Kali ini, Destiny tak berpihak padaku. Kita dipisahkan untuk sementara waktu. Mungkin ini cara takdir, agar kita bisa saling merindukan satu sama lain. Iya, dengan memberi kita jarak.
*****
Pagi yang cerah. Hari ini, hari senin. Dimana banyak yang membenci karena ada upacara, guru killer mengajar, dan masih banyak lagi alasan yang membenci senin.
Gadis dengan tas hitam kecil yang setia bertengger di punggungnya berjalan melewati koridor sekolah. Rycca dengan semangatnya berjalan menuju kelas. Tiga hari yang membosankan bagi Rycca yang harus mendekap di kamar untuk beristirahat karena insiden penculikannya. Rycca merindukan sosok teman-temannya, dan pria sinting berparas tampan. Kafin, kekasihnya. Tak ada salahnya bukan jika Rycca merindukan kekasihnya itu?
Rycca tampak heran ketika Kafin tak menjenguknya saat ia sakit dan juga sama sekali tak memberinya kabar. Namun gadis itu tetap berpikir positif, mungkin Kafin tengah sibuk. Gadis itu tak sabar untuk bertemu dengan Kafin. Ia sedikit mempercepat langkahnya. Rycca memasuki kelasnya, dan duduk di samping Arini yang tengah sibuk membaca novel di mejanya. Rycca menatap bangku Kafin, tak ada tas pria itu. Mungkin Kafin belum datang, pikirnya. Rycca menghela napas pelan, menatap Arini yang masih sibuk dengan novelnya. Sesekali Rycca melihat ekspresi Arini yang senyum-senyum tak jelas.
"Rin," panggil Rycca. Namun gadis itu tak menggubrisnya. "Arini!" pekiknya, gadis itu tampak kaget terpelonjat.
"Astaughfirullah," kagetnya sembari mengelus-elus dada. Rycca mencebikkan bibirnya kesal.
"Kenapa sih mendung banget mukanya?" tanya Arini gemas.
"Kafin kok belum dateng?"
Arini terkekeh pelan saat mendengar pertanyaan dari Rycca.
"Kok malah ketawa sih?" kesalnya dengan memajukan bibirnya beberapa centi.
"Kenapa? kangen lo sama Kafin?" goda Arini, membuat semburat merah di pipi Rycca. Sedetik kemudian Rycca menganggukan kepalanya pelan dengan malu-malu. Arini meledakkan tawanya. Dasar manusia kasmaran! "Ryc, Ryc. Dulu aja lo tolak mentah-mentah. Sekarang aja main kangen-kangenan," cibir Arini sarkas. Rycca mencebikkan bibirnya kesal.
"Ya udah sih iya," cerca Rycca.
"Terus Ilham udah tergantikan nih posisinya?" godanya lagi, dengan mantap Rycca menjawab.
"Udah dong!"
"Cinta pertama lho, Ryc."
"Terkadang, cinta pertama itu nggak mesti jadi pacar pertama. Kalau pacar pertama, pasti udah tentu itulah cinta pertama yang sesungguhnya," balas Rycca dramatis. Arini jadi bergidik ngeri, sejak kapan Rycca jadi picisan seperti ini?!
"Lo kayaknya ketularan Kafin deh Ryc. Puitis!"
Rycca hanya menggedikkan bahunya acuh. Toh yang dikatakan benar. Meskipun Ilham adalah cinta pertamanya, namun tak menjamin bahwa Ilham akan menjadi kekasihnya. Sedangkan Kafin, yang jelas-jelas kekasih pertama Rycca. Bolehkah Rycca beranggapan bahwa Kafinlah cinta pertamanya? walaupun agak terlambat.
Tapi apa bagi Kafin, Rycca juga cinta pertamanya? Ah, mustahil. Mantan Kafin saja tak terhitung.