangat jelas tercetak wajah lelah. Suasana terasa begitu sepi, yah memang bisanya seperti ini. Mr Pyr beranjak dari sana menuju kamar putrinya. Ia yakin gadis itu pasti sudah terlelap. Pasalnya Rycca sering tidur sehabis isya. Pria itu memegang kenop pintu kamar Rycca lalu membukanya perlahan.
Cklekkk
Mr Pyr mengernyit. Tumben tidak dikunci. Perlahan langkahnya menelusuri kamar Rycca. Kosong tak berpenghuni. Kemana gadis itu pergi? Pria paruh baya itu mengambil ponsel dari saku celananya. menelpon gadis itu. Namun yang terdengar hanya suara mbak-mbak operator manis.
'nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan hubungi beberapa saat lagi'
Mr Pyr mendesah berat. Rasa khawatir mulai menyelimutinya. Di mana kamu Rycca?