100 persen kamu akan gagal untuk melupakan. Karena Tuhan memberikan pikiran agar manusia senantiasa untuk mengingat. Yang hanya bisa manusia lakukan adalah mengikhlaskan. Karena itu fungsi Tuhan memberikan hati kepada setiap insan.
*****
Pria berparas tampan itu duduk di balkon kamarnya. Menatap langit yang mulai menggelap. Kafin menghela napas panjang, mengusap-usap wajahnya frustasi. Baru kali ini Kafin memutuskan seorang gadis namun ia merasa patah hati.
Tak lama, pria berbadan jangkung berjalan mendekati Kafin.
"Bro," panggilnya dengan menepuk pelan bahu Kafin. "Are you okey?" tanya Bivangga selanjutnya. Kafin tersenyum tipis.
"I'm okey," jawabnya. Bivangga hanya menatapnya datar. Pria lemah! Jelas sekali Bivangga bisa melihat bahwa Kafin sedang kenapa-kenapa.
"Kalo masih sayang, ngapain musti putus?" cibir Bivangga pedas. Kafin yang merasa tersindir langsung menatap pria dingin itu.
"Udahlah Biv! Gue lebih suka lo yang dulu. Irit ngomong dan gak pedulian," jawab Kafin acuh. Pria itu memutar bola matanya malas. Kafin yang keras kepala.
"Lo harusnya bersyukur gue bisa berubah gini," tegas Bivangga.
"Hmm, gue putus sama Rycca baru lo bisa berubah. Dari dulu kemana aja?!"
"Ck! Bukan karena lo putus sama Rycca. Tapi gue peduli sama kesedihan lo yang mendalam karena dia," jawab Bivangga jujur. Bivangga tetap pria yang dingin dalam segala hal, kecuali hal-hal yang mampu mencairkan hatinya. Seperti keadaan Kafin yang sangat memprihatinkan sekarang. Membuat sisi pedulinya tumbuh. Kafin diam, mendongakkan wajahnya melihat langit yang mulai menggelap. Kafin tersenyum kecut, biasanya dulu ia akan menikmati senja bersama Rycca di rooftop kantor milik keluarganya. Kafin rindu akan hal-hal kecil itu, menikmati senja dengan minum secangkir kopi susu dan memakan kuaci. "Kalo masih sayang, ngapain musti putus Fin?" ulang Bivangga menanyakan hal itu. Kafin menghela nalas panjang.
"Ini yang terbaik buat dia Biv."
"Dan tersakit buat lo!" jawab Bivangga cepat. "Gue juga yakin ini nggak terbaik buat Rycca, dia pasti merasa sakit hati gara-gara lo putusin. Jadi mana bagian terbaiknya kalau lo berdua malah saling sakit hati kayak gini?" lanjutnya lagi. Sudah ku bilang, mereka itu dua manusia biasa yang bisa saling mematahkan hati, separah ini.
Kafin memijat pelipisnya pelan. Entahlah, Kafin tidak tahu mengenai pilihannya meninggalkan Rycca itu benar atau salah.
"Tapi Biv, gue nggak mau kejadian kemarin keulang lagi. Gue takut Rycca kenapa-napa, kehadiran gue di hidup dia cuma jadi ancaman buat dia. Dan gue nggak mau itu!" balas Kafin tegas.
"Kalo lo merasa diri lo adalah ancaman buat Rycca, kenapa lo musti milih buat pergi? Kenapa lo nggak milih untuk tetap bertahan buat jagain dia?" tanya Bivangga berhasil membuat Kafin bungkam. "Atau jangan-jangan lo itu lemah, jadi nggak bisa jagain Rycca?" lanjutnya. Hal itu sontak membuat Kafin membelalak sempurna.
"Lo ngehina gue? lo mau coba kekuatan gue? huh?!" tantang Kafin.
Bivangga menahan tubuh Kafin yang terus mendorongnya.
"Gimana gue bisa percaya, Bro. Emang kenyataannya lo lemah, banci, cemen, payah! Masa jagain cewek doang gak bisa. Malah milih kabur gitu aja! Dasar banci lo!" ujar Bivangga. Kafin diam, benar juga. "Sebenernya hidup itu banyak pilihan. Wajar aja kalo lo salah pilih. Tapi itu nggak menutup kemungkinan bahwa lo bisa ngerubah pilihan hidup lo."
Kafin menatap sahabatnya itu. Bivangga benar. Yah, semua yang keluar dari mulut Bivangga benar adanya.
"Kalo bisa bertahan, kenapa harus memilih untuk meninggal? Ingat, pilih yang bisa buat segalanya terasa baik-baik aja," tutur Bivangga bijak. Kafin menatap pria itu.
"Tapi Biv, gue takut sama Pap--"
"Seorang ayah pasti bakal bahagia kalo ngelihat putrinya bahagia. Percaya sama gue," potong Bivangga cepat. Sekali lagi, Bivangga benar. Pria itu menepuk pundak Kafin. "Perbaiki sebelum terlambat," ucapnya. Kafin mengangguk lemah. Ia langsung mendekap tubuh Bivangga erat hingga membuatnya tercekik.
"Thanks Bro."
"Iya, jijik gue Bro, lepasin!"
****
Ujian semester ganjil sudah berhasil dihadapi oleh para siswa SMA Wijaya. Hari ini adalah hari dimana pengambilan rapor siswa. Dua gadis berparas cantik itu duduk di meja kantin. Rycca dengan lahap memakan somay Bang Jhon dan menyeruput jus jambu miliknya.
"Ryc, liburan semester ke mana?" tanya Arini antusias.
"Gak tau," jawab Rycca sekenanya. Gadis itu mengingat satu hal, dulu jika Rycca masuk lima belas besar, Kafin janji akan memberinya hadiah. Rycca menghela berat, kenapa ia selalu mengingat pria itu?! Rycca harus bisa move on! Gadis itu bertekat. "Ajakin gue kek ke mana gitu," lanjutnya. Arini tersenyum simpul.