The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #52

51. Tanpa Kejelasan

Sebagian orang berkomitmen untuk tidak saling meninggalkan. Padahal mereka tak ada status hubungan.

*****

Detik berganti menjadi menit. Menit berubah menjadi jam. Begitu seterusnya, waktu terus angkuh tak mau berhenti barang sedetik saja. Hingga banyak perubahan yang terjadi, entah itu tersadari atau tidak. Semuanya terjadi begitu saja, dan itu nyata adanya. 

Semenjak kejadian malam perobekan hati-hatian kedua insan itu, tak ada lagi rasa benci yang bersinggah. Rycca baru menyadari bahwa segala yang terjadi hanya kesalapahaman semata. Entahlah, ia tak tahu harus bagaimana untuk mengekspresikan kejadian itu. Ia kembali mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu. Di taman dekat perumahannya, malam hari, bersama Kafin Nata Danadyaksa. 

"Balikan?"

Rycca terdiam membisu saat Kafin menanyakan hal itu. Detak jantungnya berpacu sangat kencang hingga membuatnya tak bisa berucap. Tapi Rycca dengan cepat menepis perasaan yang bersarang itu, ia kembali menetralisir segalanya. 

"Balikan? Balikan aja sono sama mantan lo yang di Kanada!" jawab Rycca sedikit sewot. Kafin menatap Rycca. Seketika pria itu meledakkan tawanya. Rycca menatap Kafin bingung. "Ngapa lo ketawa? Kesambet jenglot taman lo?" Kafin mencoba untuk menghentikan tawanya. 

"Maksud lo Nadira?" 

"Iya, siapalah itu gak penting." 

"Itu sepupu Bivangga," jawab Kafin dengan tawa renyahnya. Rycca mebelalak sempurna, ia diam mematung. Menyebalkan, Bivangga menyebalkan! batin Rycca. Gadis itu hanya berohria saja. "Tapi emang dia mantan gue sih. Pacaran cuma lima jam."

"Lo pacaran apa ngerental PS?" ketus gadis di samping Kafin. Pria itu mengacak-acak puncak kepala Rycca dengan gemas membuat gadis itu berdecak kesal. 

"Lo cemburu?" tuduh Kafin. Rycca menggelengkan kepalanya. Kafin menangkup pipi Rycca, mengarahkannya untuk menatap Kafin. Rycca sangat menggemaskan bila dilihat sedekat ini. "Lo cantik kalo lagi cemburu." 

Rycca merona padam. Dengan cepat ia memalingkan wajahnya, menepis tangan Kafin. Hening seketika. Hanya suara jangkrik yang samar-samar terdengar.

"Jadi? Kita balikan?" tanya Kafin lagi. Ia sangat berharap malam ini bisa mengembalikan kebahagiannya yang sempat tercemar oleh masalah.

Rycca mendesah pelan. Ia tak ingin gegabah. Ia juga tak ingin terlalu bawa perasaan. Karena ia pernah dikecewakan karena kebaperannya sendiri. Makanya ia harus mengkokohkan benteng hati agar tak bisa mudah dirobohkan oleh rasa baper itu sendiri.

"Gue harus mikir seribu kali buat balikan sama lo," jawab Rycca. Gadis itu beranjak dari tempatnya. Ia menatap Kafin yang menunduk lemas.

"Gak papa. Gue bakalan tanya itu seribu satu kali kok. Kalau perlu lebih dari itu sampai lo mau."

"Semoga berhasil." Rycca beranjak pergi meninggalkan Kafin yang duduk terdiam di bangku taman. Rycca menghembuskan napas leganya. Ia tak ingin terburu-buru, jika ia tak ingin tersakiti kembali. Luka itu masih basah, tak mudah kering. Apalagi hanya karena kata-kata manis.

Disisi lain Kafin menatap sendu punggung gadis itu yang mulai menjauh. Kafin tersenyum, ia tak akan menyerah untuk kali ini. Kali ini saja, beri kekuatan lebih untuk menaklukkan hati Rycca Gwen Pyralis.

"Woi! Lagi mikirin gue lo ya?" Rycca kaget terpeloniat saat seseorang mengagetkannya dari belakang. Orang yang beberapa detik lalu ada di pikirannya.

"Pede banget sih lo Fin!" jawab Rycca kesal. Ia mengelus-elus dadanya. "Lo bikin orang jantungan tau gak!" Makinya lagi. Kafin menatapnya dengan intens.

"Oh ya?"

"Iyalah!"

"Lo dag-dig-dug bukan karena kaget kali. Mungkin gara-gara ada gue di samping lo." Rycca menatap Kafin tak percaya.

"Stres nih orang lama-lama." Gadis itu langsung meninggalkan Kafin sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ryc!" teriak Kafin. Rycca memutar bola matanya jengah. Ia membalikkan tubuhnya menatap ke arah pria sinting itu.

"Apa?" tanyanya jengah.

"Nanti balikan ya," pintanya dengan nada tak berdosa. Rycca menghela napas kasar. Sudah ratusan kali ia mendengar hal itu dari Kafin. Menyebalkan! Ia pasti malu jika Kafin mengajaknya balikan secara terang-terangan.

"Sinting!" Rycca kembali akan beranjak. Namun langkahnya terhenti ketika satu makhluk absrud datang menghampirinya. Akmal.

"Rycca!!!" panggilnya dari kejauhan.

"Aduh, kenapa harus ketemu kodok Samarinda di sini!" decak Rycca kesal.

"Heh! Jahat banget, gue ini Akmaludin Hasyim, keturunannya Sultan Hasyim Al-Buchori Wat-tarmizi. Bukan kodok Samarinda!" omel Akmal. Rycca hanya meringis pelan. Sejak kapan Akmal jadi cenayang ya?

"Sejak lo susah diajak balikan sama Kafin." Akmal berujar seolah mengetahui isi pikiran Rycca. Gadis itu jadi bergidik ngeri sekarang.

"Ngomong apa sih lo? Udah gue mau ke kelas." Rycca ingin beranjak, namun dengan sigap Akmal menahannya. "Apa sih, Mal?!" kesalnya dengan menepis kasar tangan Akmal.

"Ih bener deh kata Kafin. Semenjak jadi mantan, lo tambah galak," ungkap Akmal dramatis. Kafin yang tak jauh dari sana menahan kekehannya. Rycca mendelik tajam ke arah Akmal, sontak membuatnya bergidik ngeri.

"Gue ada pertanyaan nih buat lo," ujar Akmal mencoba mengganti topik. Bisa-bisa ia mati berdiri disini karena delikan tajam mata Rycca.

"Apa? Cepetan!"

Akmal tersenyum jahil ke arah Rycca. Dan itu membuat perasaan Rycca makin tak enak.

"Apa bedanya lo sama rambutnya si Jono?" tanyanya serius. Rycca mendesah pelan, sungguh tidak bermutu sekali pertanyaan seorang Akmaludin Hasyim.

"Rambutnya Jono bau, gue harum," jawab Rycca asal.

"SALAH!"

"Gak ada bedanya. Sama-sama rumit. Apalagi Rycca, tinggal balikan aja ribet banget kayak nyari ujung rambut Jono." Kafin yang menjawab. Mendadak suasana jadi hening. Kafin tersenyum canggung. "Gue bener, 'kan?" tanyanya ragu. Akmal bertepuk tangan amat keras. Ia berjalan ke arah Kafin. Ia menepuk pundak Kafin dan memeluknya erat.

Lihat selengkapnya