The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #54

53. Jealous

Nggak ada yang spesial dari cemburumu. Tapi aku merasa bahagia bila melihatmu cemburu karena aku.

*****

Kafin memarkirkan motornya di sebuah taman yang cukup sepi sore ini. Gadis yang diboncenginya sesegera mungkin turun dari motor besar berwarna merah milik Kafin. Gadis itu tertawa puas. Tawanya tak henti-hentinya lepas sedari tadi. Kafin menjulurkan tangannya, menempelkannya ke arah dahi Rycca. Sontak tawa renyahnya terhenti.

"Lo nggak kesurupan, 'kan?" tanya Kafin serius. Rycca menepis kasar tangan Kafin.

"Enak aja lo!" desisnya kesal.

"Bahagia banget lo kayaknya."

"Iyalah! Males gue sama tuh duo manusia robot! Gue gak butuh bodyguard! Apalagi mereka berdua itu terlalu lemah buat gue." Rycca berujar sombong. Kafin hanya menggeleng pelan.

"Iya, yang kuat," cibir Kafin sarkasme.

Mereka berdua berjalan beriringan. Kini mereka tengah duduk di sebuah bangku di bawah pohon yang rindang. Kafin juga sempat membeli es krim dan ia selalu membawa bekal kuaci di dalam tasnya.

"Jadi lo mau jelasin apa?" tanya Rycca memecahkan keheningan.

"Gue sama Annisa nggak ada hubungan apa-apa," jawab Kafin mantap. Rycca mendesah pelan.

"Meskipun lo ada apa-apa sama dia, juga bukan urusan gue."

Degh!

Pernyataan Rycca seolah menghantam dada Kafin. Sesak mulai menjalar di dadanya. Namun sebisa mungkin ia menahan itu. Kafin tersenyum kecut.

"Tapi kenapa seolah lo menampakkan kekesalan lo?"

"Gue gak merasa."

"Lo cemburu?" tuduh Kafin.

Rycca menghembuskan napas panjang. Menatap Kafin sesaat, lalu memalingkan wajahnya.

"Buat cemburupun gue gak ada hak. Memangnya gue siapa lo?"

Kafin memijat pelan pelipisnya. Mau cewek ini apa sih? Diajak balikan gak mau, tapi cemburu kalo gue dekat cewek lain! Untung gue sayang! Batin Kafin.

Pria itu menggenggam tangan Rycca. Menatap gadis itu intens.

"Makanya kita balikan, biar lo punya hak buat cemburu," ajak Kafin. Rycca menganga tak percaya. Rycca langsung menarik tangannya.

"Gue belum siap."

"Apa sih yang bikin lo gak siap? Apa lo takut gue bakalan nyakitin lo lagi?!" tanya Kafin dengan nada tinggi. Rycca membelalak tak percaya. "Gue udah buktiin sebisa mungkin kalo gue beneran sayang sama lo Ryc. Tapi lo nya aja yang sulit percaya sama perasaan gue!"

"Fin--"

"Giliran gue dekat sama cewek lain, lo marah-marah gak jelas. Tapi gue ajak balikan, lo gak mau!" potong Kafin cepat. Pria itu mulai mengeluarkan unek-uneknya.

"Bukannya gak mau. Belum siap."

"Alasan lo gak masuk akal tau nggak Ryc. Dengan kayak gini, gue merasa dipermainkan. Tapi ujung-ujungnya lo yang merasa jadi korban. Apa semua cewek gitu ya? Selalu merasa paling benar!" kesalnya. Rycca hanya diam saja, tak mampu membalas pernyataan Kafin. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah benar ia keterlaluan? Tak kunjung memberi kepastian dan selalu memberi harapan.

"Maaf," gumam gadis itu. Kafin mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Cowok juga butuh dingertiin Ryc. Seenggaknya, kalo lo nggak bisa kasih gue kepastian. Jangan kasih gue harapan kayak gini. Buang-buang waktu!" ucap Kafin penuh penekanan. Rasa sesak menjalar di dada Rycca. Matanya memanas, ia menahan mati-matian agar pertahanannya tak runtuh.

Kafin menatap Rycca, sedikit lama. Gadis itu tampak sedih. Apakah tadi ucapannya terlalu keterlaluan?

"Dengan lo sedih kayak gitu, makin bikin gue merasa bersalah. Padahal gue korban di sini!" tukas Kafin sarkas. Rycca tak bisa menahan lagi. Runtuh sudah pertahanannya. Ia memang gadis kuat, tapi masalah hati, ia tak sekuat yang orang lain kira. Hati itu gampang sekarat.

Punggung gadis itu bergetar. Kata-kata Kafin teramat tajam. Pria itu hanya mendesah berat.

"Udah jangan nangis." Kafin menyentuh bahu Rycca, menuntunnya untuk mendekap gadis itu. Namun dengan secepat kilat Rycca menepisnya. Ia menatap nanar Kafin.

"Lo bener. Gue salah. Maaf kalo lo merasa dipermainkan sama gue. Sekarang, lo bebas keluar dari permainan konyol ini!" Rycca mengusap kasar pipi yang dipenuhi cairan bening. Kafin menatapnya tak percaya. Ia kira Rycca tak benar-benar menangis.

Rycca ingin beranjak pergi. Namun Kafin terlebih dahulu menahannya.

"Ryc, lo nangis beneran?"

"Bukan urusan lo! Mungkin dengan kita sama-sama pergi, semua bakalan lebih baik Fin."

"Tapi gue gak mau pergi. Gue cuma mau kepastian dari lo."

Rycca tersenyum getir.

"Gue gak ngasih kepastian, tapi gue masih ada di sisi lo sampai saat ini. Sebegitu pentingkah status bagi lo?" tanya Rycca dengan nada tinggi.

"Iya, penting!" jawab Kafin cepat. Nadanya juga terdengar tak kalah tinggi. Dan itu semakin membuat hati Rycca teriris. 

"Cari sama cewek lain. Gue belum bisa buat itu. Gue trauma!" Rycca menepis kasar tangan Kafin. Dan langsung pergi begitu saja. "Nunggu sampai gue mau balikan sama lo? Bullshit!" umpat Rycca saat mengingat kata Kafin tempo lalu.

Kafin menatap punggung Rycca yang kian menjauh. Kenapa keadaannya semakin keruh seperti ini? Sial!

"Bodoh lo Fin!" umpat pria itu dengan menjambak rambutnya frustasi. Ia terlampau emosi tadi. Kafin kurang sabar. Kini hubungan mereka menjadi rumit. Entah siapa yang salah. Rycca yang tak mau memberi kepastian, atau Kafin yang tak bisa setia menjalani hubungan tanpa status.

****

"KALIAN BERDUA ITU BODOH! BAGAIMANA BISA RYCCA KABUR DARI PENJAGAAN KALIAN?!" teriakan itu menggema di dalam rumah yang megah itu. Dua pria berbadan kekar dengan pakaian serba hitam itu hanya diam menunduk saja.

"Sorry Mr. Tadi Nona Rycca diajak oleh temannya yang tadi pagi ingin mengantarnya," jawab pria botak itu takut. Mr Pyr menghembuskan napas kasar. Kafin!

"Bodoh! Lawan bocah ingusan saja kalian nggak bisa!"

"Bukannya tidak bisa Mr. Kita diserang tanpa ada aba-aba."

Lihat selengkapnya