The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #49

48. Ribut ; Rindu Buta

Kalau dengan tengkar bisa membuatku dekat denganmu. Akan aku lakukan itu, bahkan setiap hari kalau perlu. Karena dalam keributan kita, ada rasa rindu yang tak mampu aku sampaikan.

*****

Brakk!!!

Suara hentakan meja terdengar menggema karena ulah pria berbadan jangkung itu, Ricco. Saat tahu keberadaan Kafin di dekat Rycca, pria itu menggebu emosinya. Entahlah, Ricco benci Kafin yang menyakiti Rycca. 

"Pergi lo! Ngapain lo ke sini lagi?" usir Ricco terang-terangan. Matanya menajam, dengan rahang yang mengeras. 

"Emangnya lo siapa?" tanya Kafin santai dengan masih fokus ke arah ponselnya. Ricco kesal, pria itu langsung mencengkram erat kerah seragam Kafin, menariknya hingga mau tak mau tubuh Kafin ikut terangkat. 

"Dari dulu ya lo, songong banget jadi anak!" 

Kafin menepis kasar tangan Ricco. Matanya tak kalah tajam dengan mata pria itu.

"Kalau gue songong, lo mau apa?!" ketusnya dengan penuh penekanan. Tentu saja, kini mereka menjadi pusat tontonan seluruh makhluk kantin. Tatapan mereka saling beradu, memercikkan kobaran api peperangan. 

"Lo nggak malu, habis lo buang Rycca gitu aja, sekarang lo ngedeketin dia lagi? Di mana urat malu lo Fin?!" Kafin tersenyum remeh. Ia mati-matian untuk tidak membungkam mulut Ricco dengan hantamannya. 

"Lo pikir ini sekolah punya bapak moyang lo? Apa lo juga buta, nggak liat gak ada kursi yang kosong di sekitar sini? kalau ada pun kursi yang kosong, gue juga gak bakal mau duduk di sini!" balas Kafin emosi. Dan Ricco kalah. Disisi lain, Rycca menahan napasnya saat Kafin mengucapkan kalimat yang mampu membuatnya merasakan sakit hati kembali. Namun gadis itu menepis kasar segala rasa sakit yang menusuk itu. Dia harus kuat, walaupun hatinya tak bisa tegar. Karena egonya masih berdiri tegap. 

"Berisik lo semua!" kesal Rycca dan langsung beranjak dari sana. 

"Ryc, lo mau ke mana?" teriak Arini namun tak digubris oleh gadis itu. Tak ada pilihan lain, Arini memilih untuk menyusul langkah Rycca. 

Kini hanya tersisa beberapa manusia yang masih setia berkumpul menonton kelanjutan antara Kafin dan Ricco. Kedua pria itu saling menatap tajam. Ricco menarik kerah Kafin kembali, mengajaknya untuk mengikuti langkahnya. Menjahui kerumunan manusia super kepo, terutama Akmaludin Hasyim. 

Mereka kini berada di halaman belakang sekolah. Cukup sepi karena kebanyakan para siswa SMA Wijaya lebih memilih berdiam di kantin dan kelas mereka masing-masing. 

Kafin menepis kasar tangan Ricco. 

"Mau apa sih lo?!" kesal Kafin dengan deru napas yang memburu.

"Lo mau dekatin Rycca lagi?" selidiknya. Kafin menghela napas panjang. 

"Menurut lo?" 

"Gue nggak suka!"

"Nggak suka kenapa?"

 "Kalo lo deketin dia cuma pingin mempermainkan perasaannya lagi, lebih baik nggak usah, Fin!" 

"Bukan karena lo cemburu?" timpal Kafin, Ricco pun bungkam. Pria itu memalingkan wajahnya malas. 

"Kalaupun gue cemburu, pasti Rycca sekarang udah jadi milik gue!" balas Ricco penuh penekanan. "Cuma satu yang gue takutkan kalau gue ungkapin perasaan gue yang sebenarnya. Gue takut dunia gue berubah dalam sekejab, gue takut hubungan gue dan Rycca hancur cuma gara-gara perasaan gue ke dia. Jadi sahabat Rycca, udah cukup buat gue Fin!" lanjutnya dengan tatapan ke bawah, lemas. "Gue tegesin lagi sama lo Fin. Jangan pernah sakiti hati Rycca lagi, karena yang ngerasain sakitnya buka Rycca doang. Gue juga sakit kalo mgelihat dia terluka." 

Degh!

Lihat selengkapnya