Ego kita sama-sama sedang diselimuti rasa gengsi. Hingga berimbas pada hati, dan menjadikannya makin patah.
*****
Rycca membanting keras tubuhnya di ranjang miliknya. Memejamkan erat matanya, pening rasanya. Kanada membuatnya lelah. Lelah fisik, juga hati. Rycca mengambil ponselnya, ia menelpon Mr Pyr.
"Halo?" suara berat yang terdengar sangat tergesa-gesa di sebrang sana.
"Pa, Rycca mau pulang ke Indo sekarang!"
"Kenapa buru-buru sekali?"
"Males! Di Kanada ada mantan," jujur Rycca.
"Kafin maksudnya?"
"Iya siapa lagi, mantan Rycca cuma satu Pa."
"Kenapa bisa dia ke sini?"
"Tau ah! Pokoknya Rycca mau pulang sekarang!!!"
Dan saat itulah panggilan berakhir, Rycca yang mengakhirinya. Gadis itu mendesah berat, lelah rasanya. Mungkin kalau saja Rycca tak putus dengan Kafin, hal ini tak akan terjadi. Mungkin hari ini ia akan bersenang-senang bersama Kafin, menikmati liburan semesternya. Tapi nyatanya, realita begitu menyakitkan. Apalagi ia menghadirkan sosok Nadira. Rycca jadi sebal sendiri karena gadis itu selalu nempel-nempel bak ulat bulu. Namun Rycca bukan gadis gila, ia tahu posisinya sekarang itu apa. Dia hanya mantan kekasih Kafin, jadi ia tak berhak untuk marah. Apalagi cemburu.
Rycca mengambil ponselnya yang berbunyi. Ada satu pesan masuk dari papanya.
Papa Pyr😎
Kalau kamu mau pulang sekarang gak papa. Tapi Papa nggak bisa ikut sayang, urusannya masih banyak di sini. Pulang sama Tante Arinda ya. Sebentar lagi orang suruhan papa bakalan jemput kamu.
Take care sayang. I love you💙
Iya Pa. Love u moreee 😋
Setelah mengetikkan pesan itu, Rycca langsung bergegas membereskan segalanya. Welcome Indonesia!
****
Jakarta, Indonesia.
Rycca dengan semangat menatap gerbang sekolah yang bertuliskan 'SMA WIJAYA'. Rycca menghembuskan napas panjang. Liburan telah berakhir, kini saatnya kembali untuk belajar. Wait, belajar? Mungkin bagi Rycca tepatnya bikin onar. Karena menurutnya, hidup ini terasa hambar jika tak memiliki masalah. Dengan langkah pasti Rycca memasuki pekarangan sekolahnya. Di mana setiap sudutnya menyimpan banyak kenangan. Apalagi di halaman belakang, pohon mangga besar yang selalu menjadi tempatnya bersandar.
Rycca, gadis ketus nan dingin kian lama berubah. Gadis itu kini sering tersenyum, kepada orang-orang tertentu tentunya. Entahlah, siapa yang mampu membuatnya berubah. Apakah karena keluarganya yang utuh kembali? Atau karena luka yang ditorehkan oleh Kafin? Hanya Rycca dan Tuhan yang tahu.
"Semangat amat lo kayaknya hari ini," ujar gadis manis dengan tas hitam kecil yang setia bertengger di punggungnya. Rycca tersenyum, begitu cantik.
"Biasa aja padahal," jawabnya, namun masih terus mengulum senyumnya. Arini hanya menggedikkan bahunya acuh. Toh bagus kalau Rycca berubah jadi gadis yang murah senyum, biar nggak dikira nenek lampir Wijaya kedua setelah Bu Estanti.
Dua sejoli itu masuk ke dalam kelasnya. Rycca dan Arini, menjadi pemandangan indah untuk para kaum adam di pagi hari. Mereka berdua benar-benar cantik.
"Cie senyumnya berseri-seri bak bidadari. Seneng ya bisa ketemu mas Akmal lagi?" ujar Akmal dengan menaik turunkan alisnya. Maklum, tingkat kepedean Akmal itu melebihi dewa. Kedua gadis itu hanya memutar bola matanya jengah.
"Najis mughalladhah!" jawab keduanya dengan ketus. Seketika tawa semua orang memecah, melihat kejadian itu.