The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #50

49. Sebuah Penjelasan

Jangan sesekali membuat seorang yang telah memberimu kepercayaan kecewa. Karena jika kau bersikeras untuk menggapai kepercayaan lagi darinya, akan terasa sulit untuk meyakinkannya kembali. Dan semua hanya cukup untuk disesali.

*****

Rycca mendesah berat, gadis itu memijit pelan pelipisnya. Sore ini terasa begitu melelahkan baginya, hati dan fisiknya terasa begitu lelah. Bagaimana ia tidak lelah, seseorang yang mati-matian ingin ia enyahkan dalam hidupnya, malah kembali dengan tidak tahu dirinya. Ya, kalian pasti tahu siapa orang yang Rycca maksud.

Beberapa hari ini Kafin memang selalu berlari ke arah Rycca. Gadis itu memiliki ribuan cara untuk pergi dan menghindar dari Kafin, namun Kafin memiliki seribu satu cara untuk menahan dan menyusul Rycca. Dan hal itu yang membuat Rycca takut, ia takut dengan kembalinya Kafin akan memberikan kehancuran dalam hatinya lagi, untuk kedua kalinya. Rycca hanya tak mau itu terjadi. Ia tak tahu apa maksud Kafin kembali mendekatinya, dan itu membuat Rycca semakin pusing untuk memikirkan alasan Kafin. Satu hal yang Rycca takutkan. Ia takut dikecewakan lagi. Rycca benar-benar bersikukuh untuk membangun benteng yang kokoh agar tak tertembus lagi oleh rayuan pria sinting berparas tampan macam Kafin Nata Danadyaksa.

Rycca menatap ponselnya yang berbunyi, tanda notice dari seseorang. Dengan malas, Rycca mengambil benda pipih itu, mengeceknya. Rycca merasa rongga dadanya tercekat ketika melihat siapa sosok pengirim pesan itu. Notice ini dulu selalu Rycca rindukan, namun sekarang untuk menatapnya saja membuat kesesakan di dadanya. Rycca berniat untuk mengabaikan pesan dari Kafin, tapi hatinya egois kali ini. Ia tak bisa menahannya, anggap saja Rycca hanya kepo dengan pesan Kafin. Siapa tahu itu hal yang penting, iya siapa tahu.

Pria Sinting

Rycca, jalan yuk!

G

Yah, gue kan cuma kasihan Ryc sama kaki lo. Masih utuhkan, kasihan kalo gak dikasih jalan.

Oh gt

Ihh, sekarang Rycca sombong ya dah jadi mantan :')

Ya.

Kafin mendesah pelan. Ia harus ekstra sabar menghadapi sikap dinginnya Rycca. Dipandanginya lagi benda pipih itu oleh Kafin, pria itu tak akan menyerah! Ia akan berusaha sekali lagi untuk Pyralisnya. Kafin sangat yakin bahwa perasaan Rycca masih ada untuknya. Anggaplah Kafin menghibur diri sendiri dengan berpikiran seperti itu.

Kafin kembali mengetikkan pesan untuk Rycca.

Pyralis

Rycca, kamu tau nggak sih persamaan kamu sama handphone? 

Ga. Ga pengen tau jga.

Sama-sama akan terus aku genggam. 

Gombalmu gak mempan! 

Hehe, nanti mempannya adindaku.

Nanti jam 7 keluar ke depan.

Rycca terkesiap. Gadis itu menetralkan detak jantung yang sangat berpacu kencang karena membaca pesan dari Kafin. Mau apa lagi cowok itu? 

Rycca menghembuskan napas panjangnya. Ia mencoba menjernihkan pikirannya tentang Kafin. Tenang Rycca! Jangan berpikiran yang aneh-aneh! Inget, dia cowok brengsek yang udah bikin hati lo patah! Rycca membatin. Tak bisa dipungkiri, ada gejolak senang dalam diri Rycca saat menerima pesan dari Kafin. Ada pula gejolak marah dan kecewa di sebagian hatinya. Rycca benar-benar diambang kebingungan. Ia sayang dengan Kafin, namun diwaktu yang bersamaan pula ia membenci Kafin. 

Gadis itu tak mau ambil pusing. Ia langsung melempar ponselnya ke ranjang dan langsung bergegas mandi. Ia butuh menyegarkan fisik dan hatinya. Sangat butuh. 

****

Pukul 19:00.

Rycca merebahkan diri di ranjang miliknya. Ia sudah melakukan ritual mandinya bebrapa jam yang lalu. Gadis itu menghembuskan napasnya pelan, matanya menatap kosong langit-langit kamar miliknya. Sekilas ia menatap jam dinding yang ada dibkamarnya, menunjukkan pukul tujuh malam. Rycca tersenyum sinis mengingat pesan dari Kafin beberapa jam lalu.

"Ck! sekali pembohong, tetap pembohong!" decaknya. Entah mengapa ada sekelabat hati Rycca yang kecewa. Tapi dengan cepat Rycca menepis pikiran itu. 

Lihat selengkapnya