The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #44

43. Kekasih Lama

Jika saja aku tahu fase putus cinta semenyesakkan ini. Mungkin aku memilih untuk tidak jatuh cinta, apalagi pada orang yang salah.

*****

Kabar putus antara Kafin dan Rycca menyebar luas di SMA Wijaya. Sebagian ada yang turut berduka, dan sebagian besar ada yang turut bahagia. Yah begitulah, fase putusnya hubungan kadang terdengar sangat baik di telinga mereka. Tanpa tahu begitu sakitnya fase tersebut. Tapi apa peduli mereka? Yang penting sekarang mereka dapat berlomba untuk mendapatkan hati cowok tampan dan cewek cantik, seperti Kafin dan Rycca misalnya.

Hampir tujuh hari Rycca berlarut-larut dalam kesedihan. Rycca menggalaui Kafin disetiap malamnya. Rycca mencoba untuk tak peduli, tapi memori-memori kenangan itu terus berputar di otaknya. Rycca merasa kehilangan. Dan Kafin benar-benar menepati ucapannya, pria itu tak pernah muncul di hadapan Rycca lagi sejak insiden putusnya hubungan mereka. 

Seperti malam-malam sebelumnya, Rycca membaringkan tubuhnya di kasur dan bermain rubik kesayangannya. Untuk sejenak menyingkirkan Kafin dalam benaknya. 

"Rycca." 

Suara berat itu mampu membuat Rycca kaget terpelonjat. 

"Papa? sejak kapan ada di situ?" kagetnya, Mr Pyr tersenyum lembut ke arahnya. Pria itu memberi Rycca kode untuk mengikutinya. Dan gadis itu menurutinya. Mereka sekarang ada di balkon kamar Rycca. Suasana hening terjadi diantara mereka, keduanya fokus menatap gelapnya malam disertai percikan milyaran bintang dan satu bulan yang terang. 

"Ryc," panggil Mr Pyr memecahkan keheningan yang terjadi. Rycca menatap pria paruh baya yang masih kelihatan gagah itu. 

"Iya Pa?" 

"Kamu kenapa? kok akhir-akhir ini sering sekali murung?" tanyanya khawatir. Rycca mencoba memaksakan senyumnya.

"Nggak papa kok, Pa. cuma sedikit nggak enak badan," jawabnya bohong. Walau tak sepenuhnya bohong. Jujur saja, setelah putus dari Kafin, Rycca jadi tak selera makan. Hal itu membuat tubuhnya kurang fit. 

"Jangan bohong, ayo cerita sama Papa," desaknya. Dan Rycca masih kekeh tak ingin bercerita.

"Rycca gak papa kok, hihi," jawabnya dengan cengiran yang dipaksakan. 

"Apa karena Kafin ya?" tebak Mr Pyr tepat sasaran. Cengiran di bibir Rycca lenyap seketika. Gadis itu menunduk lemas. "Iya? Karena Kafin? Kenapa?" Rycca menghela berat. Mengingat insiden di kantin tempo lalu, saat Kafin memutuskannya. Membuat dadanya semakin sesak.

"Putus Pa," lirihnya lemah. Mr Pyr mengernyit, bocah itu benar-benar menepati janjinya untuk meninggalkan Rycca, batin pria paruh baya itu. Sekarang Mr Pyr merasa menjadi ayah yang buruk, merenggut kebahagiaan masa remaja putrinya. Padahal niatnya adalah menjaga agar putrinya agar hidup aman.

"Kamu sedih sayang?" tanya Mr Pyr sembari mengusap pipi Rycca lembut. Kedua manik mata mereka bertemu. Rycca memaksakan senyumnya untuk mengembang

"Sedikit Pa," jawabnya serak. Ouhh, betapa terpukulnya Mr Pyr saat mendengarkan hal itu. Namun pria paruh baya itu sangat bisa mengekspresikan wajahnya selembut mungkin di hadapan putrinya.

"Memang apa alasan Kafin putusin kamu?" Rycca menggeleng pelan.

Lihat selengkapnya