Kamu pernah jadi akibat dari patahnya hatiku sejadi-jadinya. Lalu sekarang kamu kembali dengan membawa hati yang baru. Entah hati itu akan selalu kau jaga, atau malah kau patahkan kembali seperti hari lalu?
*****
Rycca membanting tubuhnya ke ranjang miliknya. Bayangan kejadian beberapa menit lalu terputar jelas di otaknya. Kafin, benar-benar memorakporandakan fisik dan batinnya. Tubuhnya mungkin menolak, tapi tak bisa dipungkiri bahwa sebagian hatinya masih menyayangi Kafin.
Rycca mendesah berat. Perlahan ia menutup matanya, merasakan pening di kepalanya. Lambat laun Rycca tak lagi memikirkan apapun, yang terasa hanya gelap dengan ketenangan. Rycca terlelap.
****
Kafin duduk di balkon kamarnya. Melihat gelap gulitanya malam tanpa ada percikan bintang. Yang terlihat hanyalah bulan yang tertutup awan gelap. Kafin menatap sendu sebuah origami berbentuk hati dengan bertuliskan 'Ini hatinya Rycca'.
Pria itu kembali menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Ia mengingat betul bagaimana tatapan sendu milik Rycca. Ia mengingat betul tangis pilu gadis itu. Ia mengingat betul senyum pedih milik Rycca. Dan ia ingat betul, bahwa semua itu karenanya.
Kafin mengusap wajahnya kasar. Pria itu menghembuskan napasnya kasar. Ia kembali menatap sendu origami hati ditangannya. Kafin tersenyum pedih.
"Gue nggak akan berhenti Rycca. Nggak akan." Kafin berdiri tegap menatap langit gelap. "Gue bisa buktikan kalo gue beneran sayang sama lo."
****
Pria berparas tampan itu berjalan perlahan dengan melihat ke sekelilingnya. Kafin, pagi buta ia sudah sampai di sekolah. Ini merupakan rekor pertama bagi Kafin. Pria itu mengendap-endap menuju kelas Rycca. Entah apa yang ingin dilakukan pria itu. Kafin menatap bangku itu, tempat di mana Rycca duduk. Kafin jadi teringat, ia pernah selalu menatap bangku itu disepanjang jam pelajaran.
Kafin tersenyum simpul. Pria itu menaruh sebuah susu kotak rasa cokelat kesukaan Rycca. Iya, ini adalah bagian dari perjuangan Kafin untuk mendapatkan lagi kesempatan dari Rycca.
"Ngapain lo?" tanya seseorang dengan raut wajah tak bersahabatnya. Arini.Kafin menoleh ke arah sumber suara itu. Kafin terdiam kaku. Arini berjalan mendekat. Ia melihat sebuah kotak susu cokelat di bangku Rycca. "Oh, sekarang jadi secret admirer?" tanya Arini dengan nada sinisnya. Gadis itu benar-benar masih kesal setengah mati dengan Kafin. "Udahlah, Rycca nggak bakal mau sama buaya kayak lo!"
Kafin mendesah pelan.
"Tau apa lo soal perasaan Rycca?" tanya Kafin dengan nada kesal. Arini menatapnya sinis.
"Cuma cewek bodoh yang mau kembali sama cowok yang suka mainin perasaan!" jawab Arini dengan wajah angkuhnya.
"Lo nggak tahu apa-apa. Jadi jangan ikut campur!"
"Gue sahabatnya Rycca. Gue sering dengar curhatannya dia. Dan gue ada di saat lo putusin cewek itu. Lo masih bilang gue nggak tahu apa-apa?!"
Kafin mengusap wajahnya kasar. Kenapa cewek selalu cepat berasumsi sebelum tahu apa yang sebenernya terjadi?
"Gue terpaksa putusin dia, Rin. Demi apapun! Jadi tolong jangan beranggapan buruk tentang gue!" jawab Kafin dengan nada frustasinya. Arini masih tetap dengan keangkuhannya.
"Well, lo kira gue bakalan percaya sama drama sialan lo ini?" Arini tersenyum sinis. "Tidak semudah itu, Kafin Nata!"
"Terserah lo!" Kafin beranjak dari tempatnya. Namun langkahnya berhenti saat Arini menahan lengan kekar milik Kafin.
"Lo cowok terbrengsek yang pernah gue kenal, Fin!" ketus Arini lalu ia berlalu duduk di bangkunya. Membanting tas dan duduk di bangku miliknya.
Arini memainkan ponselnya. Gadis itu melirik pria yang duduk di sebelahnya. Kafin. Tiba-tiba saja pria itu sudah duduk di samping Arini.
"Apa?" sinisnya, Kafin menatap serius ke arah gadis dengan wajah angkuhnya itu.
"Gue akan ceritain semuanya ke lo. Yang sebenernya terjadi."
****
"KAFIN BALIKIN JUS JAMBU GUE!" teriakan itu memekakkan telinga setiap insan yang ada di penjuru kantin. Siapa yang tak kenal dengan pemilik suara itu? Gadis dengan pemilik tatapan sinis. Iya, Rycca.
"Ambil sini kalo mau!" jawab Kafin dengan menaikkan jus jambu dengan tangannya. Rycca yang tak jauh beberapa meter dari hadapan Kafin menatap pria itu dengan kobaran amarah.
"BALIKIN ATAU GUE YANG BOLAK-BALIKIN BADAN LO!"
"Boleh, asal nanti nyungsep-nya di hati kamu," jawab Kafin dengan menaik turunkan alisnya yang tebal. Rycca merona, tapi ia tak menunjukkan kegugupannya. Ia masih memajang tampang ketusnya. Gadis itu makin bertambah saja keangkuhannya. Bahkan Rycca tak peduli dengan suara 'CIE' yang menggema di telinganya.
"Mati lo sana!"
Rycca berlari mengejar Kafin. Dengan secepat kilat Kafin berlari. Kafin menyembunyikan kekehannya. Ia seperti anak kecil saja, tapi ini satu-satunya cara agar ia bisa dekat lagi dengan Rycca.